ANALISA USAHA BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM

Peluang usaha bisnis budidaya jamur tiram yang sangat besar membuat sektor usaha ini banyak dilirik oleh masyarakat. Disamping kegiatan budidaya tersebut mudah dilakukan, juga tidak menyita banyak waktu. Kelayakan bisnis jamur tiram ini bisa diperhitungkan dalam analisis usaha bisnis yang mencangkup beberapa variabel, antara lain biaya investasi, biaya operasional setiap periode budidaya, penerimaan atau pendapatan, dan perhitungan keuntungan. Berikut ini kami sajikan analisis usaha bisnis budidaya jamur tiram.

ANALISA USAHA BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM

Berikut ini kami sajikan analisa usaha bisnis budidaya jamur tiram untuk skala rumah tangga dengan kapasitas kurang lebih 7.500 baglog untuk jangka wakut lima tahun. Setiap periode budidaya membutuhkan waktu kurang lebih enam bulan. Asumsi-asumsi pokok yang akan kami sajikan berdasarkan estimasi pada tahun 2012 di daerah kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.

Biaya Investasi

Biaya pembuatan kumbung jamur untuk kapasitas 7.500 baglog : Rp 9.000.000,-
Biaya sewa lahan selama 5 tahun : Rp 10.000.000,-
Tangki Sprayer : Rp 400.000,-
Termometer : Rp 100.000,-
Barometer : Rp 150.000,-
TOTAL BIAYA INVESTASI = Rp 19.650.000,-

Biaya Operasional




Pembelian baglog 7.500 buah @ Rp 1.800,- : Rp 13.500.000,-
Tenaga kerja : Rp 1.000.000,-
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, karena budidaya jamur tiram ini tidak memerlukan banyak penanganan.
Plastik Kemasan : Rp 60.000,-
Biaya Transportasi : Rp 600.000,-
Biaya Pemasaran : Rp 400.000,-
TOTAL BIAYA OPERASIONAL = Rp 15.560.000,-

Estimasi Produksi

Tingkat keberhasilan inkubasi baglog kurang lebih 80%
Jumlah baglog yang berproduksi yaitu 7.500 X 80% = 6.000 baglog
Produktivitas per baglog kurang lebih 600 gram

Dengan asumsi tersebut, maka produksi yang di hasilkan selama satu periode adalah :
6.000 baglog X 600 gram = 3.600 kg.

Estimasi Pendapatan

Harga jual jamur tiram segar rata-rata adalah Rp 7.500,-/kg. Dengan produksi sebanyak 3.600 kg, maka akan mendapatkan penerimaan:
3.600 kg X Rp 7.500,-/kg = Rp 27.000.000,-
Laba kotor selama 1 periode adalah pendapatan - biaya operasional.
Rp 27.000.000,- - 15.560.000,- = Rp 11.440.000,-

Bunga bank selama 6 bulan adalah 6% X (biaya operasional + biaya investasi).
6% X (Rp 15.560.000,- + Rp 19.650.000,-)
6% X Rp 35.210.000,- = Rp 2.112.600,-

Laba bersih : Rp 11.440.000,- - Rp 2.112.600,- = Rp 9.327.400,-

Tingkat Pengembalian Biaya Investasi


Laba bersih : Biaya investasi X 100%
Rp 9.327400,- : Rp 19.650.000,- X 100% = 0,47

Hal ini berarti keuntungan bersih yang diperoleh dalam satu mampu mengembalikan biaya investasi sebesar 47%. Artinya, untuk mengembalikan sejumlah 100% biaya investasi yang dikeluarkan diperlukan wakktu selama 100 : 47 = 2,13 kali periode budidaya. Sehingga pada periode budidaya yang ketiga, yaitu memasuki tahun kedua, pembudidaya sudah bisa meraih keuntungan bersih hingga tahun kelima.

Berdasarkan asumsi-asumsi perhitungan di atas, usaha bisnis budidaya jamur tiram memiliki kelayakan usaha yang sangat baik. Dimana pengusaha atau pembudidaya dapat meraih keuntungan yang sangat besar pada periode penanaman yang ketiga hingga kesepuluh. Asumsi tersebut berdasarkan jangka waktu periode budidaya selama enam bulan dan sewa lahan selama lima tahun.

Demikian informasi ini kami sajikan, semoga artikel Analisa Usaha Bisnis Budidaya Jamur Tiram bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih atas kunjungannya, salam Tanijogonegoro.

ARTIKEL POPULER