BUDIDAYA BELUT

Budidaya Belut merupakan salah satu cabang usaha perikanan darat yang memiliki potensi bisnis sangat tinggi sehingga kegiatan tersebut memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi di sektor perikanan. Produktivitas kegiatan budidaya di sektor perikanan masih memungkinkan untuk dikembangkan, salah satunya adalah memperbaiki dan meningkatkan teknologi budidaya serta melakukan inovasi dalam kombinasi faktor-faktor produksi. Berternak belut merupakan kegiatan agribisnis perikanan yang perlu mendapatkan perhatian serius, mengingat potensi bisnisnya begitu besar bahkan teknologi budidaya yang diterapkan pun relatif lebih mudah diaplikasikan oleh petani atau peternak belut. Salah satu kelemahan dari usaha budidaya ini adalah minimnya pasokan benih belut, sehingga petani banyak yang kesulitan untuk mendapatkan benih.

PELUANG USAHA BUDIDAYA BELUT SAWAH

Kegiatan budidaya untuk jenis ikan belut memang belum banyak dilakukan secara kultur di kolam-kolam atau tempat-tempat pemeliharaan lain, karena dianggap kurang diminati konsumen. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini banyak diproduksi makanan olahan berbahan dasar belut, baik dalam bentuk basah maupun kering. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan masyarakat terhadap komoditas perikanan. Meningkatkan permintaan terhadap komoditas belut secara otomatis akan menciptakan peluang agribisnis tersendiri. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika kini berternak belut mulai banyak dilirik oleh pelaku agribisnis. Mereka berusaha membidik peluang pasar budidaya ini meskipun di daerah-daerah tertentu pengadaan benih belut sangat sulit untuk didapatkan. Pada artikel pendek ini, hanya akan dibahas mengenai cara budidaya untuk konsumsi, dengan masa budidaya selama 2-3 bulan.

CARA BUDIDAYA




Meskipun mudah dilakukan, tetapi teknik atau cara budidaya belum banyak diketahui oleh peternak belut. Hal ini disebabkan secara kultur teknis ternak belut memang masih belum banyak dilakukan. Untuk mendapatkan informasi mengenai teknik budidaya yang baik dapat Anda simak pada ulasan-ulasan di bawah ini, namun sebelum melangkah lebih lanjut, tidak ada salahnya kalau kita mengenal belut lebih dalam lagi untuk sedikitnya membantu memudahkan proses budidaya disamping juga menambah wawasan kita sebagai seorang petani belut.

Deskripsi Belut Sawah

Di Indonesia dikenal ada tiga jenis ikan yang disebut belut. Ketiga jenis ikan tersebut adalah Monopterus albus Zuiew, Synbranchus bengalensis Mc. Clellland, serta Macrotema caligans Cantor. Monopterus albus Zuiew di Indonesia dikenal dengan sebutan welut, lindung. Sementara itu, Synbranchus bengalensis Mc. Clellland, dikenal dengan sebutan kirai. Sedangkan Macrotema caligans Cantor dikenal dengan istilah belut.
Ketiga jenis ikan di atas termasuk dalam Family Synbranchidae serta Ordo Synbranchoidea. Dari ketiga jenis belut tersebut, Monopterus albus termasuk dalam jenis belut sawah yang sering dijumpai di lahan-lahan persawahan.
Tubuh belut sawah licin berbentuk bulat panjang seperti ular, tetapi tidak memiliki sisik. Belut sawah memiliki sirip punggung serta sirip dubur. Sirip-sirip tersebut berbentuk lipatan-lipatan kulit tanpa jari sirip.
Belut sawah tergolong binatang hermaprodit protogyni. Daur hidupnya dimulai dari masa juvenil (hermaprodit), berkembang menjadi belut betina, selanjutnya masuk dalam masa inter-sex, kemudian berkembang lagi menjadi belut jantan. Namun, hingga saat ini belum ada kepastian kapan belut sawah mengalami perubahan kelamin tersebut. Berbagai penelitian telah dilakukan, tetapi hasilnya masih sangat bervariasi. Beberapa ahli telah melakukan penelitian terhadap perubahan jenis kelamin maupun ukuran tubuhnya.
Berdasarkan hasil penelitian, dilakukan oleh Ir. Djatmika D.H. di daerah Magelang, Jawa Tengah dan Bantul, Yogyakarta, pada tahun 1982, diperoleh hasil mengenai ukuran serta jenis kelamin belut sawah sebagai berikut:

Benih, merupakan belut berukuran 2-2.7 cm, berwarna putih dengan sedikit warna merah muda. Di dekat kepala, terdapat bagian berwarna hijau, bagian ini merupakan kantong kuning telur cadangan makanannya.
Belut betina memiliki panjang tubuh sekitar 20-28 cm , warna punggungnya hijau kecoklatan atau kehitaman, warna perut putih kekuning-kuningan, sedangkan ukuran kepala maupun tengkuknya relatif kecil. Ekor berbentuk memanjang serta bagian ujungnya lancip.
Fase Intersex terjadi pada belut yang memiliki panjang tubuh antara 29-35 cm, warna tubuh bagian atas atau punggungnya coklat kehitaman, sedangkan warna bagian perut kuning kecoklatan, ukuran kepala maupun tengkuk relatif lebih besar bila dibanding belut betina, ekor agak panjang serta bagian ujungnya agak tumpul.
Belut jantan memiliki panjang tubuh antara 36-48 cm, bahkan di lapangan seringkali ditemui belut jantan berukuran lebih panjang daripada ukuran tersebut. Bagian tubuh atas atau punggung berwarna coklat kehijauan, sementara bagian perut berwarna kuning kecoklatan. Ukuran kepala maupun tengkungnya relatif besar, ekornya pendek, serta bagian ujungnya tumpul.

Sistematika

Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata (Craniata)
Class : Pisces
Sub-class : Teleostei
Ordo : Synbranchoidea
Familia : Synbranchidae
Genus : Monopterus
Species : Monopterus albus

Lingkungan Hidup

Belut sawah hidup di daerah persawahan maupun parit-parit di sawah. Mereka hidup di daerah lumpur atau tanah becek sampai kedalaman berkisar 10 cm. Biasanya banyak ditemukan di daerah-daerah pertanaman padi, terutama pada saat masa-masa awal penanaman. Hal ini disebabkan pada masa-masa tersebut, sawah masih digenangi air sehingga masih berlumpur. Sarangnya dibuat dengan cara menggali lubang seperti terowongan berliku, dalam hal ini pola sarang menyerupai huruf U. Binatang ini menyukai media dingin sebagai tempat tinggalnya. Suhu optimal saat budidaya berkisar antara 21 – 27 derajat celsius. Apabila mengalami kenaikan temperatur air, maka belut sawah akan meninggalkan tempat tersebut. Belut sawah mampu hidup di perairan dengan kandungan oksigen terlarut rendah, dimana pada kondisi tersebut, ikan-ikan air tawar lainnya sudah tidak lagi mampu mempertahankan hidupnya. Hal tersebut dikarenakan selain bernapas menggunakan insang juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa lipatan-lipatan kulit tipis (lipatan kulit tipis ini terdapat di rongga mulutnya). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Monopterus albus memiliki daya hidup cukup baik. Inilah salah satu kelebihannya sebagai salah satu komoditas perikanan masa depan. Tingginya daya hidup tersebut membuat potensi agribisnis budidaya ikan jenis ini semakin terbuka lebar, sehingga keberhasilan usaha budidaya lebih terjamin.

Kandungan Gizi

Belut selain rasanya enak serta banyak mengandung vitamin, juga mengandung kalori tinggi. Kandungan zat gizi setiap 100 gram berat ikan mengandung kalori 303 gram, protein 14 gram, lemak 27 gram, kalsium 0,02 gram, besi 0,001 gram, vitamin A 1,6 gram, vitamin B1 0,0001 gram, vitamin C 0,002 gram serta mengandung air 58 gram.

Teknik Budidaya

Secara teknis, kegiatan budidaya ini tidak diperlukan persyaratan khusus seperti budidaya ikan lainnya. Pelaksanaan kegiatan budidaya juga dapat dilakukan pada kolam kecil maupun besar. Bagian dasar kolam maupun dinding kolam belut sebaiknya dibuat permanen.

Bak

Bak untuk budidaya berukuran panjang 3 meter, lebar 1 meter, kedalaman 1,2 meter dimana sedalam 0,7 m berada dalam tanah (dengan cara digali), tujuannya agar media bak selalu dalam keadaan dingin sehingga suhu dalam media sesuai kondisi lingkungan hidup ideal untuk berternak belut. Pembuatan bak sebaiknya tidak terlalu besar agar proses pemeliharaan dalam kegiatan budidaya tersebut tidak mengalami hambatan serius.

Komposisi Media

Komposisi dan cara pembuatan media budidaya disusun dari bawah ke atas meliputi lumpur sawah, jerami, pupuk kandang fermentasi, pelepah pisang, dedak halus, lumpur sawah. Susun media tersebut hingga ketebalan 40 cm. Setelah tersusun media digenangi air hingga ketinggian 60 cm dari dasar kolam, selama kurang lebih 1 bulan. Tujuannya agar proses pelapukan berjalan sempurna sehingga tidak menimbulkan gas beracun setelah benih belut dimasukkan. Sesekali dilakukan penggantian air agar media memperoleh oksigen terlarut cukup sehingga bakteri dekomposer dapat melakukan aktivitas perombakan secara optimal. Disamping itu penggantian air juga bertujuan untuk menghilangkan buih-buih hasil pelapukan. Untuk mengontrol apakah proses pelapukan sudah sempurna atau belum dapat dilakukan dengan memasukkan jentik-jentik nyamuk dalam media. Apabila jentik-jetik nyamuk tersebut mati, berarti proses pelapukan belum sempurna.
Setelah bak beserta media budidaya selesai dipersiapkan serta dinyatakan proses pelapukan sudah sempurna, maka penebaran benih belut dapat dilakukan.

A. Teknik Pemijahan

a. Pemilihan Induk

Induk belut yang akan dipijahkan di dalam kolam sebaiknya telah memenuhi syarat ukuran badan. Induk betina memiliki panjang di bawah 30 cm, sedangkan induk jantan sekitar 40 cm. Pada ukuran tersebut biasanya induk belut sudah siap kawin. Komposisi induk di dalam kolam adalah 1 induk jantan dan 2 induk betina untuk tiap 1 m² kolam.

b. Pemantauan Pemijahan

Untuk mengetahui kapan induk belut bertelur, kolam pemijahan harus diperiksa. Jika di permukaan kolam sudah terdapat gelembung-gelembung busa, berarti pemijahan akan segera dimulai. Agar memudahkan penangkapan benih belut nantinya, bagian berbusa diberi tanda dengan cara menancapkan bambu atau kayu kecil. Busa ini akan menghilang setelah 10 hari, artinya ikan telah selesai kawin. Telur-telur hasil pemijahan tersebut akan menetas dalam waktu 10 hari kemudian.
Selanjutnya, benih belut berumur 5 hari sebaiknya segera diambil untuk dipisahkan dari induknya. Pengangkatan benih belut dilakukan secara hati-hati menggunakan serokan berbahan halus agar meminimalir resiko terjadinya luka di tubuh. Setelah benih belut diangkat, induk pun diangkat untuk diistirahatkan dalam kolam penampungan induk. Di kolam penampungan, induk belut diberi makan cincangan daging bekicot, keong emas, gedebog pisang, ikan, anak kodok, belatung, atau cacing tanah agar tetap terpelihara serta sehat. Jumlah pakan ikan yang diberikan per hari sebanyak 5% dari berat tubuh.
Kolam pemijahan disiapkan lagi untuk pemijahan berikutnya. Caranya dengan menaburkan pupuk kandang berupa kotoran sapi atau ayam, ketebalan tebaran pupuk kandar sekitar 10 cm. Pemupukan ini bisa ditambahkan dedak halus atau serpihan jerami. Induk belut betina pada periode pemijahan sebelumnya dapat dipakai sebagai induk jantan, sementara induk jantan tidak perlu dipakai lagi sebab sudah tidak potensial. Induk belut ini sebaiknya dijual atau dikonsumsi saja.

B. Pemilihan Benih Belut

Kualitas benih belut memegang peran penting dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya. Untuk itu, sebaiknya hanya benih belut berkualitas yang dipilih untuk didederkan. Benih berkualitas memiliki syarat-syarat sebagai berikut.
  1. Anggota tubuhnya masih utuh, mulus atau tidak ada bekas luka gigitan.
  2. Gerakan tubuhnya lincah dan agresif.
  3. Penampilannya sehat, dicirikan tubuh ikan keras, tidak lemas jika dipegang.
  4. Tubuhnya berukuran kecil, berwarna kuning kecoklat-coklatan.
  5. Usianya 2-4 bulan.

Budidaya Tahap I

Pada budidaya tahap I, benih belut yang ditebar berukuran 5 – 8 cm, padat penebaran ikan 150 ekor/m2. Setelah dua bulan dipelihara benih belut sudah berukuran 15 cm. Belut siap dikonsumsi sebagai belut kering (goreng tepung) atau dipelihara pada budidaya tahap II. Belut ukuran ini sangat sulit ditangkap karena sudah bisa membenamkan diri dalam lumpur. Cara penangkapan salah sayunya dengan cara memasang perangkap (bubu) yang dipasang berderet sebelum pengeringan.

Budidaya Tahap II

Pada budidaya tahap II, benih belut yang ditebar adalah hasil dari budidaya tahap I, yaitu belut ukuran 15 cm, padat penebaran ikan 25 ekor/m2. Untuk membantu pertumbuhan, perlu diberikan pakan tambahan berupa cacing tanah, bekicot, atau sisa-sisa dapur. Setelah dua bulan, belut sudah berukuran 25–20 cm. Belut ukuran ini siap untuk dikonsumsi, selain itu juga paling banyak dicari konsumen.

Pakan Ikan Tambahan

Budidaya untuk jangka waktu kurang dari 4 bulan tidak memerlukan pakan ikan tambahan karena sudah cukup memperoleh makanan dari media yang dibuat. Tetapi untuk menjunjang pertumbuhan belut, pemberian pakan tambahan seperti di atas bisa dilakukan. Pemberian pakan belut jangan berlebihan. Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai jenis, kuantitas, serta kualitas pakan belut sawah.

PANEN

Panen belut sawah dilakukan dengan cara mengambil serta memindahkan lumpur yang dijadikan sebagai media budidaya. Pengambilan lumpur biasanya membutuhkan alat bantu berupa papan. Pindahkan lumpur atau media budidaya ke bak lain sedikit demi sedikit. Dengan pengambilan atau pemindahan lumpur tersebut, maka belut akan merasa terancam terganggu, secara naluriah ia akan menyingkir ke tempat lain yang lebih aman. Setelah lumpur habis maka belut sawah tinggal diambil untuk dipindahkan ke wadah penampungan.

Demikian informasi singkat ini kami sajikan mengenai budidaya belut, semoga bermanfaat. Salam Tanijogonegoro!

ARTIKEL POPULER