DURIAN Durio zibethinus

Durian dikenal oleh banyak orang dengan nama yang bervariasi. Orang Jawa mengenalnya dengan sebutan duren, sedangkan orang sunda lebih mengenal dengan nama kadu. Di Sulawesi, pohon buah ini disebut dengan nama duriang oleh orang Manado dan duliang oleh orang Toraja. Selain itu, ada juga yang menyebutnya dengan rulen (Seram Timur), dan doriang (Ambon dan kepulauan Lease).

Pohon durian berasal dari Asia Tenggara, awalnya tumbuh liar di hutan Sumatera, Kalimantan, dan Malaysia. Namun kemudian menyebar ke Birma, India, pakistan, dan Thailand. Durian diberi nama ilmiah Durio zibethinus karena berasal dari kata duri dan zhibet atau civet. Buah durian berlekuk-lekuk dan berduri sehingga diberi nama durio, sedangkan nama zhibet atau civet berarti musang, diberi nama zibeth karena durian memiliki aroma yang mirip dengan civet atau musang. Buah ini awalnya tidak disukai karena berbau menjengkelkan, busuk seperti musang, namun setelah penemu durian (Tn. Murray) memakan buahnya ia justru merekomendasikan kepada teman-temannya bahwa durian diangapnya sebagai raja dari segala buah.

Kini, pohon durian banyak dijumpai di tegalan, areal persawahan dan bahkan di pekarangan rumah. Di Halaman rumah orang-orang menjadikannya tanaman rindang yang memiliki manfaat ganda, yaitu sebagai perindang dan tanaman buah. Seiring dengan permintaan komsumen yang semakin meningkat, buah ini bahkan sudah mulai dibudidayakan dengan baik. Di negeri tetangga seperti Thailand, komoditas durian menjadi komoditas buah unggulan, di sana hanya kultivar unggul yang dibudidayakan sehingga secara turun temurun sampai sekarang jarang sekali ditemui buah durian berkualitas rendah. Perkembangan yang semakin pesat menjadikan negara ini menjadi negara pengekspor durian. Negara-negara pengekspor durian selain Thailand, diantaranya Queensland (Australia), Kamboja, Vietnam, India, Laos, Mindanao (Filipina), dan Srilangka.



Jenis tanaman durian diperkirakan mencapai 30 jenis. Namun, diantara sekian banyak jenis durian tersebut, hanya spesies Durio zibethinus yang dikembangkan sebagai tanaman budidaya dan dikonsumsi manusia. Ketinggian tanaman durian bisa mencapai 30 - 50 m dengan diameter batang antara 2-2.5 m. Tanaman ini merupakan jenis tanaman hutan basah yang banyak tumbuh di hutan-hutan khatulistiwa. Di kawawan Asia Tenggara, buah durian merupakan salah satu komoditas yang bernilai ekonomis tinggi. Bahkan durian merupakan jenis tanaman yang dapat mengubah kultur masyarakat setempat. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman genetik sangat tinggi, sehingga berpotensi untuk mengembangkan jenis-jenis durian unggul. Paling tidak hingga tahun 2009 pemerintah telah menetapkan sebanyak 71 varietas durian unggul. Jumlah yang sangat besar jika dibanding negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Thailand yang hanya memiliki kurang lebih empat varietas durian unggul.

Klasifikasi ilmiah buah durian

Kingdom : Plantae - Plants
Subkingdom : Tracheobionta - Vascular plants
Superdivision : Sperrnatophyta - Seed plants
Division (phylum) : Magnoliophyta - Flowering plants
Kelas : Magnoliopsida - Dicotyledons
Subkelas : Dilleniidae
Order : Malvales
Keluarga : Bombacaceae - Kapok-tree family
Genus : Durio Adanson - durio
Spesies : Durio zibethinus Murray – durian

Morfologi Tanaman Durian

Tanaman durian merupakan jenis tanaman tahunan, dengan kata lain, siklus hidup tanaman durian akan diselesaikan dalam waktu satu tahun. Pada rentang waktu penyelesaian siklus hidup tersebut, terdapat saat-saat tertentu untuk menggugurkan daun yang tidak tergantung pada musim, dan saat-saat tertentu tanaman ini akan menumbuhkan tunas atau daun-daun baru atau disebut dengan periode flushing yang biasanya terjadi setelah fase berbuah. Tinggi tanaman dapat mencapa 30-50 m dengan diameter 2-2.5 m. Pohon durian memiliki tajuk yang rindang dengan kulit batang berwarna cokelat kemerahan yang mengelupas tidak beraturan.

Daun Tanaman Durian

Tanaman durian memiliki daun yang berbentuk jorong hingga lanset dengan panjang antara 10-17 cm dan lebar 3-5 cm. Pada umumnya, daun terletak secara berseling dengan tangkai pendek dengan bentuk meruncing pada ujungnya dan tumpul pada pangkalnya. Pada bagian bawah daun berwarna keperakan atau kecokelatan dengan bulu-bulu yang lembut. Sedangkan bagian atas berwarna hijau ternag hingga gelap.

LALAT BUAH (Bactrocera sp.)

Lalat buah (Bactrocera sp.) adalah hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran. Anggota ordo Diptera ini kerap menggagalkan panen yang dinanti petani buah dan sayur. Sayuran seperti kubis dan seledri pun menjadi target serangan. Bahkan saai ini serangan lalat buah meluas ke tanaman hias adenium dan aglaonema.

Morfologi Lalat Buah

Lalat buah berukuran 1-6 mm, berkepala besar, berleher sangat kecil. Warnanya sangat bervariasi, kuning cerah, oranye, hitam, cokelat, atau kombinasinya dan bersayap datar. Pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak coklat kekuningan. Pada abdomennya terdapat pita-pita hitam, sedangkan pada thoraxnya terdapat bercak-bercak kekuningan. Disebut Tephtridae-berarti bor-karena terdapat ovipositor pada lalat betina. Bagian tubuh itu berguna memasukkan telur ke dalam buah. Ovipositornya terdiri dari tiga ruas dengan bahan seperti tanduk yang keras.

Daur Hidup Lalat Buah

Dengan ovipositornya, lalat buah betina menusuk kulit buah atau sayur untuk meletakkan telurnya. Jumlah telur sekitar 50-100 butir. Setelah 2-5 hari, telur akan menetas dan menjadi larva. Larva tersebut akan membuat terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama lebih kurang 4-7 hari. Larva yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh di atas tanah, kemudian membuat terowongan sedalam 2-5 cm dan berubah menjadi pupa. Lama masa pupa 3-5 hari. Lalat dewasa keluar dari dalam pupa, dan kurang dari satu menit langsung bisa terbang. Total daur hidupnya antara 23-34 hari, tergantung cuaca. Dalam waktu satu tahun lalat ini diperkirakan menghasilkan 8-10 generasi. Lalat buah sering menyerang dan menghancurkan tanaman saat musim penghujan karena kelembapan memicu pupa untuk keluar menjadi lalat dewasa.

Klasifikasi Lalat Buah




Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Tephritidae
Genus : Bactrocera
Subgenus : Bactrocera

Gejala Serangan Lalat Buah

Lalat betina menusuk buah atau sayur mengunakan ovipositornya untuk meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis. Setelah telur menetas, larva akan menggerek buah dan menyebabkan buah membusuk di bagian dalam. Bila diamati, pada buah yang terserang akan tampak lubang kecil kehitaman bekas tusukan. Buah menjadi rusak, lembek, busuk dan akhirnya rontok. Lalat buah juga meletakkan telurnya tidak hanya di dalam buah, tetapi juga pada bunga dan batang. Batang yang terserang menjadi benjolan seperti bisul sehingga buah yang dihasilkan kecil-kecil dan menguning.

Akibat Serangan Lalat Buah

Sebagai contoh akan kita bahas serangan lalat buah pada tanaman cabai. Pada buah cabai terserang terdapat luka tusukan dalam ukuran kecil, seperti tertusuk jarum. Buah menjadi busuk lunak dan menghitam. Luka akibat tusukan menimbulkan infeksi sekunder berupa busuk buah, baik yang disebabkan oleh cendawan maupun bakteri. Buah cabai yang terkena tusukan lalat buah ini akan rontok. Jika buah dibelah akan terlihat biji-biji berwarna hitam dan terdapat belatung yang merupakan larva lalat buah.

Pengendalian Serangan Lalat Buah

Pengendalian lalat buah secara kultur teknis

  1. Sanitasi lingkungan, yaitu pengumpulan buah-buah yang terserang, baik yang jatuh maupun yang masih di pohon. Kemudian dimusnahkan dengan menimbun yang terserang kedalam tanah (pastikan bahwa kedalaman tanah tidak memungkinkan larva dapat berkembang menjadi pupa).
  2. Tanah di sekitarnya dicangkul dan dibalik agar pupa yang bersembunyi terkena sinar matahari dan mati.
  3. Tanaman perangkap, yaitu menanam selasih di sekeliling kebun.
  4. Pengasapan dengan membakar sampah kering dan bagian atasnya ditutupi sampah basah, agar dapat dihasilkan asap dan tidak sampai terbakar. Kepulan asap yang menyebar ke seluruh bagian tanaman akan mengusir keberadaan hama.
  5. Pembungkusan buah dengan kertas atau kantong.
  6. Penggunaan perangkap atraktan (bahan penarik lalat buah) dalam alat perangkap yang terbuat dari botol bekas air minum mineral yang diberi lubang untuk masuknya lalat buah. Bahan atraktan: metil eugenol (ME), protein hidrolisa, atau selasih.

Bioinsektisida

Bioinsektida adalah mikroorganisme pengendali serangga. Selain penyakit, kendala utama dalam budidaya tanaman adalah serangan hama. Pada awal infeksi bakteri, serangga akan menunjukkan penurunan aktivitas makan dan cenderung mencari perlindungan di tempat tersembunyi (dibawah daun). Sementara larva serangga akan mengalami diare, mengeluarkan cairan dari mulutnya, dan mengalami kelumpuhan pada saluran makanan.

Pemanfaatan musuh alami

Pengendalian hama Lalat buah (Bactrocera sp.) dengan memnfaatkan keanekaragaman hayati dalam agroekosistem. Pengendalian Bractocera dorsalis yang sudah dilakukan adalah dengan pemanfaatan musuh alami sebagai agen pengendali. Di mana dalam aplikasinya perlu ditunjang oleh beberapa hal, yaitu teknik perbanyakan inangnya yaitu B. dorsalis dengan menggunakan pakan buatan; eksplorasi, identifikasi musuh alami, yakni parasitopid B. Dorsalis, seperti Famili Braconidae (Biosteres sp. dan Opius sp.) serta peranannya dalam pengelolaan hama lalat buah; dan manipulasi musuh alami melalui praktik agronomis agar efektif sebagai agen pengendali hayati. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) di Bogor telah melakukan serangkaian penelitian pengendalian hama tersebut. Pengendalian yang dipilih menggunakan Minyak Cemara Hantu (Melaleuca braceata) dan minyak selasih (Ocimum sanctum) yang berpeluang menjadi atraktan karena mengandung metil eugenol yang cukup tinggi. Sifatanya sebagai atraktan dapat menarik lalat buah. Akan tetapi tidak membunuhnya.

Pengendalian kimia

Pengendalian lalat buah secara kimiawi dapat dilakukan dengan memasang alat perangkap yang terbuat dari botol aqua dengan jarak ± 10 meter. Dalam perangkap tersebut diberi buah-buahan yang aromanya disukai lalat (misal nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan aktif metomil. Selain itu juga dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. Penyemprotan menggunakan insektisida sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dan dicampur dengan gula pasir sebanyak dua sendok makan per-tangki untuk memancing lalat memakan pestisida tersebut.

pH TANAH

Derajat Keasaman Tanah (pH tanah) merupakan faktor teknis yang jarang diperhatikan terutama oleh petani-petani yang masih mengembangkan pola budidaya secara tradisional. pH tanah bukan merupakan tingkat kesuburan jika dilihat dari kandungan unsur-unsur kimia dalam tanah, tetapi lebih mendefinisikan pada kondisi keterikatan antar unsur atau senyawa yang terdapat di dalam tanah. Nilai ph yang ideal akan mempengaruhi tingkat penyerapan unsur hara oleh akar tanaman.

DERAJAT KEASAMAN TANAH

Kunci Kesuburan Tanah

Tanah merupakan media tumbuh alami yang menyediakan makanan (unsur hara) bagi kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan (tanaman). Agar tanaman mampu berproduksi optimal berkesinambungan, kualitas tanah harus tetap dipertahankan. Kesalahan-kesalahan dalam pengolahan tanah dapat mengakibatkan kerusakan pada tanah, berakibat menurunkan produktifitas tanaman. Produktifitas tanah dalam menghasilkan produk pertanian sangat tergantung pada kemampuan suatu tanah dalam menyediakan unsur hara yang berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Tingkat kesuburan tanaman pada masing-masing tempat tidak sama. Pada tanah asam serta miskin unsur hara, pertumbuhan tanaman akan terganggu sehingga dapat menurunkan produksi secara signifikan, apalagi jika ketersediaan air tidak terpenuhi dengan baik. Tanah asam merupakan jenis tanah dengan nilai pH rendah. Terhambatnya pertumbuhan tanaman akibat tanah asam pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai reaksi tanah pada pH rendah tersebut dan dapat merupakan kombinasi dari keracunan aluminium (Al), mangan (Mn), keracunan besi (Fe), serta defisiensi (kahat) unsur P (fosfor), Ca (kalsium), Mg (magnesuim), dan kahat K (kalium). Akan tetapi, faktor yang paling dominan penyebab buruknya pertumbuhan tanaman adalah keracunan Al dan kekurangan unsur P (kahat fosfor).

Disamping terhambatnya pertumbuhan tanaman akibat keracunan Al dan kahat unsur hara tersebut, hambatan faktor fisik juga menjadi penyebab terhambatnya pertumbuhan tanaman pada tanah asam. Hambatan faktor fisik yang utama meliputi tekstur tanah kasar akibat erosi, kapasitas memegang air yang sangat rendah, serta adanya lapisan yang padat pada tanah sehingga sukar ditembus akar. Hambatan faktor fisik ini tidak kalah penting dengan hambatan faktor kimia dan bahkan lebih sulit penanganannya.

Secara umum para ahli mengemukakan bahwa masalah tanah asam dapat diatasi dengan teknologi pengapuran, karena pengapuran dapat menaikkan nilai pH dan mengurangi keracunan Al yang meracuni secara tepat dan akurat. Akan tetapi pengapuran saja tidaklah cukup karena defisiensi (kahat) unsur hara perlu diatasi dengan cara pemupukan, sedangkan masalah daya ikat air yang rendah perlu diatasi dengan penambahan bahan organik pada tanah.

Pada prakteknya di lapangan, pemupukan menggunakan pupuk kandungan nitrogen (N) dan fosfor (P) tinggi ternyata dapat menurunkan nilai pH sehingga tanah menjadi asam. Oleh karena itu, penggunaan pupuk kandungan N dan P tinggi harus diimbangi dengan pengapuran yang tepat.

Penggunaan bahan organik yang belum selesai melapuk juga dapat menurunkan derajat keasamannya meskipun hanya sementara. Jika pelapukan telah selesai, nilai pH akan meningkat kembali. Untuk itu, penggunaan bahan organik sebaiknya setelah melapuk karena dapat meningkatkan nilai pH. Jika menggunakan bahan organik segar, sebaiknya diberi masa inkubasi yang cukup dengan tanah, berkisar antara 4-6 minggu untuk menghindari reaksi memasamkan tanah. Di daerah pegunungan dengan suhu rendah, pemberian bahan organik segar terkadang malah diperlukan untuk meningkatkan suhu tanah.

Nilai pH Tanah




Nilai pH merupakan ciri kimia tanah, menjadi faktor sangat penting dalam menentukan kesuburan tanah karena ketersediaan unsur hara bagi tanaman sangat berkaitan dengan nilai pH. Semakin tinggi nilainya berarti semakin asam tanah tersebut. Populasi dan kegiatan mikroorganisme di dalam tanah juga sangat dipengaruhi oleh tingkat keasaman tanah. Pengukuran nilai pH dapat dengan berbagai cara, yaitu menggunakan kertas lakmus, pH meter dan pH tester.

Pada tanah asam (pH rendah), tanah didominasi oleh ion Al, Fe, dan Mn. Ion-ion ini akan mengikat unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman, terutama unsur P (fosfor), K ( kalium), S (sulfur), Mg (magnesium) dan Mo (molibdenum) sehingga tanaman tidak dapat menyerap makanan dengan baik meskipun kandungan unsur hara dalam tanahnya banyak. Pada kondisi ini, derajat keasaman tanah bernilai < 7. Selain ion-ion Al, Fe, dan Mn mengikat unsur hara, ion-ion tersebut juga meracuni tanaman. Pada tanah asam, kandungan unsur mikro seperti seng (Zn), tembaga (Cu) dan kobalt (Co) juga tinggi sehingga meracuni tanaman. pH netral bernilai 7, pada kondisi ini kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air sehingga tanaman dapat dengan mudah menyerap unsur hara. Pada tanah basa dengan nilai derajat keasaman (pH) >7 unsur P (fosfor) akan banyak terikat oleh Ca (kalsium), sementara unsur mikro molibdenum (Mo) berada dalam jumlah banyak. Unsur Mo pada tanah basa menyebabkan tanaman keracunan.

Pengukuran pH Tanah

Pengukuran nilai pH diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian kapur pertanian pada tanah masam atau bernilai pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran dapat dilakukan dengan berberapa cara, yaitu mengunakan kertas lakmus, pH tester dan pH meter. Pengukuran bisa secara diagonal maupun zigzag asal sudah mewakili. Tentukan beberapa titik sampel yang akan diukur pH-nya secara acak, setelah itu dilakukan pengukuran lalu dihitung rata-ratanya.

Kertas Lakmus

Siapkan wadah berisi air secukupnya, ambil sampel tanah yang akan diukur pH-nya. Kocok hingga bercampur rata. Ambil lapisan atas campuran tersebut dan pindahkan ke wadah yang baru. Pengambilan bisa menggunakan pipet tetes atau jarum suntik. Masukkan kertas lakmus ke dalam wadah terakhir. Kemudian cocokkan warna kertas lakmus dengan warna standar yang menunjukkan angka keasaman tanah (nilai pH). Jika kertas lakmus berwarna biru berarti tanah bersifat basa, sedangkan kertas lakmus berwarna merah berarti tanah bersifat asam.

pH Meter

Tentukan beberapa titik sampel secara acak, misal 10 atau 20 titik tergantung luas lahan yang akan diukur. Basahi permukaan tanah yang akan diukur pH-nya sampai jenuh (kapasitas lapang). Tancapkan pH meter, tunggu beberapa saat. Jarum akan bergerak perlahan sampai akhirnya berhenti (stabil). Angka pada kondisi ini merupakan nilai pH. Lakukan untuk semua titik sampel, kemudian ambil rata-ratanya.

pH Tester

Alat pH tester terdiri dari 1 botol kecil cairan kimia penguji tingkat keasaman, cawan porselen tempat pengujian, dan kartu pengamatan perbandingan skala pH dengan warna indikator. Cara menentukan nilai pH menggunaakn pH tester hampir sama dengan menggunakan kertas lakmus. Hanya saja cairan tanah yang bening dipisahkan dari tanah, kemudian diteteskan pada cawan porselen. Pada cairan tanah tersebut ditambahkan 2 tetes cairan kimia dan diaduk rata. Tunggu beberapa saat lalu amati warnanya. Cocokkan warna yang ditimbulkan dengan kartu pengamatan perbandingan skala pH.

MENETRALKAN pH TANAH

Derajat keasaman tanah pada kondisi netral mempunyai banyak keuntungan. Tanaman mampu tumbuh dengan baik sehingga produksinya dapat optimal. Tanaman mampu menyerap unsur hara dengan baik karena pada kondisi ini unsur hara mudah larut dalam air terutama sekali unsur makro P (fosfor) tidak terikat oleh unsur Al, Fe, dan Mn sehingga unsur P (fosfor) pada kondisi tersedia. Unsur P (fosfor) tersedia ini sangat dibutuhkan tanaman terutama pada fase pertumbuhan awal. Pembentukan akar menjadi sempurna. Penyerapan unsur K (kalium) juga sempurna sehingga tanaman tahan terhadap serangan hama penyakit dan tahan terhadap kekeringan.

Pada tanah dengan pH rendah (tanah asam) dapat ditingkatkan nilai pH-nya dengan cara pengapuran, sedangkan pada tanah basa (pH tinggi), penetralan pH dapat dilakukan dengan penambahan belerang (S).

TUNGAU (MITES)

Tungau adalah sekelompok hewan kecil bertungkai delapan yang menjadi anggota superordo Acarina. Tungau berbeda dengan serangga (Insecta), tetapi lebih dikategorikan pada laba-laba. Hingga saat ini terdapat puluhan jenis tungau yang sudah ditemukan, tetapi taksonomi tungau belum stabil karena masih ditemukan banyak perubahan.

Dalam kondisi kering dengan suhu optimal 27° C tungau dapat menetas dalam waktu 3 hari, dan menjadi dewasa secara 5eksual dalam waktu 5 hari. Satu ekor tungau betina dapat bertelur hingga 20 butir per hari dan dapat hidup selama 2-4 minggu dan dapat meletakkan ratusan telur. Seekor tungau betina tunggal dapat menurunkan populasi hingga satu juta ekor tungau dalam waktu satu bulan. Tingkat reproduksi yang sangat cepat memungkinkan populasi tungau untuk beradaptasi dan melawan pestisida, sehingga metode pengendalian secara kimia menjadi kurang efektif ketika pestisida dengan bahan aktif yang sama digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Tungau betina bersifat diploid tungau sedangkan tungau jantan bersifat haploid. Artinya, tungau betina merupakan keturunan dari telur yang dibuahi oleh tungau jantan, sendangkan tungau jantan merupakan keturunan dari telur yang tidak dibuahi. Ketika melakukan perkawinan, tungau betina akan menghindari terjadinya pembuahan pada beberapa butir telur untuk menghasilkan tungau jantan. Telur yang dibuahi akan menghasilkan betina diploid. Sementara telur yang tidak dibuahi akan menghasilkan tungan jantan haploid.

Tungau menyerang tanaman dengan cara menusuk permukaan daun dan menghisap cairannya. Kerusakan akibat serangan tungau tidak bisa disepelekan. Selain merusak daun, tungau juga berpotensi menyerang batang dan buah. Hama ini menyerang tanaman pada berbagai musim karena memiliki kemampuan beradaptasi di berbagai habitat, seperti lumut, tanah, rumput, bahkan hingga gudang penyimpanan. Tungau bersifat polyfag, semua jenis tanaman diserang.

JENIS TUNGAU YANG SERING MENYERANG TANAMAN




Polyphagotarsonemus latus

Hama ini dikenal dengan nama tungau kuning. Polyphagotarsonemus latus sering menyerang tanaman cabai, tomat, karet, dan teh.

Tetranychus bimaculatus dan Tetranychus cinnabarinus

Hama ini dikenal dengan nama tungau merah. Tungau muda yang baru menetas berwarna merah jambu, mengalami beberapa kali pergantian kulit, selongsong kulitnya menempel pada daun. Tungau muda berwarna putih kekuningan dan tungau dewasa berwarna merah. Siklus hidup tungau merah diselesaikan dalam waktu sekitar 15 hari. Tungau ini sering menyerang tanaman cabai maupun tomat.

Steneotarsonemus bancofti

Steneotarsonemus bancofti menyerang tanaman tebu.

Pyemotes spp

Pyemotes spp menyerang tanaman lada.

Gejala Serangan Tungau

Umumnya tungau bersembunyi di balik daun dan menghisap cairan daun dalam jaringan mesofil hingga jaringan itu rusak. Akibatnya klorofil menjadi rusak dan menghambat proses fotosintesis tanaman. Serangan ditandai dengan munculnya bintik kuning di permukaan daun. Bintik tersebut lama-kelamaan melebar lalu berubah menjadi kecokelatan dan akhirnya menghitam. Daun menjadi terpelintir (distorsi), menebal, berbentuk seperti sendok terbalik, serta bagian bawah daun berwarna seperti tembaga dan terdapat benang-benang putih halus.

KANDUNGAN DAN MANFAAT TOMAT

Kandungan dan Manfaat Tomat - Tomat merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai manfaat ganda, yaitu sebagai buah maupun sayur. Tanaman tomat banyak dikonsumsi sebagai buah karena rasanya enak, segar serta kaya akan nilai gizi. Buah tomat yang berasa agak asam ini lebih banyak disukai orang ketika telah masak berwarna merah. Tenyata buah dengan warna merah lebih banyak mengandung vitamin A dan vitamin C lima kali lebih banyak daripada buah berwarna hijau. Tingkat kematangan buahnya juga sangat menentukan kandungan vitamin C-nya. Semakin matang buah tomat semakin banyak mengandung vitamin C. Selain mengandung vitamin A maupun vitamin C, buah tomat juga mengandung vitamin B sekalipun dalam jumlah kecil.

Kandungan Buah Tomat

Pigmen warna merah pada tomat banyak mengandung lycopene. Lycopene merupakan zat antioksidan yang berfungsi menghancurkan radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas dalam tubuh bisa disebabkan karena polusi udara, sinar ultraviolet, serta akibat rokok.

Manfaat Tomat




Buah tomat ternyata memiliki manfaat banyak sekali, tidak hanya sebagai lalapan ataupun tambahan masakan saja, melainkan bermanfaat serta berkhasiat dalam menjaga kesehatan tubuh. Buah tomat berasa asam karena mengandung asam sitrat. Rasa keasaman ini justru menambah kesegarannya. Kandungan asam sitrat pada buah tomat dapat meningkatkan selera makan. Segudang manfaat buah tomat bagi kesehatan diantaranya adalah baik dikonsumsi untuk penderita penyakit wasir (haemorrhoid), buah tomat juga baik dimanfaatkan untuk perawatan kecantikan karena air tomat dapat melicinkan kulit, terutama kulit muka. Selain itu, manfaat lainnya yaitu mampu mengobati berbagai macam penyakit seperti sembelit, demam, sariawan, gusi berdarah, menurunkan tekanan darah tinggi, radang usus buntu (sakit kuning), melawan stroke maupun penyakit jantung, memulihkan fungsi lever, mengobati bisul, memar akibat terbentur, serta mampu mengembalikan kulit yang terbakar sinar matahari. Meskipun demikian konsumsi buah tomat tidak dianjurkan bagi orang yang menderita sakit perut maupun sakit maag.

Anjuran Konsumsi Buah Tomat

Konsumsi buah tomat segar setiap pagi sebanyak satu sampai dua buah dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan vitamin serta menekan radikal bebas terutama penyebab kanker. Akan tetapi lebih dianjurkan untuk mengkonsumsi tomat dalam bentuk olahan segar. Karena ternyata konsumsi buah tomat dicampur dengan masakan atau dihancurkan terlebih dahulu sebelum dimakan lebih banyak mengandung lycopene. Studi menyatakan, lycopene yang dikeluarkan buah tomat olahan lebih banyak dibandingkan dengan buah tomat segar yang langsung dimakan tanpa diolah terlebih dahulu.

Namun demikian pada olahan buah tomat yang telah dicampur dengan bahan tambahan pangan seperti pewarna, pengawet sintetis justru dapat merangsang munculnya radikal bebas yang dapat memicu terserangnya penyakit kanker.

Demikian informasi singkat tentang kandungan dan manfaat tomat, semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Trimakasih atas kunjungannya, Salam Tanijogonegoro!

THRIPS

Hama thrips sangat mudah ditemukan di areal pertanaman. Bentuk tubuhnya langsing dengan panjang 1-2 mm, berwarna hitam dengan bintik-bintik atau garis merah. Telur thrips berbentuk oval. Telur menetas menjadi nimfa, tidak bisa terbang dan hanya meloncat-loncat. Thrips muda (nimfa) biasanya berwarna agak keputihan, kekuningan, hingga kemerahan. Serangga dewasa (imago) berwarna kuning pucat, coklat atau hitam. Thrips akan berubah warna menjadi lebih gelap pada suhu rendah. serangga betina memiliki dua pasang sayap kecil dan terdapat rambut berumbai di bagian samping tubuhnya, sedangkan serangga jantannya tidak bersayap. Thrips memiliki mulut asimetris yang berfungsi untuk menusuk dan menghisap tanaman, terutama pada bagian daun muda, kuncup atau tunas, bunga, dan buah muda. Masing-masing tanaman memiliki ketahanan yang berbeda terhadap spesies thrips, tergantung pada ketebalan epidermisnya.

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Subclass : Pterygota
Ordo : Thysanoptera

Bagian tanaman yang dihisap cairannya akan menampakkan bercak berwarna putih keperakan yang selanjutnya bercak berubah warna menjadi kecoklatan. Pada serangan parah, daun tanaman tampak menggulung dan mengeriting. Kebanyakan spesies thrips mengeluarkan embun madu yang berpotensi mengundang datangnya serangan cendawan jelaga.

Pada kelembaban udara 70% dan suhu 27-32°C thrips berkembang biak sangat cepat karena pada kondisi demikian akan memicu produksi hormon s3ks sehingga terjadi perkawinan masal, selain thrips itu sendiri mampu bereproduksi secara partenogenesis. Saat musim kemarau, jumlah populasi meningkat dan akan berkurang bila terjadi hujan lebat. Tekanan air hujan yang besar mampu menghanyutkan thrips. Penyebaran hama thrips dari satu tanaman ke tanaman lain berlangsung sangat cepat dengan bantuan angin maupun manusia.

KARAKTERISTIK BEBERAPA SPESIES THRIPS THYSANOPTERA




Taeniothrips simplek

Spesies ini memiliki tanaman inang utama gladiol. Nimfa menyerang bunga dan kuncup bunga serta mampu berkembang biak dalam umbi di gudang penyimpanan. Suhu optimal untuk perkembangbiakannya adalah 27°C dengan jumlah telur 130 butir/imago. Siklus hidupnya kurang lebih 33 hari, tetapi jika berada di dalam umbi hanya 10-19 hari.

Thrips tabaci

Thrips tabaci dikenal juga dengan nama onion thrips (thrips bawang), Thrips palmi. Bersifat kosmopolitan (tersebar luas hampir di seluruh dunia) dan polifag (mempunyai tanaman inang yang banyak) dengan jumlah telur 80 butir/imago. Spesies ini memiliki tanaman inang utama cabai, tomat, bawang merah, semangka, kentang, bayam, kapas, tembakau, labu dan tanaman dari famili Cruciferae. Perkembangan optimal terjadi pada kelembaban 70% dan jika merasa terganggu akan bersembunyi di dalam tanah. Pada tanaman bawang merah, spesies ini berkembang sempurna umur 7-12 hari. Merupakan vektor penular virus yang sangat aktif terutama pada tanaman tomat dan cabai.

Thrips parvispinus

Thrips parvispinus bersifat polifag. Tanaman inang utama meliputi tembakau, kopi, kacang panjang dan ubi jalar. Serangan awal terjadi pada daun bagian bawah atau daun tua kemudian akan menjalar ke bagian atas. Berkembang biak optimal saat suhu udara kering dengan siklus hidup satu generasi selama 9 hari. Populasi akan menurun saat musim hujan.

Heliothrips haemorrhoidalis

Spesies ini tidak memiliki tanaman inang utama karena hampir segala jenis tanaman akan diserang, bersifat polifag dan bereproduksi secara patrenogenesis. Perkembangbiakan optimal terjadi pada suhu 26-28°C dengan siklus hidup satu generasi selama 33 hari. Jumlah telur sebanyak 50 butir/imago.

Selenothrips rubrocinctus

Spesies ini memiliki tanaman inang utama yaitu mangga, salam, mete, dan kakao. Habitat utamanya di daerah tropis dan menyerang daun muda.

Dichromothrips smithi

Spesies ini memiliki tanaman inang utama yaitu anggrek (arachnis, cattleya, dendrobium, vanda). Menyerang tangkai daun, tangkai bunga dan petal bunga. Serangan parah terjadi saat musim kemarau.

Baliothrips biformis

Spesies ini memiliki tanaman inang utama yaitu tanaman jagung dan pembibitan padi. Serangnnya menimbulkan efek seperti kekeringan, serta bersifat partenogenesis.

Gejala Serangan Thrips

Thrips menghisap cairan tanaman melalui daun, pucuk, bunga, dan buah. Serangan pada daun, thrips menyerang dengan cara memakan permukaan bawah daun menggunakan mulut yang telah mengalami modifikasi menjadi penusuk penghisap. Daun tanaman yang dihisap meninggalkan bekas berwarna keperakan sebagai akibat dari jaringan daun yang dihisap cairannya menjadi kosong dan terisi udara. Perpaduan antara udara dan zat besi sebagai salah satu komponen pembentuk klorofil mengakibatkan warna keperakan tersebut berubah menjadi cokelat. Daun terserang akhirnya berkerut dan mengeriting.

Disamping itu, thrips juga bersarang di bunga. Bunga yang terserang akan layu dan gugur karena thrips menghisap cairan kaya karbohidrat dari tangkai bunga yang berperan membentuk kelopak dan polen. Serangan pada buah mengakibatkan buah mengecil dan keriput, karena jaringan dalam buah rusak.

CABE (Capsicum annum)

TANAMAN CABE

Meskipun cabe (Capsicum annum) bukan merupakan kebutuhan pokok, namun karena para penggemar cabe hampir menyeluruh sehingga komoditas ini menjadi komoditas utama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini seringkali kita alami ketika permintaan pasar tinggi tetapi penawaran rendah, artinya stok barang di pasaran menipis tetapi kebutuhan konsumsi tetap sehingga dengan harga sangat tinggi pun mereka merelakan untuk tetap membelinya. Jenis tanaman cabe sebenarnya banyak sekali, namun umumnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu cabe besar (Capsicum annum L.) dan cabe rawit (Capsicum frutescens L.). Cabe besar terbagi menjadi dua golongan, yaitu cabe pedas (hot pepper) dan cabe paprika (sweet pepper). Cabe pedas (hot pepper) juga terdiri dari cabe keriting dan cabe besar. Sedangkan cabe rawit terdiri dari cabe rawit hijau dan cabe rawit putih (sred).
Tanaman cabe yang merupakan keluarga terung-terungan (Solanaceae) termasuk dalam golongan tumbuhan biji (Spermatophyta, yaitu berbiji tertutup/Angiospermae). Tanaman ini dimasukkan dalam kelas tumbuhan berbiji belah (Dicotyledoneae), sub-kelas Sympetalae, ordo Tubiflorae (Solanales), famili Solanaceae, genus Capsicum, serta spesies Capsicum annum L.

Anatomi Tanaman cabe

Cabe termasuk tanaman yang memiliki perakaran utama (primer) serta lateral (sekunder), dimana akar lateralnya ditumbuhi akar serabut (tersier). Batang tanaman cabe berkayu, batang tegak lurus serta kokoh, akan berwarna cokelat kehijauan setelah memasuki umur 60 HST (Hari Setelah Tanam). Tunas baru tumbuh di setiap ketiak daun dengan pertumbuhan kuncup tanaman secara terus menerus. Cabang primer membentuk percabangan sekunder sedangkan cabang sekunder membentuk percabangan tersier terus-menerus. Tanaman ini dapat tumbuh sampai 2 tahun produktif untuk jenis cabe rawit.
Daun tanaman cabe berwarna hijau muda sampai gelap, bunga berbentuk terompet. Warna daun ini tergantung jenis varietas maupun kecukupan unsur hara dalam tanah. Bunga tanaman cabe muncul di setiap percabangan, bisa muncul 2-3 sekaligus jika unsur P (fosfor) terpenuhi dengan baik.

KANDUNGAN DAN MANFAAT CABE




Tanaman cabe mengandung kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, serat, besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, niasin. Kandungan senyawanya meliputi : kapsaikin, flavenoid, kapsisidin, kapsikol, serta minyak esensial.
Manfaat cabe bagi manusia antara lain sebagai penggugah selera makan, penyedap masakan, memperlancar sirkulasi darah ke jantung, mengobati kejang otot, rematik, sebagai antialergi, mengurangi serta mengeluarkan lendir dari paru-paru, mengobati bronkitis, influensa, sinusitis, asma, meski di udara panas dapat memberikan suasana sejuk, melindungi tubuh dari kanker, memperlancar sekresi asam lambung, membantu mengurangi rasa sakit saat sakit gigi, pegal-pegal, mencegah infeksi sistem pencernaan, mengurangi derita sesak napas, gatal-gatal, membantu pertumbuhan tulang, pembentukan sel baru, maupun menunda kerentaan tubuh.
Manfaat cabe bagi hewan antara lain merangsang ayam maupun itik untuk bertelur serta merangsang burung ocehan agar gemar bernyanyi (mengoceh).

BUDIDAYA CABE

Cara Menanam Cabe

Keberhasilan budidaya cabe sangat ditentukan oleh cara menanam cabe yang tepat, baik cara pengendalian hama dan penyakit maupun teknik budidaya cabe. Tanaman cabe dapat tumbuh baik pada tanah gembur (pH tanah 6,5–6,8). Tanaman cabe memerlukan air cukup untuk melarutkan unsur hara dalam tanah serta mengangkutnya ke organ tanaman, mengisi cairan tanaman cabe, serta membantu proses fotosintesis maupun respirasi. Intensitas sinar matahari untuk pertumbuhan tanaman cabe berkisar 10 hingga 12 jam perhari, dengan suhu optimal berkisar 24-28°C.

Persiapan Budidaya Cabe

Pemilihan Lokasi untuk menanam cabe harus cermat terutama berkaitan dengan masalah pengangkutan, sumber air, serta hindari menanam cabe berdekatan dengan tanaman cabe lain atau tanaman sefamili (dari solanaceae) seperti tomat, semangka, melon, terong, dll untuk meminimalisir terjadinya serangan hama dan penyakit tanaman. Karena budidaya cabe merupakan salah satu komoditas pertanian bernilai ekonomis tinggi sehingga permasalahan hama dan penyakit tanaman perlu mendapatkan perhatian serius. Untuk mengoptimalkan hasil produksi, perlu dilakukan pengukuran pH Tanah dalam budidaya cabe. Kondisi pH tanah mendekati netral hingga netral (pH 6,5-7) memungkinkan penyerapan unsur hara optimal disamping menekan pertumbuhan cendawan maupun bakteri. Nilai pH 7 merupakan kondisi ideal serapan unsur hara tanah oleh akar tanaman, terutama unsur-unsur tersedia (siap dikonsumsi oleh akar tanaman cabe).

Sebelum melakukan usahatani budidaya cabe, perlu dilakukan persiapan secara matang baik sarana maupun prasarana agar proses pelaksanaan berjalan lancar sehingga ketika menemukan kendala-kendala di lapangan tidak terlalu lama terbengkelai, langsung dapat ditangani secara tepat. Persiapan parana prasarana dalam budidaya cabe meliputi pengadaan tanah untuk media semai, pengadaan pupuk kandang, pupuk kimia, kapur pertanian, pengadaan benih maupun mulsa PHP (Plastik Hitam Perak), pengadaan pestisida, pengadaan ajir, bambu penjepit mulsa PHP, tali pertanian, pengadaan peralatan, serta persiapan tenaga kerja.

Pelaksanaan Budidaya Cabe

Persiapan Lahan

Hal-hal yang perlu dilakukan saat persiapan lahan meliputi pembajakan dilaanjutkan penggaruan tanah, pembuatan bedengan kasar selebar 110-120 cm, tinggi 40-70 cm, lebar parit 50-70 cm, pemberian kapur pertanian sebanyak 200 kg/rol mulsa PHP untuk tanah (pH di bawah 6,5), pemberian pupuk kandang fermentasi sebanyak 40 ton/ha, pemberian pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/rol mulsa PHP, pengadukan/pencacakan bedengan agar pupuk bercampur dengan tanah (rapikan bedengan), pemasangan mulsa PHP, pembuatan lubang tanam (jarak tanam ideal musim kemarau 60 cm x 60 cm, musim penghujan bisa diperlebar 70 cm x 70 cm, tujuannya untuk menjaga kelembaban udara di sekitar pertanaman cabe), serta pemasangan ajir.

Persiapan Pembibitan dan Penanaman Budidaya cabe

Persiapan pembibitan meliputi penyediaan rumah (sungkup) pembibitan, pembuatan media semai (komposisi 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, 150 g NPK halus), memasukkan media semai ke dalam polibag semai, penyemaian benih cabe, serta pemeliharaan bibit.

Pemeliharaan Tanaman Cabe

Penyulaman tanaman cabe bertujuan mengganti tanaman yang mati atau rusak akibat serangan hama dan penyakit tanaman, seperti terserang hama gangsir, hama ulat, penyakit rebah semai, dll. Penyulaman jangan sampai tua, paling lambat dilakukan 3 minggu HST (Hari Setelah Tanam) untuk menjaga keseragaman tanaman (segeragaman buah saat panen) serta menghindari serangan hama dan penyakit secara beruntun, terutama saat tanaman utama sudah memasuki umur dewasa. Memasuki umur 20-30 HST (Hari Setelah Tanam) tanaman cabe ditumbuhi tunas muda di bagian ketiak daun, tunas-tunas ini harus dirempel untuk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman.
Perempelan berlangsung 2-3 kali sampai pada percabangan utama. Munculnya percabangan utama ditandai munculnya bunga pertama. Disamping perempelan tunas samping, perempelan daun-daun tua (daun di bawah cabang utama) maupun daun terserang hama dan penyakit juga harus dilakukan. Daun-daun ini sudah tertutup tajuk tanaman sehingga tidak optimal lagi dalam pemasakan unsur hara, bahkan menciptakan situasi sangat kondusif bagi perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman cabe. Perempelan daun tua dilakukan saat tanaman cabe berumur 80 HST (Hari Setelah Tanam).
Sanitasi lahan meliputi pengendalian gulma (rumput), menjaga kelembaban areal pertanaman, menjaga drainase agar tidak muncul genangan maupun tidak menyebabkan banjir terutama saat musim hujan, serta menyingkirkan tanaman cabe terserang hama dan penyakit dari area penanaman. Pengendalian gulma budidaya cabe dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi. Pengendalian gulma secara mekanis dengan melakukan pembumbunan (matun=Jawa) secara manual menggunakan sabit, cangkul, maupun pencong. Sedangkan secara kimiawi menggunakan herbisisida, baik herbisida pratumbuh maupun purnatumbuh. Penggunaan herbisida pratumbuh lebih menghemat biaya karena disamping biji gulma ikut mati juga bersifat sistemik sehingga gulma yang sudah tumbuh akhirnya mati sampai ke akar-akarnya, namun kelemahan dari herbisida pratumbuh yaitu lebih banyak serta lebih lama meninggalkan residu pestisida.
Budidaya cabe memerlukan kelembaban cukup selama melangsungkan proses pertumbuhannya, baik pertumbuhan vegetattif maupun generatif. Untuk itu saat musim kemarau pengairan harus secara terukur. Penggenangan atau pengeleban dilakukan seminggu sekali jika tidak turun hujan. Namun hal penting harus diperhatikan saat melakukan pengeleban (penggenang), yaitu jangan terlalu tinggi, batas penggenangan cukup sepertiga dari tinggi bedengan. Jika terlalu tinggi menyebabkan akar tanaman sulit bernapas.

Pemupukan Susulan Budidaya cabe

Pemupukan Susulan diberikan melalui akar maupun daun. Pemberian pupuk akar melalui pengocoran yaitu ketika tanaman cabe memasuki umur 15, 30, 45, 60, 75, 90, hingga 105 HST (Hari Setelah Tanam). Sedangkan pemberian pupuk daun diberikan melalui penyemprotan pada seluruh bagian tanaman, terutama daun, dilakukan ketika tanaman berumur 14, 21, 35 hingga 75 HST.

Aplikasi Pupuk Akar

- Umur 15, 30 hst, berikan pupuk NPK 3kg lalu larutkan ke dalam 200lt air, kocorkan sebanyak 200ml per tanaman (kurang lebih 1 gelas jelly drink).
- Umur 45, 60 hst, berikan pupuk NPK 4kg lalu larutkan ke dalam 200lt air, kocorkan sebanyak 200ml per tanaman
- Umur 75, 90, 105 hst, berikan pupuk NPK 5kg lalu larutkan ke dalam 200lt air, kocorkan sebanyak 200ml per tanaman

Aplikasi Pupuk Daun

- Umur 14, 21 hst, diberikan pupuk daun kandungan nitrogen tinggi.
- Umur 35, 75 hst, diberikan pupuk daun kandungan P (fosfor), K (kalium), maupun Mikro tinggi.
Perlu diperhatikan saat penyemprotan pupuk daun dapat bersamaan ketika mengendalikan hama dan penyakit tanaman sehingga menghemat waktu maupun biaya tenaga kerja.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABE

HAMA TANAMAN CABE

Hama Gangsir

Jenis hama gangsir pada budidaya cabe: Brachytrypes portentosus.
Cara Pengendalian : Berikan insektisida pada lubang tanam dengan bahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram.

Hama Ulat Tanah

Jenis hama ulat tanah pada budidaya cabe: Agrotis ipsilon.
Cara Pengendalian : Berikan insektisida pada lubang tanam dengan bahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram atau pemberian umpan beracun, seperti dedak dicampur insektisida berbahan aktif metomil, kemudian diberikan di lubang tanam saat sore hari. Pemberian umpan beracun cukup efektif mengendalikan hama Agrotis ipsilon.

Hama Ulat Grayak

Jenis hama ulat grayak pada budidaya cabe: Spodoptera litura.
Cara Pengendalian : Penyemprotan insektisida bahan aktif metomil, dimehipo, deltametrin, klorpirifos, profenofos, kartophidroklorida, atau sipermetrin. Dosis pemberian lihat saja petunjuk di kemasannya.

Hama Ulat Buah

Jenis hama ulat buah pada budidaya cabe: Helicoverpa sp.
Cara Pengendalian : Penyemprotan insektisida bahan aktif metomil, dimehipo, deltametrin, klorpirifos, profenofos, kartophidroklorida, atau sipermetrin. Dosis pemberian lihat saja petunjuk di kemasannya.

Hama Thrips

Jenis hama thrips pada budidaya cabe: Thrips parvispinus.
Cara Pengendalian : Penyemprotan insektisida bahan aktif tiametoksam, abamektin, imidakloprid, lamdasihalotrin, klorfenapir, sipermetrin, atau asetamiprid. Dosis pemberian lihat saja petunjuk di kemasannya.

Hama Kutu Daun

Jenis hama kutu daun pada budidaya cabe: Myzus persiceae.
Cara Pengendalian : Penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi lihat petunjuk kemasannya.

Hama Kutu Kebul

Jenis hama kutu kebul pada budidaya cabe: Bemisia tabaci.
Cara Pengendalian : Penyemprotan insektisida bahan aktif tiametoksam, abamektin, imidakloprid, lamdasihalotrin, klorfenapir, sipermetrin, atau asetamiprid. Dosis pemberian lihat saja petunjuk di kemasannya.

Hama Tungau

Jenis hama tungau pada budidaya cabe: Polyphagotarsonemus lotus, Tetranychus cinnabarinus.
Cara Pengendalian : Penyemprotan akarisida (insektisida) bahan aktif dikofol, piridaben, propargit, klofentezin, abamektin, tetradifon, amitraz, atau fenpropatrin. Dosis pemberian lihat saja petunjuk di kemasannya.

Hama Lalat Buah

Jenis hama lalat buah pada budidaya cabe: Dacus dorsalis.
Cara Pengendalian : Penyemprotan insektisida bahan aktif metomil, dimehipo, deltametrin, klorpirifos, profenofos, kartophidroklorida, atau sipermetrin. Dosis pemberian lihat saja petunjuk di kemasannya.

Hama Nematoda

Jenis nematoda yang menyerang tanaman cabe: Meloidogyne incognita.
Cara Pengendalian : Berikan insektisida pada lubang tanam dengan bahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram.

PENYAKIT TANAMAN CABE

Penyakit Rebah Semai

Jenis penyakit rebah semai pada budidaya cabe: cendawan Pythium debarianum, Rhizoctonia solani.
Cara Pengendalian : Lakukan penyemprotan menggunakan fungisida sistemik bahan aktif simoksanil, propamokarb hidroklorida, asam fosfit, dimetomorf, atau kasugamisin, dan fungisida kontak bahan aktif mankozeb, tembaga, tiram, ziram atau propineb. Dosis pemberian ½ dosis terendah seperti tertera di kemasannya.

Penyakit Layu Bakteri

Jenis penyakit layu bakteri pada budidaya cabe: bakteri Pseudomonas sp.
Cara Pengendalian : Usahakan pH tanah netral atau mendekati netral, musnahkan tanaman terserang, saluran pembuangan air harus betul-betul rapi.
Cara Pengendalian : Penyemprotan bakterisida dari golongan antibiotik berbahan aktif asam oksolinik, streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, kasugamisin, atau validamisin. Dosis/konsentrasi lihat petunjuk kemasannya. Sebagai pencegahan, secara biologi ditaburkan trichoderma saat persiapan lahan, dikocor pestisida organik di tanah saat umur 25 hst, 40 hst serta 70 hst. Pestisida organik misalnya wonderfat. Dosis/konsentrasi lihat petunjuk kemasannya.

Penyakit Layu Fusarium

Jenis penyakit layu fusarium pada budidaya cabe: cendawan Fusarium oxysporum.
Cara pengendalian : Usahakan pH tanah netral atau mendekati netral, musnahkan tanaman terserang, saluran pembuangan air harus betul-betul rapi, pastikan tidak ada air menggenang di areal pertanaman cabe, melakukan penggiliran tanaman.
Cara Pengendalian : Penyemprotan fungisida bahan aktif metalaksil, propamokarb hidroklorida, atau benomil. Dosis/konsentrasi lihat petunjuk kemasannya. Sebagai pencegahan, secara biologi ditaburkan trichoderma saat persiapan lahan, dikocor pestisida organik di tanah saat umur 25 hst, 40 hst serta 70 hst. Pestisida organik misalnya wonderfat. Dosis/konsentrasi lihat petunjuk kemasannya.

Penyakit Busuk Phytophtora

Jenis penyakit busuk phytophtora pada budidaya cabe: cendawan Phytopthora infestans.
Cara Pengendalian : Lakukan penyemprotan menggunakan fungisida sistemik bahan aktif simoksanil, propamokarb hidroklorida, asam fosfit, dimetomorf, atau kasugamisin, dan fungisida kontak bahan aktif mankozeb, tembaga, tiram, ziram atau propineb. Dosis/konsentrasi lihat petunjuk kemasannya.

Penyakit Busuk Kuncup

Jenis penyakit busk kuncup pada budidaya cabe: cendawan Choanephora cucurbitarum.
Cara Pengendalian : Lakukan penyemprotan menggunakan fungisida sistemik bahan aktif simoksanil, propamokarb hidroklorida, asam fosfit, dimetomorf, atau kasugamisin, dan fungisida kontak bahan aktif mankozeb, tembaga, tiram, ziram atau propineb. Dosis/konsentrasi lihat petunjuk kemasannya.

Penyakit Bercak Daun Cercospora

Jenis penyakit bercak daun cercospora pada budidaya cabe: cendawan Cercospora capsici.
Cara Pengendalian : Lakukan penyemprotan menggunakan fungisida sistemik bahan aktif tebukonazol, metil tiofanat, benomil, difenokonazol, atau karbendazim, dan fungisida kontak berbahan aktif mankozeb, azoksistrobin, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi lihat petunjuk kemasannya.

Penyakit Bercak Bakteri

Jenis penyakit bercak bakteri pada budidaya cabe: cendawan Xanthomonas campestris
Cara Pengendalian : Penyemprotan fungisida berbahan aktif tembaga atau bakterisida golongan antibiotik. Dosis/konsentrasi lihat petunjuk kemasannya.

Penyakit Patek (Antraknosa)

Jenis penyakit patek (antraknosa) pada budidaya cabe: cendawan Colletotrichum capsici dan Gloeosporium piperatum.
Cara Pengendalian : Lakukan penyemprotan menggunakan fungisida sistemik bahan aktif tebukonazol, metil tiofanat, benomil, difenokonazol, atau karbendazim, dan fungisida kontak berbahan aktif mankozeb, azoksistrobin, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi lihat petunjuk kemasannya.

Penyakit Virus

Jenis penyakit virus pada budidaya cabe: virus CTV, CMV, TMV, TEV, TRV, TRSV, maupun PVY.
Cara pengendalian : Membersihkan gulma, mengendalikan serangga vektor virus (seperti hama thrips, kutu daun, kutu kebul, maupun tungau), memusnahkan tanaman terinfeksi, menjaga kebersihan alat pertanian, serta memberi pengarahan bahaya virus kepada tenaga kerja agar lebih berhati-hati saat melakukan penanganan terhadap tanaman terinfeksi.

PANEN

Pemanenan cabe merah dapat dipanen ketika umur tanaman cabe berkisar antara 90 hingga 110 HST tergantung varietas maupun tingkat keseragaman tanaman. Buah cabe dipetik merupakan buah masak fisiologis dengan tingkat kemasakan buah 80% masak.

ANALISA USAHATANI BUDIDAYA CABE

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KENTANG

Hama dan Penyakit Tanaman Kentang - Tanaman kentang tergolong tanaman sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit baik saat musim hujan maupun musim kemarau. Penanaman kentang di musim hujan sangat rentan terhadap serangan busuk phytophthora maupun layu fusarium. Sebaliknya, jika penanaman dilakukan di musim kemarau, tanaman kentang rentan terhadap serangan hama thrips, ulat, maupun lalat penggorok daun. Pola tanam tanpa sistem rotasi tanaman serta berlangsung terus-menerus dalam waktu lama menyebabkan hama dan penyakit tersebut kini berpotensi menggagalkan panen di segala musim. Berikut kami uraikan tentang berbagai jenis hama dan penyakit pengganggu tanaman kentang beserta cara pengendaliannya:

HAMA TANAMAN KENTANG

Hama Uret Phyllophaga (Holotricia) javana

Hama uret dikenal juga dengan nama white grub. Bentuk binatang ini menyerupai kumbang berwarna cokelat gelap dengan panjang 2-2,5 cm. Hama ini biasanya banyak terdapat di tumpukan bahan organik mentah (belum difermentasi). Sehingga aplikasi pupuk kandang mentah (belum difermentasi) juga berpotensi menjadi penyebab serangan uret. Phyllophaga (Holotricia) javana menyerang tanaman kentang dengan cara melubangi umbi kentang, umbi terseerang berpotensi terserang penyakit sekunder akibat gigitan hama uret. Selain itu uret juga menyerang akar tanaman, sehingga jika serangan parah dapat mengakibatkan tanaman kentang mati.

Pemanfaatan agensia hayati bisa dilakukan untuk mengendalikan hama uret, seperti Metarrhizium anisoplae, bisa didapatkan di kios pertanian terdekat.

Hama Anjing Tanah Gryllotalpa sp.

Hama anjing tanah (dalam bahasa jawa dikenal orong-orong) memiliki kaki sangat kuat. Hama ini selain menyerang umbi kentang juga sering ditemukan pada tanaman padi muda. Selain itu, Gryllotalpa sp. juga banyak ditemukan menyerang tanaman sayuran lain saat masih muda. Hama ini tinggal di dalam tanah, penyerangannya dilakukan saat malam hari.

Untuk saat ini anjing tanah belum menjadi hama serius pada budidaya kentang. Tetapi jika ditemukan serangan hama tersebut, maka segera taburkan insektisida berbahan aktif karbofuran. Dosis/konsentrasi 0,5 gram/tanaman.

Hama Thrips Tabaci




Hama thrips berukuran sangat kecil, kurang lebih 1 mm sehingga sulit dilihat mata telanjang. Hama ini bergerak lincah dengan radius serangan hingga 1 km. Hama thrips menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun, sehingga daun tanaman terserang tampak mengeriput lalu keriting. Bagian bawah daun berwarna keperakan karena bagian dalam daun berongga setelah cairannya terhisap. Daun tua terserang tampak menggulung ke bagian bawah. Hama ini akan berkembang biak dengan baik serta menyerang ganas terutama ketika kelembaban udara berkisar 70%. Thrips memiliki daur hidup antara 7-12 hari. Serangga muda berwarna putih, kekuningan, hingga kemerahan. Serangga dewasa memiliki dua pasang sayap kecil (terdapat rambut di bagian tepi tubuhnya). Bagian mulutnya berfungsi menusuk maupun menghisap bagian tanaman kentang, seperti daun, bunga, buah, maupun kuncup tunas.

Upaya pengendalian serangan hama kutu daun antara lain sebagai berikut :
  1. Menerapkan strip planting (tanaman perangkap) di sekeliling areal pertanaman sebagai tanaman pagar. Tanaman yang bisa digunakan sebagai tanaman perangkap adalah tanaman yang pertumbuhannya lebih tinggi dibanding tanaman utama antara lain jagung, kacang panjang, atau buncis. Tanaman perangkap ditanam dua minggu sebelum penanaman kentang. Saat daun tanaman perangkap terserang, harus segera diambil lalu dimusnahkan.
  2. Penggiliran tanaman dengan tanaman bukan sefamili maupun tanaman inang.
  3. Sanitasi lahan, yaitu pengendalian gulma serta pemusnahan bagian tanaman kentang terserang.
  4. Pengendalian secara organik lebih diutamakan, yaitu melalui penyemprotan insektisida nabati maupun agensia hayati. Insektisida nabati dapat dibuat dari beberapa bahan nabati berdaya bunuh tinggi terhadap serangga, misalnya daun nimbau, umbi gadung, cabai, atau pohon jenu.
  5. Upaya pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, profenofos, dimehipo, asetamiprid, atau imidakloprid. Dosis/konsentrasi penyemprotan sesuai petunjuk di kemasannya.

Hama Kutu Daun

Hama kutu daun pengganggu tanaman kentang adalah Aphis gossypii (berwarna hijau kehitaman sampai kuning kecokelatan) dan Myzus persicae (sayapnya berwarna kehitaman sedangkan tubuhnya berwana hijau, kuning, sampai merah kecokelatan). Kedua serangga ini bersifat polyfag, yaitu menyerang segala jenis tanaman, serta bersifat partenogenesis, yaitu berkembang biak secara as3ksual (tanpa kawin). Kutu ini akan melahirkan nimfa, daur hidupnya diselesaikan dalam jangka waktu 7-10 hari. Populasi hama kutu daun sangat tinggi saat kelembaban udara relatif rendah, terutama terjadi di musim kemarau.

Kedua hama tersebut menyerang tanaman kentang dengan cara menghisap cairan daun atau bagian daun muda. Daun tampak keriput, berkerut, terpelintir, serta berwana kekuningan. Tanaman terserang akan tumbuh kerdil, bahkan pertumbuhannya menjadi terhambat. Hal paling ditakutkan oleh petani kentang adalah kutu daun Aphis gossypii dan Myzus persicae, kedua hama ini merupakan serangga sangat aktif berperan sebagai penular virus. Serangan hama kutu daun berpotensi menggagalkan budidaya hingga puso.

Upaya pengendalian serangan hama kutu daun adalah sebagai berikut:
  1. Menerapkan strip planting (tanaman perangkap) di sekeliling areal pertanaman sebagai tanaman pagar. Tanaman yang bisa digunakan sebagai tanaman perangkap adalah tanaman yang pertumbuhannya lebih tinggi dibanding tanaman utama antara lain jagung, kacang panjang, buncis, atau tanaman yang bunganya berwarna kuning karena kutu ini menyukai warna kuning. Tanaman perangkap ditanam dua minggu sebelum penanaman kentang. Saat daun tanaman perangkap terserang, harus segera diambil lalu dimusnahkan.
  2. Sanitasi lahan, yaitu pengendalian gulma serta pemusnahan bagian tanaman terserang.
  3. Pengendalian secara organik lebih diutamakan, yaitu dengan penyemprotan insektisida nabati maupun agensia hayati. Insektisida nabati dapat dibuat dari beberapa bahan nabati berdaya bunuh tinggi terhadap serangga, misalnya daun nimbau, umbi gadung, atau pohon jenu. Serta memanfaatkan agensia hayati seperti Enthomopthora sp.
  4. Upaya pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, profenofos, dimehipo, asetamiprid, atau imidakloprid. Dosis/konsentrasi penyemprotan sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Lalat Daun

Hama lalat daun sering disebut juga leafminer. Hama ini merupakan hama jenis penggorok. Lalat daun bersifat polyfag (menyerang beberapa tanaman) serta termasuk jenis hama ganas karena berpotensi menyerang semua jenis tanaman di segala musim. Hama lalat daun lebih dikenal sebagai lalat penggorok daun (Lyriomyza huidobrensis). Hama Lyriomyza huidobrensis pernah merusak areal budidaya kentang di Pengalengan dan Garut.

Gejala serangan tampak adanya lubang-lubang kecil di permukaan daun akibat lalat dewasa menusukkan ovipositornya untuk meletakkan telur. Dari luka tusukan tersebut akan keluar cairan, cairan ini akan dihisap oleh lalat sebagai makanan. Setelah telur menetas, larva (imago) akan menggorok ke dalam daun dengan cara menghisap cairan serta memakan bagian dalam daun. Permukaan daun kentang terserang akan terlihat bercak-bercak cokelat, lubang gorokan akan menyatu satu sama lain, akhirnya daun mengering. Serangan hama lalat penggorok daun umumnya terjadi saat tanaman kentang berumur 20-35 hari atau menjelang pembentukan umbi, kemudian berlanjut hingga fase panen. Kerusakan tanaman kentang akibat serangan lalat Lyriomyza hudobrensis dapat mencapi 60%. Hama ini sangat berbahaya karena berperan sebagai serangga vektor penular virus. Virus berpotensi menginfeksi tanaman saat lalat menusukkan ovipositornya.

Upaya pengendalian serangan hama lalat penggorok daun adalah sebagai berikut :
  1. Menanam bibit sehat.
  2. Menerapkan strip planting (tanaman perangkap) di sekitar areal pertanaman. Tanaman yang bisa digunakan sebagai tanaman perangkap antara lain kacang merah, atau tanaman yang bunganya berwarna kuning karena lalat ini menyukai warna kuning. Tanaman perangkap ditanam dua minggu sebelum penanaman kentang. Saat daun tanaman perangkap terserang, harus segera diambil lalu dimusnahkan. Selain cara tersebut, dapat juga dengan membuat perangkap berwarna kuning yang beri perekat. Perangkap tersebut dipasang sebanyak 100 perangkap/ha.
  3. Sanitasi lahan, yaitu pengendalian gulma maupun pemusnahan bagian tanaman terserang.
  4. Pengendalian secara organik lebih diutamakan, yaitu penyemprotan menggunakan insektisida nabati maupun agensia hayati. Insektisida nabati dapat dibuat dari beberapa bahan nabati berdaya bunuh tinggi terhadap serangga, misalnya daun nimbau, umbi gadung, atau pohon jenu. Pemanfaatan agensia hayati seperti Ascecode sp., Hemiptarsenus varicornis., Gronotoma sp., atau Opius sp. juga dapat dilakukan.
  5. Upaya pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, profenofos, dimehipo, asetamiprid, atau imidakloprid. Dosis/konsentrasi penyemprotan sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Ulat Penggulung

Hama ulat penggulung pengganggu tanaman kentang adalah Phthorimaea operculella. Serangan ulat jenis ini banyak terjadi saat musim kemarau. Selain menyerang tanaman kentang, Phthorimaea operculella juga menyerang tanaman tembakau. Hama ulat ini dikenal juga dengan nama Potato Tumbermoth (PTM). Hama PTM diduga sebagai hama pengundang datangnya serangan jamur fusarium. Pada ketinggian 1.200 mdpl daur hidup ulat dapat mencapai 40 hari sehingga sangat berbahaya bagi tanaman kentang. Selain menyerang tanaman kentang, Phthorimaea operculella juga berpotensi menyerang umbi kentang di dalam gudang. Serangga dewasa berupa kupu-kupu aktif di malam hari. Kupu-kupu ini meletakkan telur yang sangat kecil di bawah daun atau di atas umbi terbuka (tidak tertutup tanah).

Gejala serangan dimulai adanya perubahan warna daun dari hijau menjadi merah tua. Selain itu, akan mucul jalinan menyerupai benang, didalamnya terdapat ulat kecil berwarna abu-abu. Daun menggulung karena permukaan daun sebelah atas rusak. Serangan tidak hanya terjadi di lapangan, tetapi juga di gudang tempat penyimpanan umbi, ditandai adanya kotoran di sekitar mata tunas.

Upaya pengendalian hama ulat Phthorimaea operculella adalah sebagai berikut :
  1. Usahakan tidak ada retakan tanah, karena larva ulat Phthorimaea operculella ini akan masuk melalui retakan tanah serta merusak umbi.
  2. Pembubunan harus dilakukan secara rutin untuk mencegah serangan larva ke dalam umbi.
  3. Sanitasi kebun dengan mengendalikan gulma secara rutin.
  4. Upaya pengendalian secara organik lebih diutamakan, yaitu menggunakan pestisida nabati. Selain itu bisa juga menggunakan pestisida biologi (memanfaatkan Bacillus thuringiensis atau Baculovirus).
  5. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Ulat Spodoptera exigua

Hama Spodoptera exigua berwarna hijau, berubah menjadi cokelat dengan strip kekuningan. Pupa ulat bawang terbentuk di dalam tanah akhirnya berubah menjadi kupu-kupu dengan sayap depan berwarna abu-abu gelap sedangkan sayap belakang berwarna agak putih. Ulat ini sangat rakus bahkan menyerang hampir semua jenis tanaman hortikultura, sehingga penyebarannya sangat cepat. Hama Spodoptera exigua menyerang tanaman kentang dengan cara memakan daun tanaman dimulai dari bagian tepi daun menuju bagian tengah. Serangan hebat menyebabkan daun habis, bahkan tanaman tampak gundul.

Upaya pengendalian hama ulat Spodoptera exigua adalah sebagai berikut :
  1. Sanitasi kebun dengan mengendalikan gulma secara rutin.
  2. Pengendalian secara organik lebih diutamakan, yaitu menggunakan pestisida nabati. Selain itu bisa juga menggunakan pestisida biologi (memanfaatkan Bacillus thuringiensis atau Baculovirus).
  3. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

Hama ulat ini disebut juga ulat pemotong (black cut worm). Hama Agrotis epsilon menyerang tanaman saat masih muda dengan cara memotong pangkal batang tanaman. Hama ini tergolong hama aktif di malam hari, saat siang harinya bersembunyi di dalam tanah. Larva yang baru menetas biasanya merusak jaringan daun, setelah dewasa ulat pindah ke dalam tanah kemudian memotong tanaman muda di lahan. Serangga dewasa berupa kupu-kupu berwarna gelap. Daur hidup dalam satu generasi berlangsung selama 28-42 hari.

Upaya pengendalian hama ulat Agrotis ipsilon adalah sebagai berikut :
  1. Sanitasi kebun dengan mengendalikan gulma secara rutin.
  2. Pengendalian secara organik lebih diutamakan, yaitu menggunakan pestisida nabati. Selain itu bisa juga menggunakan pestisida biologi (memanfaatkan Bacillus thuringiensis atau Baculovirus.
  3. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Ulat Heliothis armigera

Hama ulat Heliothis armigera dikenal juga dengan nama corn earworm. Hama dapat menyerang bagian umbi maupun daun kentang. Ulat ini juga sering ditemukan pada tanaman cabai, tomat, tembakau, maupun jagung. Stadium dewasa berupa kupu-kupu berwarna kekuningan berbintik serta bergaris hitam. Hama ini dapat hidup di dataran rendah hingga dataran tinggi, yaitu di ketinggian 2.000 mdpl. Serangan ditandai adanya daun maupun umbi berlubang.

Upaya pengendalian hama ulat Heliothis armigera adalah sebagai berikut :
  1. Sanitasi kebun dengan mengendalikan gulma secara rutin.
  2. Pengendalian secara organik lebih diutamakan, yaitu menggunakan pestisida nabati. Selain bisa juga menggunakan pestisida biologi (memanfaatkan Bacillus thuringiensis atau Baculovirus).
  3. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Ulat Spodoptera litura

Tubuh ulat Spodoptera litura terdapat bintik-bintik segitiga berwana hitam. Bagian sisi tubuhnya berwana hitam, bergaris kekuningan. Pupa terdapat di bawah permukaan tanah. Ulat ini dikenal juga dengan nama ulat grayak (ulat tentara), karena menyerang secara bergerombol. Ulat menyerang daun tanaman kentang hingga tinggal epidermis saja sehingga daun tampak seperti meranggas. Hama ulat grayak bersifat polyfag serta tergolong hama sangat ganas. Pada tanaman cabai, Hama Spodoptera litura tidak hanya menyerang daun tanaman saja, tetapi buah cabai pun ikut diserang.

Upaya pengendalian serangan hama ulat grayak Spodoptera litura adalah sebagai berikut :
  1. Sanitasi kebun dengan mengendalikan gulma secara rutin.
  2. Pengendalian secara organik lebih diutamakan, yaitu dengan menggunakan pestisida nabati. Selain itu bisa juga menggunakan pestisida biologi (memanfaatkan Bacillus thuringiensis atau Baculovirus.
  3. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Kumbang Kentang (Epilachna sp.)

Hama Epilachna sp. dikenal juga dengan nama potato beetle. Hama menyerang tanaman dari famili Solanaceae seperti tomat, terong, tembakau, cabai, maupun Physalis angulata (sejenis ciplukan). Sosok serangga ini menyerupai kepik berwarna kecokelatan serta berbintik hitam. Jumlah bintik di tubuhnya sangat bervariasi, yaitu antara 12-16 totol.

Serangan dimulai dengan memakan bagian tengah daun, sehingga daun tanaman kentang terserang akan nampak berlubang menyerupai jendela. Ketika terjadi serangan berat, hanya akan tersisa tulang daunnya saja.

Upaya pengendalian serangan hama ulat Epilachna sp. antara lain sebagai berikut :
  1. Sanitasi kebun dengan mengendalikan gulma secara rutin.
  2. Pengendalian secara organik lebih diutamakan, yaitu dengan menggunakan pestisida nabati.
  3. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Nematoda (Meloidogyne incognita)

Hama nematoda sering juga disebut dengan nama bintil akar (Root Knot Nematode), karena serangan hama ini ditandai adanya bintil-bintil kecil di bagian akar atau umbi yang menyerupai jerawat. Tanaman kentang terserang nematoda menunjukkan gejala pertumbuhan kerdil, daun menguning saat udara panas, selanjutnya daun akan berguguran. Apabila tanaman dicabut akan terlihat bintil-bintil pada akar atau umbi kentang.

Upaya pengendalian serangan hama nematoda antara lain sebagai berikut :
Tidak menanam tanaman kentang di daerah endemik.
Pemberian insektisida nematisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1 gr/tanaman.

PENYAKIT TANAMAN KENTANG

Penyakit Busuk Daun (Phytophthora infestans)

Penyakit busuk daun disebabkan oleh infeksi patogen Phytophthora infestans. Cendawan tersebut dapat menyerang seluruh bagian tanaman, baik daun, batang, pangkal batang, umbi, maupun perakaran tanaman kentang. Hingga saat ini, Phytophthora insfestans masih merupakan penyakit utama penyebab kegagalan panen kentang, terutama terjadi saat musim hujan dengan suhu optimal untuk perkembangannya adalah 21°C.

Daun kentang terserang menunjukkan gejala ditandai adanya bercak kecil kebasah-basahan berwarna hijau kelabu, lama kelamaan berubah menjadi cokelat kehitaman. Bercak meluas ke seluruh daun sehingga daun kentang akan membusuk dan kering. Bagian daun membusuk tetap meggantung pada tanaman. Selanjutnya serangan akan meluas sampai ke batang atau cabang. Di bagian bawah daun terserang terdapat konidia spora berwana putih.

Serangan pada umbi ditandai adanya bercak berwarna cokelat sampai ungu kehitaman. Ketika seranga semakin berat, umbi akan membusuk sehingga tidak dapat dipanen. Penyakit ini juga menyerang umbi kentang saat disimpan di gudang penyimpanan.

Upaya pengendalian serangan penyakit Phytophthora infestans antara lain sebagai berikut :
  1. Sanitasi lingkungan, yaitu memusnahkan tanaman kentang terserang serta pengendalian gulma secara rutin.
  2. Pengaturan drainase sehingga tidak terjadi genangan air saat musim hujan.
  3. Pengendalian secara organik lebih diutamakan, yaitu dengan menggunakan pestisida nabati. Selain itu bisa juga menggunakan agensia hayati yaitu Trichoderma sp. maupun Gliocladium sp.
  4. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif simoksanil, famoksadon, dimetomorf, propamokarb hidroklorida, mankozeb, klorotalonil atau thiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Layu Bakteri

Penyebab layu bakteri adalah bakteri Pseudomonas (Ralstonia) solanacearum. Gajala serangan ditandai adanya beberapa daun muda pada pucuk tanaman mati serta menguningnya daun bagian bawah. Bila pangkal batang dipotong akan terlihat bercak berwarna cokelat pada kambiumnya berbentuk menyerupai cincin.

Serangan penyakit layu bakteri pada umbi ditandai adanya tanah basah berlendir yang menempel di ujung stolon atau bagian mata umbi atau bagian ujung umbi. Bila umbi dibelah akan nampak warna cokelat tua melingkar di bagian dagingnya. Tanda ini merupakan ciri khas serangan bakteri Pseudomonas (Ralstonia) solanacearum. Suhu uptimum untuk perkembangan bakteri adalah 27-37°C, sedangkan suhu yang menghambat pertumbuhannya berkisar antara 8-10°C.

Upaya pengendalian serangan layu bakteri antara lain meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman kentang terserang, melakukan penggiliran tanaman, pengaturan drainase agar tidak terjadi genangan air saat musim hujan, serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik berbahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan. Sebagai pencegahan, dapat diaplikasikan agensia Trichoderma sp. maupun Gliocladium sp. saat persiapan lahan, lalu dilanjutkan pengocoran menggunakan pestisida organik di tanah ketika tanaman kentang memasuki umur 20hst dan 35 hst, contoh pestisida organiknya seperti super glio, wonderfat, dll. Dosis/konentrasi sesuai anjuran di kemasan.

Penyakit Layu Fusarium

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium oxisporium. Gejala tanaman kentang terserang penyakit ini sepintas mirip serangan layu bakteri. Perbedaannya hanya terletak pada bagian tanaman terserang, yaitu pada serangan penyakit layu bakteri, jika bagian terserang dimasukkan ke dalam air maka akan keluar cairan putih susu meyerupai asap. Sedangkan serangan layu fusarium tidak mengeluarkan cairan tersebut.

Upaya pengendalian serangan penyakit layu fusarium antara lain meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman kentang terserang, melakukan penggiliran tanaman, pengaturan drainase agar tidak terjadi genangan air saat musim hujan, serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan. Sebagai pencegahan, dapat diaplikasikan agensia Trichoderma sp. maupun Gliocladium sp. saat persiapan lahan, lalu dilanjutkan pengocoran menggunakan pestisida organik di tanah ketika tanaman kentang memasuki umur 20hst dan 35 hst, contoh pestisida organiknya seperti super glio, wonderfat, dll. Dosis/konentrasi sesuai anjuran di kemasan.

Penyakit Bercak Daun Alternaria

Penyakit ini disebut juga cacar daun atau bercak kering. Penyakit bercak daun alternaria disebabkan oleh serangan cendawan Alternaria solani. Daun tanaman kentang terserang terdapat bercak-bercak cokelat sampai hitam (terdapat warna kuning di sekitar bercak tersebut). Serangan parah akan mengakibatkan daun mengering lalu berguguran. Selain menyerang daun tanaman kentang, cendawan Alternaria pori juga menyerang umbi kentang. Umbi terserang ditandai adanya bercak-bercak gelap berbentuk bulat tidak teratur pada kulit umbi.

Upaya pengendalian penyakit bercak daun alternalia antara lain sebagai berikut :
  1. Sanitasi lingkungan, yaitu memusnahkan tanaman terserang maupun pengendalian gulma secara rutin.
  2. Pengaturan drainase sehingga tidak terjadi genangan air saat musim hujan.
  3. Pengendalian secara organik lebih diutamakan, yaitu dengan menggunakan pestisida nabati. Selain itu bisa juga menggunakan agensia hayati yaitu Trichoderma sp. maupun Gliocladium sp.
  4. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, difenokonazol, metil tiofanat, karbendazim, mankozeb, klorotalonil atau thiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Kudis Lak

Penyakit kudis lak disebut juga dengan nama stem-cancer atau black scurf. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cendawan Rhizoctonia solani. Cendawan dapat terbawa oleh umbi, tanah, maupun pupuk kandang. Daun tanman terserang akan menggulung ke arah dalam, tepi berwarna ungu, batang lebih pendek, terdapat nekrotis di pangkal akar, jika menyerang umbi akan mengakibatkan stolon busuk (berwarna cokelat tua sampai hitam) serta akan muncul umbi-umbi kecil pada batang di atas tanah. Bagian permukaan umbi terdapat koloni cendawan berbentuk noda berwarna cokelat sampai hitam.

Upaya pengendalian penyakit kudis antara lain sebagai berikut :
  1. Sanitasi lingkungan, yaitu memusnahkan tanaman terserang serta pengendalian gulma secara rutin.
  2. Pengaturan drainase sehingga tidak terjadi genangan air saat musim hujan.
  3. Pengendalian secara organik lebih diutamakan, yaitu dengan menggunakan pestisida nabati. Selain itu bisa juga menggunakan agensia hayati yaitu Trichoderma sp. maupun Gliocladium sp.
  4. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif simoksanil, famoksadon, dimetomorf, propamokarb hidroklorida, mankozeb, klorotalonil atau thiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Kudis

Penyakit kudis disebut juga dengan nama common scab. Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri Streptomyces scabies. Secara umum gejala serangan penyakit kudis tidak berbeda jauh dengan gejala serangan penyakit layu bakteri meupun layu fusarium. Bagian permukaan umbi kentang terserang terdapat bercak-bercak berwana kemerahan hingga kecokelatan. Pada bagian terserang akan mengering, berkerut, mengeras, serta bagian dalamnya bertepung.

Upaya pengendalian serangan penyakit kudis antara lain sebagai berikut :
  1. Sanitasi lingkungan, yaitu memusnahkan tanaman kentang terserang serta pengendalian gulma secara rutin.
  2. Pengaturan drainase sehingga tidak terjadi genangan air saat musim hujan.
  3. Pengendalian secara organik lebih diutamakan, yaitu dengan menggunakan pestisida nabati. Selain itu bisa juga menggunakan agensia hayati yaitu Trichoderma sp. maupun Gliocladium sp.
  4. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida berbahan aktif oksitetrasiklin, strptomicyn sulfat, kasugamisin, atau tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Virus

Penyakit virus yang sering menyerang tanaman kentang diantaranya PLRV, PVX, PVY, maupun CMV. Virus merupakan penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan budidaya kentang terutama musim kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai pertumbuhan tanaman kentang mengerdil, daun mengeriting serta terdapat bercak kuning kebasah-basahan. Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit virus ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor(penular virus). Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya hama thrips, kutu daun, kutu kebul, maupun hama tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai vektor (penular virus), baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama saat melakukan perempelan.

Beberapa upaya penanganan virus antara lain : membersihkan gulma karena gulma berpotensi menjadi inang virus, mengendalikan hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman kentang terserang virus, menjaga kebersihan alat serta memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap tanaman selama proses budidaya kentang.

ARTIKEL POPULER