BUDIDAYA TOMAT

Artikel ini membahas semua proses dalam kegiatan budidaya tomat, termasuk bagaimana cara menanam tomat yang baik, serta pengendalian hama penyakit tomat. Tanaman Tomat merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura bernilai ekonomis tinggi, oleh karena itu, untuk menunjang keberhasilan dalam proses budidaya, maka teknik dan cara menanam tomat yang baik perlu diperhatikan. Cara menanam tomat perlu dilakukan secara intensif agar produksi optimal sehingga kegiatan budidaya tanaman tomat mampu menghasilkan keuntungan tinggi. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa keuntungan tinggi untuk semua jenis budidaya pertanian juga sangat ditentukan oleh harga jual. Namun, dengan mengetahui teknik dan cara budidaya tomat yang baik dan benar, paling tidak keberhasilan produksi dalam proses budidaya sudah dapat dicapai. Apabila produktivitas tanaman tinggi akan semakin menguntungkan, apalagi jika didukung harga jual di pasaran juga tinggi.

Buah tomat termasuk komoditas multiguna, dikatakan multigunan karena selain berfungsi sebagai sayuran maupun dikonsumsi buah segar, buah tomat juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar kosmetik serta obat-obatan berbagai macam penyakit. Kandungan kimia buah tomat mempunyai khasiat dan manfaat sangat besar bagi kesehatan manusia.

BAGAIMANA CARA MENANAM TOMAT YANG BAIK?

Sebelum membahas lebih lanjut tentang cara budidaya tomat yang baik, alangkah baiknya mengetahui karakter dan tipe pertumbuhan tanaman tomat agar dapat menentukan varietas yang cocok untuk kegiatan budidaya di daerah masing-masing. Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Tomat tipe determinate memiliki postur tanaman pendek, tandan bunga terletak di setiap ruas batang serta di ujung tanaman. Sedangkan tipe indeterminate, memiliki postur tanaman tinggi, tandan bunga terletak berseling di antara 2-3 ruas, ujung tanaman tumbuh pucuk muda. Tomat bertipe indeterminate akan menghasilkan buah tomat berukuran besar.

SYARAT TUMBUH TANAMAN TOMAT

Tanaman tomat memerlukan curah hujan antara 100-220 mm/hujan, ketinggian tempat optimal tanaman berkisar antara 100-1000 mdpl tergantung dari varietas maupun tipe pertumbuhan tanaman. Untuk menopang pertumbuhan tanaman, tomat membutuhkan sinar matahari, dengan intensitas antara 10-12 jam per hari. Suhu optimal pertumbuhan tomat berkisar 25-30°C, sedangkan proses pembungaan membutuhkan suhu malam hari 15-20°C. Selain itu, tanaman ini juga membutuhkan air dalam jumlah cukup. Kita ketahui, bahwa kandungan air yang terdapat pada buah tomat mencapi 90%, sehingga pemberian air tidak boleh terhambat selama masa budidaya. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan serta bobot buah tomat. Namun perlu diingat, pemberian air juga tidak boleh berlebihan, karena justru akan menjadi sumber penyakit bagi tanaman. Tanaman tomat memasuki fase generatif serta tumbuh di daerah kurang air akan menghasilkan buah kecil-kecil kurang sempurna karena penyerapan unsur hara di dalam tanah terhambat sehingga tanaman kurang maksimal dalam melakukan produksi maupun pembesaran buah. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap produktivitas maupun penurunan hasil panen tomat. Hal lain untuk diperhatikan dalam budidaya tanaman tomat adalah masalah lokasi penanaman. Lokasi penanaman tomat dipilih dari lahan yang masih baru, atau lahan tersebut tidak digunakan sebagai lokasi penanaman tomat pada musim sebelumnya. Untuk memudahkan pengendalian hama penyakit tomat, lebih baik memilih lokasi budidaya tomat yang sudah diberakkan, minimal dua tahun, sehingga hasil yang dicapai bisa lebih optimal.

PERSIAPAN BUDIDAYA TOMAT




Sebelum melakukan penanaman tomat, perlu dilakukan persiapan awal untuk menunjang keberhasilan budidaya tomat. Persiapan awal meliputi pengukuran pH tanah, pemberian kapur pertanian sesuai kebutuhan tanaman maupun nilai pH tanahnya, persiapan lahan, serta persiapan pembibitan.

Pengukuran pH Tanah

Tanah dengan tingkat keasaman tinggi dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan tanaman maupun hasil produksi tomat, karena tanah masam unsur haranya (terutama hara makro N,P,K) terikat oleh unsur lain seperti Fe ataupun Al sehingga terjadi ikatan menjadi senyawa tidak tersedia dalam tanah. Pelepasan unsur makro dari senyawa tersebut membutuhkan Ca (terkandung dalam kapur pertanian) untuk diubah menjadi tersedia bagi akar tanaman. Nilai pH netral (pH 7) merupakan kondisi ideal bagi akar tanaman dalam menyerap unsur tersedia dalam tanah, selanjutnya diangkut ke daun agar dirombak menjadi makanan melalui proses fotosintesis. Ketika serapan unsur hara optimal, tanaman melakukan pertumbuhan maupun reproduksi secara sempurna sehingga dengan pertumbuhan vigor, tanaman mampu menyangga beban buah tomat yang sangat lebat.

Persiapan Lahan

Persiapan yang harus dilakukan saat budidaya tanaman tomat meliputi pembajakan, penggaruan, pembuatan bedengan kasar, pengapuran tanah (200 kg/rol mulsa plastik hitam perak untuk pH di bawah 6,5), pemupukan pupuk kandang matang sebanyak 40 ton/ha, pemupukan kimia NPK sebanyak 150 kg/rol mulsa (Aduk-aduk bedengan biar pupuk bercampur rata dengan tanah), pemasangan mulsa PHP, pembuatan lubang tanam (60 cm x 60 cm untuk penanaman tomat di musim kemarau atau 70 cm x 70 cm saat musim hujan), dan pemasangan ajir. Ukuran bedengan dibuat dengan lebar 110-120 cm, dan tinggi menyesuaikan musim, yaitu 40 cm pada musim kemarau dan 70 cm pada musim hujan. Parit antarbedengan dibuat selebar 50-70 cm, jika terlalu sempit akan menyulitkan pemeliharaan tanaman. Untuk menjaga kelembaban udara saat tanaman dewasa, maka pemasangan ajir lebih dianjurkan menggunakan sistem tegak, dimana antara ajir yang satu dengan lainnya dihubungkan dengan gelagar. Agar lebih kuat, ajir paling pinggir dan setiap 4 ajir sekali dipasang ajir penguat membentuk sudut ± 45°.

Persiapan Pembibitan dan Penanaman Tomat

Persiapan yang dilakukan adalah menyediakan rumah pembibitan tomat. Hal ini dilakukan untuk melindungi bibit tomat muda dari sinar matahari langsung maupun serangan hama penyakit tomat. Kemudian menyediakan media semai (komposisi 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, 150 g NPK halus). Media campuran dimasukkan ke dalam polibag semai. Sebelum bibit tomat disemaikan, terlebih dulu rendamlah selama ± 6 jam. Benih direndam dalam larutan fungisida sistemik berbahan aktif metalaksil atau simokanil dengan konsentrasi rendah atau cukup ½ dari dosis terendah pada anjuran di kemasannya. Untuk mempercepat perkecambahan benih tomat, permukaan media ditutup menggunakan kain goni (bisa menggunakan plastik mulsa PHP), dan selalu dijaga kelembabannya.
Penutup permukaan media dibuka jika benih tomat sudah berkecambah, kemudian disungkup plastik transparan. Perlakuan pembukaan sungkup dimulai saat pukul 07.00-09.00, dibuka lagi pukul 15.00-17.00. Umur 5 hari menjelang penanaman, sungkup transparan dibuka penuh. Hal ini bertujuan untuk melatih bibit tomat biar lebih kuat. Penyiraman bibit tomat dilakukan setiap pagi, jangan terlalu basah. Tetapi jika siang harinya cuaca terlalu panas, penyiraman bibit tomat dilakukan lagi saat sore hari. Penting untuk diperhatikan bahwa jangan melakukan penyiraman tanaman saat panas tinggi terutama di siang hari agar tidak terjadi penguapan berlebih. Pengendalian hama dan penyakit tomat di pembibitan dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif simoksanil serta insektisida berbahan aktif imidakloprid saat umur tanaman 10 hss (hari setelah semai) menggunakan dosis ½ dosis terendah seuai anjuran di kemasannya. Penyemprotan dilakukan secara bersamaan antara fungisida maupun insektisidanya agar waktu maupun biaya tenaga kerja dapat dihemat. Bibit tomat siap pindah tanam jika telah memiliki 4 helai daun sejati.

PEMELIHARAAN TANAMAN TOMAT

Untuk mencapai hasil panen tinggi, selama proses budidaya tanaman tomat perlu dilakukan perawatan rutin, meliputi penyulaman, perempelan daun, pengairan, sanitasi lahan, pengikatan tanaman pada ajir, pemupukan susulan serta pengendalian hama dan penyakit tomat. Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan kami uraikan satu per satu:

Penyulaman Tanaman

Penyulaman tanaman dilakukan sampai umur tanaman 2 minggu. Penyulaman jangan terlalu tua, karena keseragamannya menjadi berkurang sehingga akan menghambat pemeliharaan selama budidaya. Ketidakseragaman tingkat pertumbuhan tanaman akan memperngaruhi cara pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Terutama saat tanaman pertama sudah tumbuh besar sedangkan tanaman susulan atau sulaman masih muda, sehingga serangan hama dan penyakit selama proses budidaya tanaman tomat akan terjadi secara terus menerus. Kondisi demikian tentunya akan mempersulit pengendalian.

Perempelan dan Pengikatan Tanaman

Perempelan tunas samping dilakukan sampai pembentukan cabang tanaman, baik cabang utama, cabang kedua, ketiga dst di atas cabang utama. Jadi, di atas cabang utama, cabang tomat yang dipelihara adalah cabang-cabang produktif. Perempelan tunas samping dilakukan pada semua tunas air (tunas-tunas di ketiak daun), baik di bawah cabang utama maupun di bawah cabang-cabang produktif. Perempelan tunas di bawah cabang utama bertujuan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman agar tanaman tumbuh kekar, disamping itu juga menjaga kelembaban tanaman saat tanaman sudah dewasa, sedangkan perempelan tunas di bawah cabang-cabang produktif bertujuan menjaga kelembaban tanaman serta mengoptimalkan hasil produksi tomat.
Perempelan daun tomat di bawah cabang utama dilakukan saat tajuk tanaman telah menutupi seluruh daun tomat bagian bawah, kondisi seperti ini daun tomat sudah tidak berfungsi secara optimal, justru sangat disenangi hama dan penyakit tanaman. Perempelan daun juga dilakukan bagi daun tomat tua/terserang penyakit. Agar kesehatan lahan tetap terjaga terutama untuk budidaya pertanian sefamili, maka saat melakukan perempelan daun tomat tua ataupun daun tomat terserang hama maupun penyakit harus dibuang serta dimusnahkan dari areal budidaya.

Sanitasi Lahan dan Pengairan Lahan

Sanitasi lahan selama proses budidaya perlu dilakukan untuk menciptakan lingkungan tumbuh kondusif bagi pertumbuhan tanaman. Hal-hal yang perlu dilakukan pada kegiatan sanitasi lahan meliputi : Pengendalian gulma/rumput, pengendalian air saat musim hujan sehingga tidak muncul genangan, pemangkasan daun-daun tomat tua dan terserang hama penyakit, serta memusnahkan sampai keakar-akarnya terhadap tanaman yang terserang hama dan penyakit akar.
Pengairan Lahan. Meskipun selama proses budidaya tanaman tomat sangat membutuhkan air, namun pengairan harus diberikan secara terukur agar kelembaban tanah masih tetap terjaga. Pengairan dapat dilakukan melalui penggenangan lahan atau pengeleban setiap satu minggu sekali jika hujan tak kunjung turun. Saat melakukan penggenangan, yang perlu diperhatikan pada budidaya tanaman tomat adalah tinggi genangan jangan melebihi 1/3 dari tinggi bedengan agar pernapasan akar tanaman tidak terganggu. Demikian juga sebaliknya saat musim hujan, kelebihan air harus segera dibuang (caranya mengatur drainase secara benar). Pengaturan drainase yang baik dan benar dilakukan saat pembuatan bedengan pada persiapan lahan. Hindari genangan air agar akar tanaman tetap dapat bernapas dengan baik.

Pemupukan Susulan

Selama berlangsungnya budidaya tomat, pupuk susulan masih tetap diberikan untuk memacu pertumbuhan tanaman terutama saat memasuki fase generatif karena kebutuhan makanan di fase ini sangat tinggi. Pemberian pupuk susulan dapat diberikan melalui akar maupun daun tanaman. Namun secara prinsip, pemberian pupuk susulan dalam bentuk tersedia bertujuan agar pemberian unsur hara dapat langsung diserap oleh tanaman untuk meningkatkan pertumbuhannya baik melalui akar maupun daun tomat. Pemberian pupuk akar sebaiknya dalam bentuk cair atau sudah dilarutkan terlebih dahulu ke dalam air. Pada kondisi ini, pupuk terlarut berada dalam kondisi tersedia bagi tanaman sehingga tanaman dapat langsung menyerapnya melalui akar. Pemupukan cara ini lebih dikenal petani holtikultura dengan istilah pengocoran. Pengocoran diberikan saat tomat berumur 15hst,25hst serta 35hst. Dosisnya 3 kg pupuk NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, larutan ini untuk 1000 tanaman, tiap tanaman diberikan masing-masing sebanyak 200 ml larutan.
Selain pemupukan lewat akar, pemberian pupuk susulan lewat daun tomat justru memiliki nilai lebih. Daun tomat langsung menerima makanan yang disemprotkan lewat daun, sehingga daun tomat akan segera melakukan proses fotosintesis di siang harinya oleh bantuan sinar matahari. Adanya kelebihan ini, tanaman secara signifikan menunjukkan pertumbuhan lebih cepat. Namun penggunaan pupuk daun memerlukan biaya lebih banyak, sehingga tetap diimbangi melalui pengocoran. Pemupukan lewat daun bernitrogen tinggi dapat disemprotkan ketika tanaman berumur 7 dan 24 hst, sedangkan phospat, kalium dan mikro tinggi ketika berumur 20, 30, dan 45 hst. Dosis/konsentrasi penyemprotan sesuai petunjuk di kemasan.

CARA MENGENDALIKAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TOMAT

Pengendalian hama dan penyakit tomat menjadi faktor utama kunci keberhasilan budidaya tanaman tomat disamping harga jual. Untuk itu diperlukan keseriusan maupun pengamatan rutin di lapangan agar dapat menekan laju perkembangbiakan. Terdeteksinya hama penyakit tomat lebih dini, diharapkan hama maupun penyakit tersebut dapat segera dianalisa untuk segera dilakukan penanganan paling tepat, sehingga serangan hama penyakit tomat menjadi terkendali.

CARA PENGENDALIAN HAMA TANAMAN TOMAT

Hama pengganggu selama proses budidaya tomat meliputi hama ulat tanah, ulat grayak, ulat buah, kutu daun, kutu kebul, lalat buah maupun hama nematoda. Berikut ini deskripsi singkat disertai cara pengendalian hama tomat :

Ulat Tanah

Hama ulat tanah yang menyerang tanaman tomat adalah Agrotis ipsilon. Serangannya terjadi di malam hari, sedangkan saat siang hari ulat akan bersembunyi di dalam tanah atau terkadang di balik mulsa plastik. Ulat tanah Agrotis ipsilon seringkali menyerang bagian batang tomat muda dengan memotongnya hingga terputus, sehingga ulat jenis ini juga disebut-sebut sebagai ulat pemotong. Cara pengendalian hama ulat tanah pada budidaya tanaman tomat adalah mengaplikasikan karbofuran (insektisida) sebanyak 1 gram untuk setiap tanaman.

Ulat Grayak

Hama ulat tentara (grayak) yang menyerang tanaman tomat berasal dari spesies Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang daun tomat bersama-sama secara berkelompok dalam jumlah sangat banyak, serangannya dilakukan juga di malam hari. Selain memakan bagian daun, Spodoptera juga memakan buah tomat. Daun tomat terserang berupa bercak-bercak putih berlubang, sedangkan buah tomat terserang ditandai adanya lubang tidak beraturan di setiap permukaan buah tomat. Pengendalian ulat grayak secara kimiawi pada saat budidaya tanaman tomat menggunakan insektisida berbahan aktif metomil, sipermetrin, profenofos, deltametrin, klorpirifos, kartophidroklorida, atau dimehipo. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Ulat Buah

Hama ulat buah yang menyerang tanaman tomat adalah spesies Heliotis armigera. Bagian tubuh hama ini diselimuti kutil. Ulat menyerang tanaman dengan cara mengebor buah tomat sambil memakannya sehingga buah tomat terserang terlihat berlubang. Pengendalian hama ulat buah secara kimiawi saat budidaya tanaman tomat menggunakan insektisida berbahan aktif metomil, sipermetrin, profenofos, deltametrin, klorpirifos, kartophidroklorida, atau dimehipo. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Kutu Daun

Hama kutu daun yang menyerang tanaman tomat adalah jenis Myzus persiceae. Kutu mengisap cairan tanaman terutama bagian daun tomat muda, kotorannya berasa manis sehingga mengundang semut. Serangan Myzus persiceae parah menyebabkan daun tomat menguning (klorosis), menggulung serta mengeriting, akhirnya tanaman kerdil. Pengendalian hama kutu Myzus secara kimiawi pada budidaya tanaman tomat adalah menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, tiametoksam, asetamiprid, sipermetrin, klorfenapir, atau lamdasihalotrin. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Kutu Kebul

Hama kutu kebul yang menyerang tanaman tomat adalah spesies Bemisia tabaci. Hama terlihat berwarna putih, memilikia sayap serta bagian tubuh berselimut lilin. Serangan Bemisia tabaci mengakibatkan kerusakan pada sel-sel atau jaringan daun tomat karena cairannya terhisap habis oleh hama. Pengendalian kutu bemisia pada budidaya tomat secara kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, tiametoksam, asetamiprid, sipermetrin, klorfenapir, atau lamdasihalotrin. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Lalat Buah

Hama lalat buah yang menyerang tanaman tomat adalah spesies Dacus dorsalis. Dacus dorsalis betina dewasa menyuntikkan telur-telurnya ke dalam buah tomat, kemudian telur menetas berubah menjadi larva, larva-larva inilah yang menyebabkan buah tomat menjadi busuk karena bagian dalam buahnnya habis dimakan larva lalat (belatung). Pengendalian Dacus dorsalis pada budidaya tanaman tomat salah satunya dengan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif metomil, sipermetrin, profenofos, deltametrin, klorpirifos, kartophidroklorida, atau dimehipo. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan. Atau dapat juga menggunakan perangkap sexpheromone. Caranya : masukkan metil eugenol ke dalam botol aqua yang telah diikat dengan ajir atau bambu secara horisontal. Jika susah menemukan metil eugenol, dapat memanfaatkan aroma buah-buahan yang disukai lalat, caranya : campur buah nangka atau timun dengan insektisida berbahan aktif metomil, lalu sama juga dimasukkan ke dalam botol aqua seperti cara di atas.

Nematoda

Hama nematoda yang menyerang selama budidaya tanaman tomat adalah spesies Meloidogyne incognita. Munculnya bintil-bintil di akar tanaman merupakan ciri-ciri terserang hama ini. Hama nematoda merupakan cacing tanah berukuran sangat kecil, nematoda merupakan cacing parasit penyerang bagian akar tomat. Bekas gigitan cacing akhirnya menyebabkan serangan sekunder, seperti penyakit layu bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar. Pengendalian hama nematoda pada budidaya tomat secara kimiawi dengan mengaplikasikan karbofuran (insektisida) sebanyak 1 gram untuk setiap tanaman.

CARA PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN TOMAT

Penyakit pengganggu selama proses budidaya tanaman tomat meliputi penyakit rebah semai, layu fusarium, layu bakteri, busuk phytopthora, bercak bakteri, bercak daun septoria, penyakit lunak bakteri, serta penyakit virus. Berikut ini deskripsi singkat disertai cara pengendalian penyakit pada budidaya tanaman tomat :

Penyakit Rebah Semai

Penyakit rebah semai yang menyerang tanaman tomat adalah cendawan Pythium debarianum. Rebah semai biasa menyerang tanaman mulai fase pembibitan sampai tanaman muda setelah pindah tanam. Pengendalian penyakit rebah semai secara kimiawi pada budidaya tanaman tomat adalah menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif simoksanil, kasugamisin, propamokarb hidroklorida, asam fosfit, atau dimetomorf. Dosis ½ dosis terendah di kemasan.

Penyakit Layu Bakteri

Bakteri penyebab layu tanaman tomat adalah bakteri Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, tanaman terserang mengalami kelayuan daun, diawali dari daun-daun tomat muda. Upaya pengendalian layu bakteri pada budidaya tanaman ini diantaranya menaikkan nilai pH tanah, mencabut tanaman terserang, selalu melakukan penggiliran tanaman untuk memutus siklus hidup patogen dalam tanah, serta secara kimiawi dilakukan penyemprotan bakterisida golongan antibiotik berbahan aktif streptomisin sulfat, kasugamisin, validamisin, asam oksolinik, atau oksitetrasiklin. Dosisnya lihat pada kemasan masing-masing. Upaya pencegahannya, saat persiapan lahan berikan trichoderma ke dalam tanah, dan kocor tanah menggunakan pestisida organik ketika tanaman memasuki umur 20 dan 35 hst. Pestisida organiknya seperti super glio, wonderfat, atau lainnya dengan pemakaian sesuai aturan di kemasan.

Penyakit Layu Fusarium

Cendawan penyebab layu tanaman tomat adalah Fusarium oxysporum. Tanaman terserang mengalami kelayuan dimulai dari daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun muda, lama-kelamaan daun tomat menguning. Upaya pengendalian penyakit layu fusarium pada budidaya tanaman tomat diantaranya menaikkan nilai pH tanah, mencabut tanaman terserang, selalu melakukan penggiliran tanaman untuk memutus siklus hidup patogen dalam tanah, serta secara kimiawi dilakukan penyemprotan fungisida berbahan aktif metalaksil, benomil, atau propamokarb hidroklorida. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan. Upaya pencegahannya, saat persiapan lahan berikan trichoderma ke dalam tanah, dan kocor tanah menggunakan pestisida organik ketika tanaman memasuki umur 20 dan 35 hst. Pestisida organiknya seperti super glio, wonderfat, atau lainnya dengan pemakaian sesuai aturan di kemasan.

Busuk Phytopthora

Penyakit busuk yang menyerang tanaman tomat adalah cendawan Phytopthora infestans. Penyakit ini dapat menggagalkan budidaya tanaman tomat, karena Phytopthora infestans menyerang di semua bagian tanaman, baik akar, daun, batang maupun buah tomat. Jika terserang penyakit ini, batang tanaman terdapat bercak basah berwarna coklat kehitaman. Serangan pada daun tomat tampak seperti tersiram air panas. Sedangkan serangan buahnya ditandai adanya bercak kebasah-basahan yang kemudian berubah menjadi coklat kehitaman. Pengendalian penyakit busuk phytopthora secara kimiawi pada budidaya tomat ini adalah menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif metalaksil, simoksanil, dimetomorf atau propamokarb hidrokloroda, dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga, propineb, tiram, ziram, atau mankozeb. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Bercak Bakteri

Penyakit Bercak bakteri yang menyerang tanaman tomat adalah bakteri Xanthomonas vesicatoria, ketika musim hujan baktei akan berkembang sangat pesat. Serangan bercak Xanthomonas vesicatoria ditandai munculnya bercak berwarna gelap mengkilap. Pengendalian bercak bakteri secara kimiawi pada budidaya tanaman tomat menggunakan bakterisida golongan antibiotik berbahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, validamisin, atau golongan anorganik seperti tembaga. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Bercak Daun Septoria

Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Septoria lycopersici. Cendawan menyerang semua fase pertumbuhan tanaman. Gejala serangan berupa bercak-bercak berwarna coklat, akhirnya berubah keabu-abuan terutama permukaan daun tomat bagian bawah, sedangkan tepi daun berwarna hitam. Pengendalian penyakit bercak daun septoria secara kimiawi pada budidaya tanaman tomat menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif metil tiofanat, difenokonazol, benomil, karbendazim, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif mankozeb, klorotalonil, atau azoksistrobin. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Penyakit Lunak Bakteri

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora. Serangan bagian daun tomat ditandai adanya bercak berair disertai perubahan warna daun menjadi kecoklatan, terutama daun tomat segar, serangan bagian batang tomat menyebabkan tanaman roboh. Pengendalian penyakit lunak bakteri secara kimiawi saat budidaya tanaman ini adalah menggunakan bakterisida golongan antibiotik berbahan kasugamisin, streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, validamisin, atau golongan anorganik seperti tembaga. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Penyakit Virus

Penyakit virus menjadi penyakit momok bagi petani tomat karena mampu menggagalkan budidaya tanaman tomat, ditambah lagi penyakit ini belum ditemukan penangkalnya. Ada banyak jenis virus yang menyerang tanaman, diantaranya ToMV, PVX, TMV maupun CMV. Penyakit virus banyak dijumpai ketika kemarau panjang, bahkan seringkali menimbulkan kegagalan budidaya. Gejala serangan ditandai adanya tanaman yang semula tumbuh subur berubah menjadi kerdil, pada daun tomat muncul bercak kuning kebasah-basahan. Penularan virus dari satu tanaman ke tanaman lain terjadi melalui perantara (vektor), baik manusia maupun hama vektor. Beberapa hama berikut sangat berpotensi menjadi penular virus, diantaranya hama tungau, kutu daun, kutu kebul, maupun hama thrips. Penularan virus oleh manusia biasanya terjadi saat melakukan perempelan dan perawatan rutin, terutama jika terjadi luka pada bagian tanaman.
Upaya penanganan virus tanaman antara lain : Menjaga sanitasi lahan, terutama pertumbuhan gulma karena menjadi inang virus, memusnahkan tanaman terserang virus seawal mungkin, menekan serangga vektor, sterilisasi alat pertanian, serta tidak ceroboh saat melakukan pemeliharaan tanaman. Ketika tangan kita terkena getah atau melukai tanaman terinfeksi virus, sebaiknya dilakukan sterilisasi terlebih dahulu atau cuci tangan hingga bersih. Pencabutan tanaman terserang sebaiknya dilakukan setiap pagi hari sebelum melakukan kegiatan apapun, setelah itu sterilisasi tangan atau cuci tangan (utamakan air mengalir) agar ketika melanjutkan pekerjaaan tidak beresiko menularkan penyakit virus pada tanaman sehat.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tomat

Ada strategi untuk penanganan hama dan penyakit saat budidaya tanaman tomat, yaitu ketika melakukan pengendalian hama ulat tanah maupun nematoda, pemberian insektisida sebanyak 1 gram per lubang tanam dilakukan secara bersamaan cukup satu kali pemberian. Pemberian insektisida ini diberikan sebelum melakukan penanaman tomat, setelah melakukan penugalan masukan insektisida ke dalam lubang tanam lalu tutup lagi menggunakan tanah secara tipis-tipis. Lakukan tiga hari sebelum penanaman tomat dimulai.

Sedangkan pengendalian hama ulat grayak, ulat buah, kutu daun, kutu kebul, lalat buah maupun penyakit saat budidaya tanaman tomat menggunakan pestisida, harus dilakukan secara berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan (jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut). Penyemprotan menggunakan bahan aktif sama secara berturut-turut dapat menjadikan hama dan penyakit tomat justru lebih kebal terhadap bahan aktif yang diberikan. Penyelingan dimaksudkan untuk mengurangi resistensi atau tingkat kekebalan hama penyakit tomat terhadap bahan aktif tertentu. Sebagai gambaran, jika kita mengendalikan penyakit atau hama menggunakan bahan aktif A, efek kematiannya baru 50%, diharapkan penggantian bahan aktif B dapat membunuh sisanya 50%nya lagi sehingga aplikasi pestisida menjadi efektif mengendalikan serangan.

PANEN TOMAT

Berbeda dengan cara panen untuk tanaman hortikultura lainnya, pada budidaya tomat, pemanenan buah tomat dilakukan secara bertahap setiap 2-3 hari sekali tergantung permintaan pasar maupun kecenderungan harga jual tomat. Maksudnya, jika harga cenderung naik maka pemanenan tomat dapat dilakukan setiap tiga hari sekali karena selisih satu hari saat kecenderungan harga naik dapat memberikan selisih keuntungan secara signifikan. Demikian pula sebaliknya, jika trend harga turun, pemanenan tomat dapat dilakukan setiap dua hari sekali, karena selisih satu hari saja terkadang terjadi penurunan signifikan terhadap harga jual tomat. Tomat tipe determinite dapat dipanen ketika tanaman berumur 65 hst, sedangkan tipe indeterminate umur 75 hst. Buah tomat dipanen adalah buah tomat dengan tingkat kemasakan 15% sampai 25%.

ARTIKEL POPULER