Morfologi Tanaman Mangga

Sebelum melakukan budidaya mangga, tidak ada salahnya untuk mengetahui bagaimana morfologi tanaman mangga. Tanaman Mangga tumbuh berbentuk pohon berbatang tegak, bercabang banyak, bertajuk rindang, dan hijau sepanjang tahun. Tinggi tanaman berkisar antara 10 hingga 40 meter. Umur tanaman mangga bisa mencapai lebih dari 100 tahun. Morfologi tanaman mangga yang akan kami uraikan di sini terdiri dari akar, batang, daun, dan bunga.

Taksonomi Tanaman Mangga

Sebelum membahas lebih jauh tentang morfologi tanaman mangga, mari kita lihat sejenak taksonomi tanaman mangga.

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Species : Mangifera indica L.

Morfologi Tanaman Mangga




Akar

Akar tanaman mangga terdiri dari akar tunggang dan akar cabang. Akar tunggang berukuran sangat panjang, bisa mencapai kedalaman 6 meter. Pemanjangan akar tunggang pada tanaman mangga akan berhenti apabila akar tersebut telah mencapai permukaan air tanah, dan selanjutnya akan membentuk akar cabang di dalam tanah. Semakin kedalam, jumlah akar cabang yang terbentuk semakin sedikit. Tanaman mangga akan membentuk akar cabang paling banyak pada kedalaman 30-60 cm di bawah permukaan tanah.

Batang

Batang tumbuh tegak dengan percabangan dan ranting banyak. Cabang dan rangting ditumbuhi daun lebat dengan tajuk berbentuk kubah, oval, atau memanjang. Kulit batang pohon mangga tebal dan kasar, banyak celah-celah kecil dan bersisik bekas tangkai daun. Warna kulit batang biasanya cokelat tua hingga abu-abu kehitaman. Tanaman yang berasal dari biji biasanya tumbuh tegak, kuat dan meninggi. Sedangkan tanaman yang berasal dari bibit sambung atau okulasi biasanya berbatang pendek dengan percabangan membentang. Umur tanaman mangga yang berasal dari biji bisa lebih dari 100 tahun, sedangkan tanaman dari bibit okulasi atau sambung biasanya hanya mencapai 80 tahun.

Daun

Tanaman mangga memiliki daun tunggal tanpa anak dan penumpu. Letak dan posisi daun bergantian mengelilingi ranting. Panjang tangkai daun 1,25-12,50 cm. Bagian pangkal tangkai daun membesar, dengan sisi atasnya membentuk alur. Panjang daun 8-40 cm dengan lebar 2-12,5 cm. Tulang daun berjumlah 18-30 buah. Aturan letak daun pada batang (phyllotaxy) biasanya 3/8, tetapi semakin mendekati ujung, letaknya biasanya semakin berdekatan, sehingga tampak seperti dalam lingkaran. Bentuk daun bervariasi, ada yang seperti mata tombok, lonjong, segi empat dengan ujung runcing, dan bulat telur dengan ujung runcing. Tepi daun halus, terkadang sedikit bergelombang. Daun muda berwarna kemerahan, sedangkan daun tua pada permukaan bagian atas berwarna hijau tua dan permukaan bagian bawah hijau muda. Umur daun dapat mencapai satu tahun.

Bunga

Bunga mangga tumbuh dari tunas ujung, terangkai dalam tandan sebagai bunga majemuk, rangkaian bunga berbentuk kerucut. Jumlah bunga pada setiap tandan berkisar antara 1.000-6.000 kuntum, berukuran kecil dengan diameter antara 6-8 mm. Dalam setiap rangkaian bunga, terdapat bunga jantan dan hermaprodit, dengan jumlah bunga jantan lebih banyak. Diperkirakan dalam satu tandan hanya terdapat 1,25-77,9% bunga hermaprodit. Kelopak dan mahkota berjumlah lima lembar. Panjang daun mahkota dua kali panjang kelopak. Warna bunga kekuningan, warna bagian tepi mahkota putih. Ketika akan layu, warna mahkota berubah menjadi kecokelatan hingga kemerahan. Bakal buah tidak bertangkai, pada bagian ujungnya terdapat kepala putik. Dalam satu bunga hermaprodit, kadang-kadang terdapat tiga bakal buah.

Sejarah Tanaman Mangga

Tanaman mangga berasal dari daerah India, bahkan di negera tersebut beredar cerita rakyat, yang menceritakan bahwa buah mangga merupakan penjelmaan dari Dewa Prajapati. Tanaman mangga pertama kali ditemukan oleh Alexander Agung di daerah lembah Indus, India. Pada tahun 632-645 SM, Huien T'Sang menulis tentang tanaman mangga di India. Dari lembah Indus, India, tanaman mangga kemudian menyebar ke berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Dan di Indonesia saat ini telah memiliki berbagai varietas tanaman mangga, dengan keunggulan dan kelemahannya masing-masing.

Seorang ahli botani, Rumphius, pada tahun 1741 menyimpulkan bahwa penanaman mangga di bagian timur India telah dilakukan hampir empat ribu tahun silam, bahkan mungkin lebih dari enam ribu tahun silam. Dalam kesimpulannya tersebut, ia juga menyatakan bahwa penaman mangga di beberapa daerah di Asia baru dilakukan beberapa abad yang lalu. Oleh karena itu, ahli botani tersebut berpendapat bahwa tanaman mangga berasal dari daerah India timur, perbatasan dengan Birma. Kata mangga sendiri berasal dari bahasa Tamil, yakni man-gas atau man-kay. Dalam bahasa botani, tanaman ini disebut dengan istilah Mangifera indica L. yang berarti tanaman mangga berasal dari India.



Penyebaran Tanaman Mangga

Sekitar abad ke-4 atau ke-5 SM, tanaman mangga menyebar ke berbagai negara melalui para pedagang yang menjelajah ke arah timur hingga ke Semenanjung Malaka. Pada tahun 1400, tanaman mangga mulai di tanam di daerah Kepulauan Sulu, dan tahun 1450 tanaman ini menyebar ke daerah Mindanau, Filipina. Sekitar tahun 1665 tananam yang menghasilkan buah beraroma wangi ini baru di tanam di Kepulauan Maluku. Dan pada saat itulah tanaman mangga mulai menyebar ke seluruh Nusantara. Pada tahun 1690, tanaman mangga sudah dibudidayakan di Inggris, di dalam rumah kaca. Sekitar tahun 1779, bangsa Spanyol membawa bibit mangga dari Filipina ke Mexico. Pada pertengahan abad ke-18, orang Portugis mulai menyebarkan tanaman mangga ke daerah Lisabon dan Brazil. Kemudian pada abad ke-19, bangsa Portugis menyebarkan tanaman mangga dari Goa, India ke daerah Afrika Timur, yang akhirnya menyebar hingga ke Afrika Barat dan Kepulauan Canari. Di negara Paman Sam, Amerika Serikat, tanaman mangga pertama kali dibudidayakan pada tahun 1833, di Florida, dan bibit yang ditanam berasal dari daerah Mexico. Kemudian pada tahun 1885, Amerika Serikat senganja mendatangkan bibit hasil okulasi dari India, dan hingga kini, Florida dikenal sebagai daerah penghasil mangga terbesar di Amerika Serikat. Sekitar tahun 1870, tanaman mangga baru dibudidayakan di daerah Queensland, dan pada tahun 1905, tanaman ini baru mulai ditanam di negara Italia.

Kegiatan Pembumbunan Pada Budidaya Jahe

Pembumbunan merupakan kegiatan menguruk pangkal batang tanaman jahe yang bertujuan untuk menimbun rimpang yang menyembul keluar. Waktu pembumbunan dilakukan pada saat tanaman jahe membentuk rumpun. Kegiatan pembumbunan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan sekaligus pemupukan susulan.

Fungsi Pembumbunan Pada Tanaman Jahe

Pada budidaya jahe, pembumbunan memiliki beberapa fungsi, yaitu:

  • Menggemburkan tanah, sehingga dapat mempermudah pembesaran rimpang dan penetrasi akar.
  • Menutup dan melindungi rimpang jahe yang menyembul ke permukaan tanah.
  • Menambah kandungan oksigen dalam tanah.
  • Memperkuat tanaman jahe.
  • Memperluas area perakaran, sehingga unsur hara yang terserap lebih banyak.
  • Mencegah rimpang terkena sinar matahari yang dapat mengakibatkan rimpang mengeras dan berwarna hijau seperti batang.



Waktu Pembumbunan

Kegiatan pembumbunan ini dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan, biasanya setelah tanaman jahe membentuk rumpun atau setelah tanah pada bedengan tempat menaman jahe mulai longsor karena hujan. Pembumbunan dapat dilakukan berulang kali, tergantung pada jenis tanah dan curah hujan. Pembumbunan akan lebih sering dilakukan pada tanah-tanah yang remah dan curah hujan tinggi. Kegiatan pembumbunan ini juga bisa dimulai pada saat tanaman jahe membentuk rumpun, sebanya 4-5 anakan. Pembumbunan dilakukan sebelum pemupukan susulan. Biasanya, dalam satu musim, kegiatan pembumbunan dapat dilakukan sebanya 3-6 kali, tergantung kondisi.

Cara Melakukan Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan dengan cara menyiangi gulma terlebih dahulu, kemudian mencangkul tanah tipis-tipis di sekitar tanaman jahe atau sekitar parit (orang Jawa biasa menyebut proses ini dengan istilah "dangir"). Tanah yang telah dicangkul tipis-tipis ini digunakan untuk menimbun pangkal batang tanaman jahe membentuk guludan atau bedengan kecil. Setelah kegiatan pembumbunan, pembudidaya dapat langsung melakukan pemupukan susulan.

Persiapan Media Semai Pada Budidaya Cabai dan Tomat

Untuk menghasilkan kualitas bibit tanaman berkualitas, maka perlu dipersiapkan media semai yang baik. Pada dasarnya, media semai dari tanah di sekitar pohon bambu sangat baik dignakan untuk persemaian. Disamping kandungan phospornya tinggi, humus daun bambu juga menjadi media yang baik untuk trichoderma, sehingga bisa mengurangi tingkat serangan patogen saat di persemaian. Selain itu, tanah di sekitar pohon bambu juga biasanya remah dan gembur.

Jika tanah sekitar pohon bambu sulit di dapat, maka bisa menggunakan tanah gembur lain. Pada musim kemarau, persiapan tanah sebagai media semai tidak mengalami kendala yang berarti. Namun, pada saat musim hujan, sebaiknya tanah dipersiapkan satu bulan sebelum penyemaian benih. Hal ini perlu dilakukan agar tanah lebih kering, sehingga lebih mudah untuk dimasukkan dalam kantong plastik. Tanah sebanyak 1 m³, bisa digunakan untuk mengisi polibag atau kantong plastik berukuran 8 x 10 cm sebanyak 300 buah.

Sebelum digunakan sebagai media semai, tanah sebaiknya diayak dengan saringan pasir terlebih dahulu, agar benar-benar halus sehingga memudahkan petumbuhan dan perkembangan perakaran bibit.

Komposisi media semai




Komposisi media semai adalah 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang fermentasi, dan 150 gram pupuk NPK 16-16-16 yang dihaluskan. Pencampuran dilakukan secara merata, pastikan bahwa tepung NPK sudah bercampur ke seluruh media. Pastikan tanah yang digunakan benar-benar kering dan halus, sehingga mudah untuk dimasukkan dalam polibag. Setelah itu, media dimasukkan ke dalam kantong pembibitan. Selain menggunakan polybag, tempat persemaian juga bisa menggunakan pot atau tray. Pengisian media semai jangan terlalu penuh, sekitar 90% dari permukaan atas kantong atau pot. Untuk mengurangi resiko serangan patogen, sebaiknya tambahkan jamur trichoderma sebagai agensia hayati atau perstisida biologi.

Setelah media semai siap, segera siram dengan air secukupnya. Jangan terlalu basah, karena dapat memicu tumbuhnya penyakit, seperti phytium debarianum, phytophtora capsici, atau rhyzoctonia solani. Sebelum benih dimasukkan, permukaan bagian tengah media semai diberi lubang tanam sedalam kurang lebih 8 cm. Pembuatan lubang tanam ini bisa menggunakan bambu berukuran pensil. Bambu ditusukkan ke media, kemudian diangkat pelan-pelan sambil sedikit diputar.

Perlakuan Benih Pada Tanaman Cabai, Tomat, dan Tanaman Hortikultura Lain

Perlakuan benih bertujuan untuk menghasilkan bibit tanaman berkualitas, mempercepat perkecambahan, dan membunuh bibit penyakit yang terbawa benih. Perlakuan benih dilakukan sebelum persemaian atau penanaman ke polibag. Pada artikel ini, kami akan menjelaskan 3 teknik perlakuan benih secara sederhana.

Perendaman dengan air hangat

Perlakuan ini bertujuan untuk mempermudah serta mempercepat perkecambahan benih. Benih direndam dalam air hangat selama 4-6 jam. Setelah itu, benih dibungkus dengan handuk atau kertas koran yang dibasahi. Kemudian diperam dalam kaleng atau kotak biskuit, di dalam kaleng tersebut diberi penerangan dengan lampu 15 watt. Penerangan tersebut bertujuan untuk meningkatkan suhu di dalam kaleng. Perlu diperhatikan, bahwa handuk atau kertas koran pembungkus benih harus selalu dijaga kelembabannya. Setelah muncul kecambah atau bakal akar, benih siap untuk ditanam di persemaian. Pada tanaman cabai atau tomat, benih biasanya berkecambah dalam waktu 3-4 hari.

Perendaman dalam larutan fungisida dan bakterisida




Sebelum disemai, benih terlebih dahulu direndam dalam larutan fungisida berbahan aktif benomil dan bakterisida berbahan aktif streptomicyn sulfat. Konsentrasi larutan adalah 2 gram benomil dan 1 gram streptomicyn sulfat per liter air. Perendaman dilakukan selama 4-6 jam, kemudian benih diperam seperti pada perlakuan dengan air hangat.

Pengadukan benih dengan fungisida dan bakterisida dalam formulasi tepung

Karena perendaman dan pemeraman menyulitkan petani saat melakukan penyemaian, maka cara yang lebih praktis untuk perlakuan benih adalah dengan pengadukan dalam fungisida dan bakterisida dalam formulasi tepung. Cara ini lebih sering dilakukan oleh petani karena lebih efisien waktu dan memudahkan pekerjaan. Benih yang masih berada dalam kemasan dibuka dengan cara digunting pada bagian atasnya. Kemudian masukkan fungisida berbahan aktif benomil dan bakterisida berbahan aktif streptomicyn sulfat secukupnya. Kemudian kemasan yang telah digunting dilipat kembali, dan dikocok-kocok hingga seluruh permukaan benih dalam kemasan terlapisi oleh fungisida dan bakterisida yang telah dimasukkan. Setelah itu, benih siap ditanam di media persemaian.

Berdasarkan pengalaman penulis, perlakuan benih dengan cara kering atau pengadukan bukan hanya lebih efisien, tetapi juga lebih efektif untuk kesehatan tanaman selama dalam persemaian. Selain itu, penggunaan dua jenis pestisida yang bekerja secara sistemik tersebut dapat mengurangi tingkat serangan penyakit di persemaian.

Iklim Ideal Untuk Tanaman Cabai

Dalam kegiatan budidaya cabai, sebaiknya petani memperhatikan faktor iklim agar kegiatan budidaya yang dilakukan dapat berhasil dengan baik. Tanaman cabai akan tumbuh baik dan lebih produktif pada iklim-iklim tertentu. Dengan mengetahui faktor iklim, kita dapat membuat perencanaan produksi yang lebih tepat, sehingga dapat memperkecil resiko yang kemungkinan timbul. Faktor iklim yang perlu diperhatikan sebelum budidaya cabai dilaksanakan antara lain angin, curah hujan, cahaya matahari, suhu, dan kelembaban udara. Berikut ini penjelasan singkat mengenai faktor iklim tersebut.

Angin

Kondisi angin ideal untuk budidaya cabai adalah angin yang bertiup sepoi-sepoi. Angin sepoi-sepoi ini akan melindungi tanaman cabai dari terik sinar matahari, karena membawa uap air, sehingga penguapan tanaman lebih rendah dan berkurang. Pada musim hujan, dimana lebah penyerbuk tidak begitu banyak yang datang ke areal pertanaman, angin dapat membantu proses penyerbukan. Namun, angin yang bertiup terlalu kencang justru dapat merugikan tanaman cabai, ranting-ranting banyak yang rusak, bunga banyak yang rontok, atau bahkan dapat merobohkan tanaman. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk mengantisipasi konsisi iklim yang disebabkan oleh angin ini, seperti dengan memasang ajir, dan penanaman tanaman pagar untuk menghambat kecepatan angin. Tanaman pagar yang biasa digunakan untuk budidaya cabai diantaranya adalah kacang panjang, buncis, atau jagung, yang ditanaman mengelilingi araeal budidaya.

Curah Hujan




Secara umum, tanaman cabai memerlukan curah hujan antara 1.500-2.500 mm/tahun. Berdasarkan tipe iklim menurut Schimidt dan Fergusson, tanaman cabai dapat tumbuh dan berproduksi baik pada iklim dengan kriteria:

1. Daerah sangat basah, dengan 0-1.5 bulan kering.
2. Daerah basah, dengan 1,5-3 bulan kering.
3. Daerah agak basah, dengan 3-4,5 bulan kering.
4. Daerah sedang, dengan 4,5-6 bulan kering.

Curah hujan yang terlalu tinggi berpotensi mengakibatkan areal pertanaman tergenang, sehingga perakaran cabai akan kesulitan bernafas dan memicu serangan penyakit. Selain itu, juga dapat meningkatkan kelembaban udara di sekitar pertanaman. Hujan yang terlalu keras juga dapat membuat rontok bunga cabai sebelum diserbuki.

Untuk mengantisipasi resiko yang mungkin timbul akibat curah hujan terlalu tinggi diantaranya adalah:

1. Membuat parit
2. Menggunakan mulsa PHP
3. Bedengan lebih tinggi
4. Pengaturan jarak tanam

Cahaya Matahari

Bagi tanaman, cahaya matahari merupakan faktor yang sangat penting untuk proses fotosintesis, pembentukan bunga, pembentukan buah, dan pemasakan buah. Bagi tanaman cabai, kebutuhan akan intensitas sinar matahari sangat tinggi agar pembungaan dapat berlangsung dengan normal. Apabila kekurangan sinar matahari, tanaman cabai akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang tidak normal, tanaman cenderung meninggi, bunga yang dihasilkan tidak banyak, batang sukulen (berair) sehingga mudah terserang penyakit, umut panen lebih lama, sehingga kualitas dan kuantitas produksi akan berkurang. Tanaman cabai membutuhkan intensitas sinar matahari dengan lama penyinaran (fotoperiodisitas) optimal 10-12 jam sehari.

Suhu dan Kelembaban Udara

Untuk keberhasilan budidaya cabai, petani harus menentukan lokasi yang benar-benar tepat, sehingga suhu dan kelembaban optimal untuk perkembangan tanaman cabai dapat terpenuhi. Pada umumnya, tanaman cabai akan tumbuh dan berkembang baik pada suhu antara 25-30 derajat celcius, dengan suhu optimal untuk pertumbuhan antara 25-28 derajat celcius.

Suhu udara yang terlalu rendah akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, pembentukan kurang sempurna, pemasakan buah lebih lama, sehingga umur panen akan lebih panjang. Oleh sebab itu, lokasi budidaya cabai idealnya dilakukan di daerah dengan ketinggian di bawah 1.400 mdpl.

Sebaliknya, jika suhu udara terlalu tinggi, apalagi dengan pengairan yang kurang, maka akan menghambat suplai unsur hara, dan menyebabkan transpirasi (penguapan) pada tanaman terlalu tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan rontoknya bunga dan buah, atau buah yang terbentuk akan kecil-kecil tidak sempurna, serta pertumbuhan tanaman yang terhambat dan merana. Oleh sebab itu, jika budidaya dilakukan pada musim kemarau, sebaiknya dilakukan penyiraman atau penggenangan yang cukup dan penyemprotan tanaman secara rutin. Selain itu, suhu udara yang terlalu tinggi akan merangsang perkembangbiakan hama tanaman, sehingga interval penyemprotan insektisida juga harus dilakukan lebih pendek.

Untuk mendukung pertumbuhan yang optimal, tanaman cabai memerlukan kelembaban relatif 80% dengan sirkulasi udara yang lancar. Curah hujan yang terlalu tinggi akan meningkatkan kelembamban di sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan penyakit akan jauh lebih tinggi.

Morfologi Cabai

Sebelum kita memutuskan untuk budidaya cabai, ada baiknya untuk terlebih dahulu mengetahui morfologi cabai, sehingga referensi kita terhadap tanaman perdu ini lebih lengkap. Cabai merupakan tanaman semusim (annual) yang berasal dari benua Amerika, tanaman berbentuk perdu, dengan batang berkayu dan berdiri tegak. Tinggi tanaman sangat bervariasi, tergantung pada varietas atau jenisnya, pada umumnya antara 65-170 cm, dengan lebar tajuk antara 50-100 cm.

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan (Plantarum), tanaman cabai tergolong jenis tanaman yang menghasilkan biji (Spermatophyta), dengan biji tertutup oleh bakal buah, sehingga tanaman ini digolongkan dalam tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).

Tanaman cabai memiliki dua daun lembaga yang berarti tanaman ini memiliki biji belah, sehingga digolongkan dalam kelas dicotyledoneae. Bunga memiliki hiasan yang lengkap, yaitu kelopak dan mahkota, dengan daun-daun mahkota yang saling berdekatan satu sama lain, sehingga tanaman cabai masuk dalam subkelas Sympetalae. Termasuk dalam keluarga terung-terungan (Solanaceae) serta genus Capsicum.



Berikut ini adalah klasifikasi tanaman cabai:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : icotyledoneae
Subkelas : Sympetalae
Ordo : Tubiflorae (Solanales)
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.

Pupuk Nitrogen Dan Pengaruhnya Pada Tanaman

Nitrogen adalah unsur kimia, dalam tabel periodik disimbolkan lambang N. Nitrogen biasa ditemukan dalam bentuk gas tanpa warna, tanpa bau, dan tanpa rasa. Unsur kimia ini mengisi kurang lebih 78.08% atmosfer bumi.

Dalam biologi, nitrogen merupakan salah satu unsur utama dalam pembentukan asam amino dan asam nukleat. Asam amino merupakan senyawa pembentuk protein, sedangkan asam nukleat berperan sebagai komponen pembentuk RNA dan DNA.

Pupuk nitrogen adalah pupuk kimia yang mengandung unsur N, baik dalam bentuk tunggal maupun majemuk, yang umumnya berupa senyawa nitrat, amonium, amin, sianida.

Beberapa contoh pupuk nitrogen adalah pupuk urea (NH2CONH2), Amonium nitrat (NH4NO3), Kalium nitrat (KNO3), kalsium sianida (CaCN2), amonium fosfat [(NH4)3PO4], dan Amonium sulfat (ZA) [(NH4)2SO4].

Keluarga kacang-kacangan, seperti kedelai, kacang tanah, kacang panjang, mampu menangkap nitrogen secara langsung dari atmosfer karena tanaman tersebut bersimbiosis dengan bakteri bintil akar, yaitu jenis bakteri menguntungkan yang mampu mengikat nitrogen bebas sehingga tersedia di dalam tanah.



Pada tanaman, nitrogen berperan dalam pembentukan zat hijau daun atau biasa disebut dengan klorofil, protein, dan lemak. Klorofil sangat membantu dalam proses pemasakan zat makan yang diserap oleh akar atau fotosintesis. Pemberian pupuk nitrogen pada tanaman akan membantu dan merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman, sehingga dapat mempercepat proses pembentukan daun, pembesaran batang, dan penambahan tinggi tanaman.

Gejala kekurangan nitrogen pada tanaman ditunjukkan dengan menguningnya daun (warna daun berubah menjadi kekuningan, yang selanjutnya menjadi kuning sempurna), jaringan daun mati biasanya ditandai dengan warna merah kecokelatan. Pada tanaman cabai, buah yang terbentuk akan kecil-kecil dan tidak sempurna.

Pemberian pupuk nitrogen yang berlebihan, atau tidak berimbang, juga akan berdampak buruk bagi tanaman. Tanaman memang tampak subur, tetapi sebenarnya tanaman yang mengalami kelebihan nitrogen akan sukulen, berair, dan mudah terserang hama/penyakit. Meskipun menjadi unsur hara penting dan sangat dibutuhkan tanaman, tetapi pemberian pupuk nitrogen harus terukur, tidak boleh berlebihan.

ARTIKEL POPULER