KHASIAT DAN MANFAAT MADU

Sebelum membahas khasiat dan manfaat madu, ada baiknya untuk sedikit mengulas tentang madu. Madu merupakan cairan kental berasa manis terbentuk dari nektar bunga tumbuhan oleh aktivitas lebah madu. Bahan pangan ini yang sering digunakan sebagai pemanis memiliki khasiat dan manfaat besar bagi kesehatan tubuh manusia.

Proses Terbentuknya Madu

Lebah memproduksi madu dengan cara mengambil nektar pada bunga-bunga tanaman, kemudian nektar tersebut diletakkan dalam kantung madu yang terdapat pada abdomen. Setelah lebah berada disarangnya, nektar yang telah dikumpulkan kemudian dikeluarkan untuk dikerjakan bersama lebah lain. Lebah yang mengumpulkan nektar dari bunga-bunga tanaman disebut dengan lebah pekerja. Proses produksi dilakukan dengan cara mengunyah nektar hingga halus, kemudian ditempatkan pada sel di dalam sarang hingga sel penuh. Proses selanjutnya adalah penutupan sel tersebut hingga terjadi proses fermentasi. Seekor lebah dalam satu hari mampu mengumpulkan nektar dari tumbuhan sebanyak 50 mg. Bisa dibayangkan, barapa banyak lebah yang dibutuhkan untuk memproduksi satu kilogram nektar bunga sebagai bahan dasar pembentukan madu.



Secara garis besar, proses pembentukannya adalah sebagai berikut:
  1. Lebah pekerja mengumpulkan nektar dari bunga-bunga yang mekar di tumbuhan. Hal ini bisa diperkirakan bahwa hasil kerja lebah pekerja akan meningkat saat musim berbunga tiba.
  2. Saat lebah pekerja menghisap nektar menggunakan belalainya, akan terjadi reaksi reaksi antara nektar dengan cairan saliva yang mengandung enzim-enzim hidrolase kemudian mengubahnya menjadi gula invert. Pada tahap ini, terjadi pemecahan bentuk gula.
  3. Lebah pekerja akan mengurangi kandungan air dalam gula yang telah terbentuk kemudian menghaluskan gula tersebut di dalam sarang
  4. Gula invert yang sudah dihaluskan, kemudian akan mengalami pematangan melalui proses fermentasi di dalam sarang lebah, sehingga menghasilkan madu.
Kandungan mineral dalam madu sangat lengkap serta bermanfaat bagi kehidupan manusia, terutama dalam bidang kesehatan dan pengobatan tradisional. Sebelum ditemukan gula, madu digunakan sebagai pemanis makanan atau minuman. Dengan demikian, merupakan pemanis tertua yang pernah ada.

Madu memiliki khasiat dan manfaat yang sangat baik bagi kesehatan manusia. Madu merupakan salah satu bahan makanan yang memiliki nilai gizi cukup tinggi. Oleh karena itu, hasil produksi lebah madu juga memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.

Sejarah Pemanfaatan Madu

Manusia telah mengetahui khasiat dan manfaat madu sejak jaman purba. Bahkan pada waktu itu telah dimanfaatkan sebagai satu-satunya bahan pemanis dan sumber gula yang sangat baik untuk meningkatkan energi tubuh. Tak hanya itu, manfaat madu dalam pengobatan juga sudah dilakukan sejak jaman purba. Oleh masyarakat Mesir Kuno, yaitu pada jaman pemerintahan Raja Firaun, madu merupakan salah satu bahan makanan yang banyak dimanfaatkan sebagai obat demam dan sesak napas. Bahkan pada saat itu, manfaat madu telah banyak diketahui terutama untuk melawan serangan kuman atau penyakit yang menyerang tubuh. Tak heran, jika bangsa Mesir Kuno juga memanfaatkannya sebagai salah satu bahan pengawet mayat atau yang dikenal dengan mumi. Selain itu, manfaat madu sebagai obat kejang juga telah diketahui sejak lama. Bangsa Mesir Kuno memanfaatkannya dengan mencampur lilin lebah dan madu, kemudian dioleskan pada bagian tubuh yang mengalami kejang.

Manfaat madu dalam bidang pengobatan bahkan telah tercatat pada peninggalan Mesir Kuno, yaitu sekitar tahun 1553-1550 sebelum masehi. Pada waktu itu, madu banyak dimanfaatkan sebagai obat untuk menyembuhkan sakit perut, peluruh kencing, serta pengobatan luka luar. Dari 900 resep pengobatan Mesir Kuno, terdapat 500 diantaranya yang berbahan dasar madu. Bahkan Ratu Cleopatra mengandalkan manfaat madu untuk menjaga kecantikannya dengan menggunakannya untuk mandi. Selain bangsa Mesir Kuno, khasiat dan manfaat madu dalam pengobatan juga telah diresepkan oleh bangsa Roma, Yunani, Asiria, dan China.

Cairan kental manis yang berasal dari nektar tumbuhan ini sampai sekarang masih banyak dimanfaatkan orang, baik untuk menjaga kesehatan maupun kebugaran tubuh serta untuk menjaga kecerdasan otak. Berikut ini akan kami jelaskan secara singkat beberapa khasiat dan manfaat madu bagi kesehatan manusia.

Khasiat Dan Manfaat Madu

  1. Manfaat Madu Sebagai Obat Berbagai Penyakit - Untuk mengobati keluhan yang diakibatkan oleh penyakit tekanan darah, jantung, dan ginjal, dapat dibuat dengan menyampur madu dengan sari buah semangka. Komposisi campuran tersebut terdiri dari satu sendok makan madu dan satu gelas sari buah semangka segar.
  2. Manfaat Madu Untuk Menambah Nafsu Makan - Untuk merangsang nafsu makan, menambah daya ingat, serta menambah berat badan, dapat dilakukan dengan mencampur satu sendok makan madu dengan satu gelas sari buah mangga dan susu.
  3. Manfaat Madu Untuk Meningkatkan G@ir@h - Untuk merangsang syaraf dan hormon yang dapat meningkatkan g@ir@h s3ksu@l tubuh serta menghilangkan akibat buruk dari gairah yang berlebihan, dapat digunakan campuran madu dengan air kelapa. Komposisi campuran tersebut adalah satu sendok makan madu dan satu gelas air kelapa.
  4. Manfaat Madu Untuk Meningkatkan Fungsi Tubuh - Untuk menyembuhkan rabun malam, lemah pendengaran, lemah ingatan, dan kehilangan daya penciuman, dapat digunakan campuran madu dengan sari daun kelor segar. Komposisi campuran tersebut adalah satu sendok teh madu dan satu sendok teh sari daun kelor. Ramuan tersebut diminum setiap malam sebelum tidur.
  5. Manfaat Madu Untuk Menjaga Tubuh Agar Awet Muda - Satu sendok teh sari bawang merah dicampur empat sendok teh madu dan dua buah telur rebus setengah matang yang diminum satu kali sehari selama 3 bulan, dapat digunakan untuk mencegah munculnya uban terlalu dini dan memperkuat sistem urat saraf.
  6. Manfaat Madu Untuk Merawat Kecantikan - Madu juga bisa bisa digunakan untuk masker wajah. Bagi yang ingin menjaga kecantikan wajahnya bisa dengan mengoleskan madu murni pada wajah lalu biarkan selama 15 menit. Setelah kering, basuhlah wajah Anda dengan air hangat. Cara lain dengan mencampurkan satu sendok teh madu dengan satu sendok makan susu bubuk, lalu oleskan pada wajah. Perawatan ini berguna untuk membersihkan sisa make-up pada wajah. Bilas dengan air hangat sesudahnya.
  7. Manfaat Madu Untuk Kecantikan Kulit - Khasiat lain dari madu adalah untuk menjaga kecantikan kulit dengan mengoleskannya pada kulit tubuh. Perawatan rutin selama dua kali seminggu akan membuat kulit bertambah terang serta bersinar. Selain dioleskan, juga dapat digunakan untuk mandi, yaitu dengan menambahkan setengah cangkir madu murni ke dalam bathub saat berendam
  8. Manfaat Madu Untuk Otak - Mengkonsumsi madu secara rutin setiap pagi dan malam hari akan meningkatkan asupan gizi dan mineral. Selain itu, juga mengandung antiseptik yang sangat baik untuk kesehatan tubuh, serta enzim-enzim yang bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat dan kecerdasan otak. Oleh karena itu, mengkonsumsi setiap hari akan menambah penampilan Anda menjadi semakin prima.
  9. Manfaat Madu Untuk Meningkatkan Keping Darah Dan Sel Darah Merah - Manfaat madu lainnya adalah untuk membantu pembentukan keping darah dan sel darah merah. Rasa manis yang terkandung pada madu merupakan pengaruh dari unsur monosakarida fruktosa dan glukosa dengan tingkat rasa manis yang hampir menyamai gula.

Kandungan Gizi

Peranan madu juga dapat membantu pembentukan butir-butir darah merah dan mengobati penyakit maag. Adapun kandungan gizi dalam 100 gram adalah sebagai berikut :

Karbohidrat: 9,5 g
Kalori: 294 kalori
Fosfor: 16 mg
Air 20: g
Kalsium: 5 mg
Zat besi: 0,9 mg
Vitamin C: 4 mg
Protein: 0,3 mg
(Sumber : Balai Penelitian, Bogor)

Madu yang dihasilkan oleh lebah madu memiliki warna dan rasa yang berbeda. Hal itu dipengaruhi oleh jenis bunga dan tanaman yang menjadi makanan lebah tersebut. Madu yang berasal dari bunga kopi memiliki rasa agak pahit dan berwarna cokelat gelap.

Kualitas Madu

Kualitas hasil produksi lebah madu ini sangat ditentukan oleh cara penanganan maupun pengolahannya. Dengan teknik pengolahan yang dilakukan secara benar, akan diperoleh madu berkualitas baik. Adapun kualitas yang baik adalah sebagai berikut.
  1. Madu yang berkualitas harus terjamin kemurniannya, dengan kata lain madu tersebut tidak tercampur atau sengaja dicampur dengan bahan lain.
  2. Kadar air pada madu yang berkualitas tidak lebih dari 20%, sehingga penampilan fisiknya agak kental. Semakin tinggi tingkat kekentalan, maka kualitasnya semakin baik.
  3. Madu yang berkualitas juga haru memiliki kadar gula di bawah 10 %.
  4. Pada saat pengolahan, tidak melakukan pemanasan berlebihan yakni suhu madu tidak boleh menyebabkan peningkatan kadar HMT sebesar 40 mg/kg madu.

MEDIA TANAM BUNGA ANGGREK

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki kekayaan dan keragaman jenis bunga anggrek. Dalam dunia tanaman hias, anggrek merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki keindahan cukup mengesankan. Bunga yang tersusun dengan corak yang sangat beragam dalam setiap tangkai bunga yang keluar menjadikan penampilan tanaman yang satu ini semakin tampak artistik. Selain keindahannya, anggrek memiliki kelebihan lain, yaitu daya tahan bunga yang cukup lama, sehingga sangat cocok dijadikan sebagai bunga potong.

Keberhasilan penanaman bunga ini tidak lepas dari pemilihan media tanam yang cocok. Jika media tanam yang digunakan tidak sesuai dengan karakter pertumbuhannya, bisa dipastikan bahwa tanaman anggrek yang kita budidayakan tidak akan memberikan penampilan yang menawan. Oleh karena itu, pada artikel ini akan kami bahas mengenai media tanam bunga anggrek dengan harapan bisa memberikan tambahan referensi bagi para penggemar anggrek dalam melakukan kegiatan budidaya anggrek.

Media Tanam Dari Pecahan Batu Bata Atau Genteng

Kedua media tanam ini sangat cocok untuk digunakan sebagai media tanaman anggrek dengan beberapa kelebihannya, antara lain, kedua media tanam tersebut merupakan tempat yang baik untuk melekatnya akar tanaman anggrek, memiliki sifat poros, sehingga sangat berperan dalam mengatur kelembapan sekitar akar, dan media yang baik untuk menyimpan air serta larutan unsur hara. Selain itu, kedua media ini cukup tahan lama dan tidak mudah lapuk. Media dari pecahan batu bata dan genteng ini juga berfungsi sebagai drainase dan aerasi yang cukup baik.

Kedua media tersebut, pecahan batu bata dan pecahan genteng, biasanya digunakan sebagai media dasar, dengan penempatan di dasar pot dan mengisi 1/3 bagian pot. Media berupa pecahan genteng memiliki keunggulan lebih tidak mudah ditumbuhi lumut jika dibandingkan dengan pecahan batu bata. Jika media tanam anggrek sudah mulai ditumbuhi lumut, sebaiknya media tersebut segera diganti dengan media tanam yang baru. Namun, media berupa pecahan batu bata juga memiliki keunggulan lain yaitu dalam hal daya serap air. Pecahan batu bata memiliki daya serap air yang lebih tinggi dibanding dengan pecahan genteng.

Media Tanam Dari Pakis




Media tanam ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain tidak mudah lapuk, sehingga lebih tahan lama, memiliki daya ikat air yang baik, serta memiliki aerasi dan drainasi yang baik. Sebelum pakis digunakan sebagai media tanaman anggrek sebaiknya media tersebut direndam dalam larutan pupuk NPK yang bertujuan untuk meningkatkan kadar unsur hara dalam media. Sebelum digunakan, terlebih dahulu pakis dipotong atau dicincang dengan potongan yang agak besar. Jika potongan terlalu kecil, dikhawatirkan kelembaban media terlalu tinggi sehingga dapat menimbulkan serangan penyakit busuk akar. Untuk menghindari munculnya serangan penyakit tersebut, pada saat melakukan perendaman dengan larutan pupuk, sebaiknya air yang digunakan adalah air dari rebusan serai atau bawang putih. Serai dan bawang putih mengandung antibiotik alami yang bagus untuk mencegah munculnya penyakit busuk akar. Agar tidak dijadikan sarang semut, pada saat penyimpanan, media pakis sebaiknya digantung dan diangin-anginkan.

Media Tanam Dari Serutan Atau Potongan Kayu

Serutan atau potongan kayu biasanya digunakan sebagai media tanam untuk anggrek tipe terestrial atau jenis anggrek tanah. Keunggulan media tanam ini adalah memiliki aerasi dan drainase yang sangat baik. Kelebihan lainnya adalah tidak mudah lapuk, karena kayu banyak mengandung senyawa yang sulit terdekomposisi, seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Dengan demikian, penggunaan media tanam ini memiliki daya tahan yang sangat baik. Namun, baik serutan kayu maupun potongan kayu memiliki kemampuan mengikat air yang sangat rendah, sehingga dalam penggunaannya media tanam tersebut lebih cepat kering. Oleh karena itu, media tanam ini sebaiknya digunakan sebagai media campuran sabut kelapa atau pakis. Perlakuan pada media tanam dari serutan kayu atau potongan kayu ini tidak jauh berbeda dengan media tanam dari pakis.

Media Tanam Dari Sabut Kelapa

Kelebihan media tanam ini adalah memiliki daya simpan air yang cukup baik. Selain itu, sabut kelapa juga mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Harga media tanam dari sabut kelapa ini juga dapat diperoleh dengan harga yang relatif murah serta cara mendapatkannya yang lebih mudah karena sabut kelapa biasanya banyak tersedia di tempat-tempat penggilingan kelapa. Sabut kelapa yang akan digunakan sebagai media tanam sebaiknya dipilih sabut yang sudah tua, kemudian dipotong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Namun, media tanam ini memiliki kelemahan, yaitu mudah lapuk, sehingga lebih tidak tahan lama dibanding dengan media tanam lain sehingga mudah menimbulkan resiko serangan penyakit akar. Perlakuan media tanam dari sabut kelapa sama seperti perlakuan pada media tanam dari pakis. Media yang belum digunakan harus disimpan di tempat yang kering dan sejuk.

Media Tanam Dari Arang Kayu

Kelebihan media tanam anggrek dari arang kayu adalah tidak mudah lapuk sehingga lebih tahan lama, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri yang berpotensi menimbulkan penyakit perakaran, memiliki daya ikat air yang cukup baik. Namun, media tanam ini memiliki kadungan unsur hara yang rendah, sehingga untuk menopang pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek maka harus dilakukan pemupukan dengan lebih intensif. Kelebihan lain dari arang kayu adalah mampu berperan sebagai buffer, sehingga petani atau pembudidaya tanaman anggrek tidak perlu khawatir jika terjadi kelebihan dosis pemupukan karena sifat arang kayu ini mampu mentolelir kelebihan dosis tersebut. Perlakuan media dari arang kayu ini sama dengan perlakuan pada media tanam dari pakis. Penyimpanan arang kayu dilakukan ditempat yang sejuk dan kering.

Media Tanam Dari Moss Kadaka

Moss kadaka merupakan jenis tanaman yang berbentuk menyerupai rumput dan termasuk tanaman dari marga paku-pakuan. Tanaman ini dapat ditemukan di hutan-hutan dan biasanya tumbuh melekat pada batang pohon yang besar. Moss kadaka biasanya digunakan sebagai media tanam anggrek tipe epifit maupun terestrial. Jaringan tanaman kadaka yang digunakan sebagai media tanam bunga anggrek jika sudah lapuk bisa dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi, karena mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman anggrek. Kelebihan lain dari media tanam ini adalah kemampuannya dalam mengatu kelembaban, sehingga tidak mudah menimbulkan serangan penyakit busuk akar pada tanaman anggrek yang disebabkan baik oleh bakteri maupun fungi. Daya tahan media tanam ini kurang lebih selama satu tahun. Namun, untuk mendapatkan media tanam dari moss kadaka harus membelinya dengan harga yang relatif mahal. Perlakuan media tanam dari moss kadaka sebelum digunakan sebagai media tanam sama seperti perlakukan pada media tanam dari pakis. Media ini dapat disimpan dalam karung dan ditempatkan dalam ruangan yang kering.

CARA BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK

Cara Budidaya Anggrek - Tanaman anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki penampilan sangat menarik. Keindahan tanaman anggrek dapat dilihat dari untaian, bentuk, warna maupun corak bunga yang sangat bervariasi. Bunga anggrek merupakan jenis bunga potong, berdaya tahan cukup bagus sehingga bisa lebih tahan lama untuk dinikmati keindahannya.

PERBANYAKAN BIBIT TANAMAN ANGGREK

Perbanyakan bibit anggrek bisa dilakukan melalui dua cara, yaitu perbanyakan secara generatif atau cara vegetatif. Perbanyakan generatif adalah perbanyakan dilakukan melalui proses perkawinan atau penyerbukan, yaitu menggunakan biji. Sementara itu, perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman menggunakan bagian vegetatif tanaman itu sendiri, bisa dilakukan menggunakan teknik stek, keiki, pemisahan rumpun, maupun kultur jaringan.

A. Perbanyakan Tanaman Anggrek Secara Generatif

Biji anggrek bisa didapatkan dengan cara melakukan perkawinan atau penyerbukan buatan terlebih dahulu. Penyerbukan secara alami sangat sulit berhasil, selain harus melakukan pernyerbukan, biji anggrek membutuhkan waktu relatif lama hingga tumbuh menjadi bibit tanaman. Sehingga perbanyakan menggunakan cara ini jarang dilakukan oleh pembudidaya tanaman anggrek.

Biji anggrek sangat bergantung pada keberadaan cendawan mikoriza. Biji tanaman anggrek mendapatkan nutrisi dari sekresi cendawan mikoriza. Penyemaian biji anggrek biasanya dilakukan menggunakan media yang terdiri dari kalsium nitrat 1 gram, monobasicpotasium fosfat 0,25 gram, magnesium sulfat 0,25 gram, amonium sulfat 0,50 gram, sukrosa 20 gram, ferro sulfat 0,025 gram, mangaan sulfat 0,0075 gram, agar-agar 10-20 gram serta air kelapa 100-150 cc. Biji tersebut ditebar di atas media seperti telah diuraikan di atas. Kemudian dijaga selalu dalam keadaan steril (pH 5,0-5,2). Biasanya biji anggrek akan berkecambah saat berumur tiga minggu setelah semai. Saat berumur 9-12 bulan setelah semai, bibit anggrek dapat dipindahtanamkan ke media yang lebih besar atau ke dalam pot komunitas.

Media penyemaian biji anggrek tersebut memang sangat sulit didapat. Oleh karena itu, bagi pembudidaya tanaman anggrek dapat melakukan penyemaian biji anggrek melalui jasa penyedia media, biasanya melalui jasa laboratorium tanaman anggrek. Setelah bibit tersebut bisa tumbuh di media agar-agar dalam botol maka bibit tersebut bisa diambil.

B. Perbanyakan Tanaman Anggrek Secara Vegetatif




Perbanyakan bibit anggrek menggunakan cara vegetatif ini biasanya dapat menghasilkan keturunan yang memiliki karakter sama dengan induknya. Penyimpangan genetik biasanya terjadi karena faktor luar lain, seperti pemupukan, serangan hama penyakit, maupun kondisi lingkungan. Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan cara mengambil bagian tanaman tertentu kemudian menanamnya secara terpisah pada lahan yang telah dipersiapkan.

a. Perbanyakan Tanaman Anggrek Menggunakan Teknik Pemisahan Rumpun

Perbanyakan tanaman menggunakan teknik pemisahan tumpun dapat dilakukan dengan cara memecah tunas anggrek simpodial atau berbatang semu, seperti Dendrobium sp. maupun Cattleya sp. Anggrek siap dipecah sebaiknya dipilih yang bercabang 3-5. Setelah dipecah, tanaman tersebut bisa langsung ditanam pada media tanam.

b. Perbanyakan Tanaman Anggrek Menggunakan Keiki

Keiki adalah anakan anggrek yang tumbuh liar di ujung umbi. Keiki ini berupa tunas yang muncul di ruas-ruas tanaman dewasa. Keiki atau tunas liar tersebut akan terbentuk jika media tanam tidak pernah diganti, sehingga akar tanaman banyak yang rusak. Terhambatnya pertumbuhan akar tanaman tersebut mengakibatkan pertumbuhan tunas yang seharusnya muncul pada pangkal batang pindah ke ruas tanaman. Jika tanaman rajin diganti media tumbuhnya, maka kemungkinan muncul keiki sangat kecil. Oleh karena itu, bila pembudidaya ingin melakukan perbanyakan anggrek dengan memanfaatkan keiki, maka media tanam anggrek tersebut tidak diganti.

Keiki yang akan ditanam sebaiknya dicari yang berukuran panjang kurang lebih 20 cm serta sudah menghasilkan akar sebanyak 3-4 helai. Pemotongan dilakukan secara hati-hati, umbi induk harus ikut terangkat. Menyertakan umbi induk saat pemotongan bertujuan memberikan cadangan makanan pada keiki sebelum keiki mampu menyerap makanan sendiri, atau sampai terbentuknya akar. Keiki sebaiknya tidak langsung ditanam tetapi ditempelkan dulu di lempengan pakis sampai terjadi penambahan umbi. Jika umbi sudah terbentuk 2-3 buah, keiki siap dipindahkan ke pot. Anggrek perbanyakan menggunakan cara keiki masa berbunganya lebih lama dibandingkan menggunakan cara pemisahan rumpun. Perbanyakan anggrek dengan keiki ini hanya bisa dilakukan pada anggrek Dendrobium sp.

c. Perbanyakan Tanaman Anggrek Dengan Cara Teknik Stek

Perbanyakan anggrek menggunakan teknik stek merupakan cara perbanyakan vegetatif menggunakan batang atau tunas. Perbanyakan anggrek cara ini biasanya dilakukan pada tanaman anggrek berbatang satu atau anggrek jenis monopodial, serta pada tanaman dengan cara hidup terestrial, seperti anggrek Arachnis sp. , Vanda terestrial, maupun Aeridachnis sp..

Cara melakukan perbanyakan tanaman anggrek menggunakan teknik stek ini bisa dilakukan dengan mengambil bagian tanaman yang tingginya sudah mencapai dua meter atau lebih. Batang tanaman tersebut dipotong kira-kira 80 cm dari pucuk tanaman. Bekas potongan batang tersebut dioles perangsang akar misalnya rooton F, kemudian ditanam pada media tanam. Pada umur enam bulan, bagian pangkal batang yang ditanam tersebut sudah tumbuh akar, biasanya sudah muncul tunas-tunas baru. Dengan demikian proses perbanyakan anggrek tersebut bisa dikatakan berhasil.

d. Perbanyakan Tanaman Anggrek Menggunakan Teknik Kultur Jaringan

Perbanyakan menggunakan cara ini akan menghasilkan bibit dalam jumlah lebih banyak dibandingkan menggunakan perbanyakan cara lainnya. Hanya dengan sebagian kecil dan jaringan tanaman sudah bisa diperoleh ribuan bibit. Perbanyakan ini umumnya dilakukan pembudidaya tanaman anggrek yang berorientasi usaha atau bisnis dalam skala besar, untuk memenuhi permintaan konsumen.

Secara singkat, proses kerja perbanyakan anggrek menggunakan cara kultur jaringan adalah sebagai berikut:

Cari tunas anggrek yang berukuran 5 cm dari umbi induk. Tunas tersebut kemudian dikerat serta disterilisasi dengan cara merendam dalam larutan Clorox 10% selama 10 menit. Tunas steril tersebut kemudian dibuka menggunakan pisau dalam keadaan steril di entkast. Langkah selanjutnya adalah mengambil titik tumbuh (meristem), meristem terletak di bagian pucuk tunas. Titik tumbuh atau meristem tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi larutan hara steril. Kemudian erlenmeyer dikocok menggunakan alat pengocok berkecepatan sekitar 60-100 rpm selama 24 jam. Dalam waktu sekitar 2 bulan, eksplan telah membentuk kalus, kalus ini semakin lama semakin membesar.

Pertumbuhan yang membesar itu menyebabkan jaringan terpecah-pecah. Tiap pecahan bisa dipindahkan lagi ke botol erlenmeyer lain serta mendapatkan perlakuan yang sama (dikocok). Demikian seterusnya, setiap jaringan pecah, segera dipindahkan ke erlenmeyer lain. Pada akhirnya jaringan tersebut ditumbuhi plb (protocorm like bodies) yang jika dipindahkan ke media padat atau media agar-agar akan menjadi plantet (anak semai). Anak semai selanjutnya ditanam berjajar di media padat dalam botol. Jika anak semai di media padat telah menyundul langit-langit botol serta tumbuh akar banyak, pertanda bibit siap dipindahkan ke dalam pot komunitas.

PEMILIHAN MEDIA TANAM ANGGREK

Media tanam memiliki fungsi utama sebagai tempat tumbuh tanaman anggrek. Selain itu, media tanam juga berfungsi menyimpan air maupun unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Untuk mendukung fungsi-fungsi tersebut, maka media tanam harus memenuhi standar pertumbuhan tanaman anggrek. Beberapa kondisi media tanam yang memenuhi standar tersebut antara lain, media harus poros, mudah menyimpan air, tidak mudah diinangi penyakit, memiliki daya aerasi cukup baik, mampu memberikan tambahan nutrisi tanaman, murah, serta mudah didapat.

Tanaman anggrek akan memiliki pertumbuhan optimal jika media tanam tersebut memiliki derajat keasaman (pH) antara 6-6,8. Oleh karena itu, pengecekan pH media harus dilakukan karena media tanam ini sangat mempengaruhi laju pertumbuhan maupun produksi bunga anggrek yang dibudidayakan. Untuk mengetahui pH media tanam bisa dilakukan pengukuran menggunakan pH tester.

Informasi lebih lengkap tentang pH tanah bisa dilihat pada artikel pH Tanah

Penggantian media tanam baru juga harus dilakukan jika pertumbuhan tanaman anggrek sudah terlalu padat atau jumlah tunas maupun batangnya sudah terlalu padat dalam satu pot; kondisi media tanam sudah hancur, yang bisa menyebabkan media menjadi asam; dan setelah selesai berbunga, agar dapat merangsang tumbuhnya tunas anakan baru. Media tanam yang biasa digunakan oleh pembudidaya atau penggemar anggrek di Indonesia adalah pecahan batu bata atau genteng, serutan atau potongan kayu, sabut kelapa, arang kayu, serta moss kadaka.

Informasi lebih lengkap tentang media tanam anggrek bisa dilihat pada artikel Media Tanam Bunga Anggrek

PEMUPUKAN TANAMAN ANGGREK

Pemupukan merupakan kegiatan memberikan nutrisi atau unsur hara yang diberikan kepada tanaman. Pemupukan bisa dilakukan melalui akar maupun daun. Pemupukan melalui akar dilakukan dengan cara memberikan pupuk pada media tanaman. Sedangakan pemupukan melalui daun dilakukan dengan cara memberikan pupuk melalui mulut daun. Pemberian pupuk melalui daun biasanya dilakukan dengan penyemprotan pupuk pada permukaan daun, terutama permukaan daun bagian bawah, karena mulut daun banyak terdapat di permukaan daun bagian bawah. Pemupukan lewat daun ini lebih afektif, karena mulut daun ini mampu menyerap pupuk yang diberikan sebanyak 90%.

Kebutuhan unsur hara pada setiap fese pertumbuhan tanaman anggrek berbeda-beda. Untuk anggrek yang masih pada fase pembibitan membutuhkan unsur hara nitrogen lebih tinggi, yaitu 60% N, 30% P, dan 10% K. Pupuk diberikan cukup sekali melalui daun selama fase pembibitan. Pada fase tanaman muda, kebutuhan nutrisi atau unsur haranya adalah 30% N, 30% P, dan 30% K. Pemberian pupuk melalui daun cukup diberikan seminggu sekali, sedangkan pemupukan melalui akar dapat diberikan tiga minggu sekali. Kebutuhan pupuk untuk anggrek dewasa yang sudah memasuki fase generatif atau pembungaan adalah 10% N, 60% P, dan 30% K. Pemupukan lewat daun diberikan seminggu sekali, sedangkan pemupukan lewat akar bisa diberikan tiga minggu sekali pada media tanam.

Informasi lebih lengkap tentang pupuk bisa dilihat pada artikel Pupuk dan Pemupukan

PENYIRAMAN TANAMAN ANGGREK

Air merupakan kebutuhan pokok mahluk hidup. Seperti halnya tanaman lain, anggrek juga akan memiliki pertumbuhan yang optimal jika kebutuhan air tercukupi. Namun pemberian air pada tanaman tidak boleh berlebihan, karena akan mengakibatkan media tanam terlalu lembab dan mudah terserang penyakit. Jika media tanam terlalu kering, maka akan mengalami dehidrasi yang ditandai dengan mengerutnya umbi semu. Demikian juga sebaliknya, jika pemberian air terlalu berlebihan, maka akarnya akan mudah terserang penyakit, terutama busuk akar maupun busuk pangkal batang. Jika anggrek mengalami busuk akar, maka penyerapan unsur hara akan terhambat, serta tanaman dapat mengalami kelayuan.

Beberapa proses dalam jaringan tanaman berjalan dengan bantuan air. Misalnya, fotosintesis berupa asimilasi CO₂ di dalam butir hijau daun dengan bantuan cahaya. Asimilasi protein pun hanya mungkin terjadi jika ketersediaan air mencukupi. Pengangkutan unsur hara dari akar ke seluruh bagian tanaman juga menggunakan bantuan air. Demikian juga dengan pengangkutan basil fotosintesis ke akar atau bagian tanaman lain.

Pengairan cukup akan mempengaruhi proses respirasi pada tanaman. Tanaman anggrek akan menyerap air untuk menopang pertumbuhannya. Air yang telah diserap oleh tanaman akan menguap jika suhu lingkungan terlalu tinggi kemudian dengan cadangan air yang cukup, akan menurunkan suhu tanaman. Tanaman yang mengalami kekurangan air maka tekanan turgor akan menyusut atau berkurang sehingga organ tumbuh akan layu dan akhirnya mati. Namun, jika tanaman yang mengalami kekurangan air tersebut belum melewati titik layu permanen, dengan pemberian air yang tepat, maka turgor sel akan kembali seperti semula sehingga tanaman dapat hidup dengan normal.

Penyiraman secara berlebihan pada tanaman anggrek akan mengakibatkan pertumbuhan terganggu. Air yang berlebihan akan membungkus permukaan akar tanaman, sehingga akar akan kesulitan bernafas. Penyerapan air yang berlebihan oleh tanaman juga akan mengakibatkan anggrek mudah terserang hama dan penyakit. Butir-butir air akan terkumpul di pucuk tanaman sehingga tunas anggrek akan mudah terinfeksi oleh cendawan atau bekteri. Tunas yang terserang penyakit akan berwarna cokelat kehitaman dan akhirnnya mati.

Frekuensi dan volume pemberian air pada tanaman anggrek berbeda-beda, tergantung pada jenis dan keadaan lingkungan. Tanaman anggrek monopodial, seperti anggrek Vanda sp., Arachnis sp., maupun Renanthera sp. merupakan jenis tanaman yang membutuhkan intensitas cahaya matahari langsung. Oleh karena itu, jenis anggrek ini membutuhkan air lebih banyak dibanding jenis anggrek lain. Penyiraman pada saat musim kemaru paling tidak dilakukan dua kali sehari.

Faktor Yang Menentukan Frekuensi Dan Volume Penyiraman Pada Tanaman Anggrek

a. Jenis Tanaman Anggrek

Jenis tanaman anggrek sangat mempengaruhi frekuensi dan volume pemberian air. Tanaman anggrek yang tumbuh dengan intensitas sinar matahari langsung, seperti anggrek terestrial atau jenis anggrek tanah, seperti Vanda, Renanthera, Arachnis, dan Renanthera, maupun tanaman anggrek jenis litofit, seperti Dendrobium, dan Phalaenopsis, membutuhkan air yang lebih banyak dibanding dengan jenis anggrek yang lain. Apalagi jika kondisi cuaca sangat panas, pemberian air harus dilakukan lebih banyak. Penyiraman pada siang hari harus dilakukan dengan hati-hati karena justru akan mengakibatkan daun tanaman terbakar. Penyiraman sebaiknya menggunakan alat semprot yang dapat membasahi seluruh permukaan tanaman.

Berbeda dengan jenis tanaman anggrek di atas, untuk jenis anggrek epifit (Cattleya dan Oncidium), semi-epifit (Brassavola, Epidendrum, Laelia), dan saprofit (Goodyera), kebutuhan akan air lebih sedikit. Pemberian air cukup dilakukan satu kali sehari. Tanaman anggrek jenis ini sangat rentan terhadap kelebihan air. Jika terjadi kejenuhan air, maka tanaman akan mudah terserang penyakit busuk akar.

Waktu penyiraman yang baik pada tanaman anggrek yaitu pada pagi hari sekitar pukul 07.00-09.00 dan dan sore hari sekitar pukul 16.00-18.00. Penyiraman pada siang hari akan beresiko, karena justru membuat daun tanaman terbakar. Jika tanaman mengalami kekeringan pada siang hari, sebaiknya tidak buru-buru dilakukan penyiraman, karena anggrek tidak akan mengalami kematian hanya karena kekurangan air selama beberapa jam. Penyiraman sebaiknya dilakukan setelah cuaca tidak begitu panas.

b. Media Tanam Bunga Anggrek

Media tanam bunga anggrek sangat mempengaruhi frekuensi dan volume pemberian air. Kualitas media tanam sangat berpengaruh pada kemampuan dalam hal menyerap dan mengikat air. Dengan demikian, frekuensi dan volume pemberian air antara media tanaman yang satu dengan media tanam yang lain berbeda-beda. Media tanam yang mempunyai daya serap air besar kebutuhan penyiramannya berbeda dengan media tanam yang berdaya serap kecil. Pada media tanam bunga anggrek yang memiliki daya serap air bagus, seperti sabut kelapa, pakis, atau kadaka, membutuhkan penyiraman yang lebih sedikit yaitu cukup satu kali sehari. Sementara itu, pada media tanam yang memiliki daya serap air rendah, seperti arang, becahan batu bata atau genteng, dan potongan atau serutan kayu, membutuhkan volume dan frekuensi penyiraman yang lebih tinggi.

c. Kondisi Cuaca

Pada cuaca panas, dengan terik sinar matahari tinggi, penyiraman dilakukan lebih sering dengan volume air yang lebih banyak, terutama pada media yang memiliki daya simpan air rendah. Untuk tipe anggrek panas, penyiraman sebaiknya dilakukan setelah permukaan media tanaman tampak kering. Untuk tipe tanaman anggrek dingin penyiraman dilakukan saat kelembaban udara dirasa cukup rendah dan temperatur tinggi.

Cara Pemberian Air Pada Tanaman Anggrek

Pemberian air pada tanaman anggrek dapat dilakukan dengan berbagai cara. Jika penanaman anggrek dilakukan di dalam pot dan dalam jumlah sedikit, maka pemberian air dapat dilakukan dengan menggunakan gembor. Tetapi jika penanaman anggrek dilakukan di lahan atau kebun, maka pemberian air dilakukan dengan menggunakan alat semprot, pompa air, prinkler, atau sistem irigasi tetes.

BUDIDAYA TANAMAN BUAH

Budidaya Tanaman Buah - Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki aneka tanaman buah yang sangat beragam. Akan tetapi keragaman tanaman buah di Indonesia tidak didukung dengan produksi buah yang baik. Hal ini terutama untuk tanaman buah yang berumur panjang atau tahunan, seperti durian, mangga, rambutan, kedondong, dan sebagainya.

Rendahnya produksi buah di Indonesia mengakibatkan kekurangan pasokan buah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka Indonesia harus mengimpor beberapa jenis buah dari luar negeri, seperti anggur, apel, durian, jeruk, dll.

Jika dilihat dari posisi strategis Indonesia yang berada di daerah tropis, sebetulnya kekurangan kebutuhan buah dalam negeri tersebut bisa diatasi dengan meningkatkan produksi buah nasional. Tentu saja para petani harus mengetahui tatalaksana pemeliharaan yang benar sehingga bisa meningkatkan produksi tanaman buah.

Fungsi Tanaman Buah

Fungsi utama tanaman buah adalah untuk menghasilkan buah, sebagai tanaman pelindung, untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis, serta untuk mencegah erosi. Selain itu, tanaman buah yang ditanam di pekarangan rumah juga memiliki fungsi lain, yaitu sebagai tanaman hias, tanaman pelindung atau peneduh, dan tanaman penahan angin.

Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Buah

Fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman buah seperti tanaman pada umumnya. Fase tersebut dibedakan menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Sekalipun kedua fase tersebut berbeda, akan tetapi kedua fase tersebut berjalan bersama tetapi lebih dominan pada salah satu fase.

Fase generatif merupakan fase pertumbuhan dimana tanaman menimbun karbohidrat untuk pembentukan bunga, buah, biji, serta pemasakan buah. Sedangkan fase vegetatif adalah fase dimana tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat untuk membentuk akar, batang, daun, pucuk tanaman, dan pembesaran tanaman.

Syarat Agar Tanaman Buah Lebih Produktif




Agar tanaman mampu berbuah dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka dibutuhkan beberapa syarat yang mendukung kondisi tanaman untuk berbuah. Berikut ini syarat-syarat tanaman untuk berbuah :
  1. Lingkungan tempat tumbuh tanaman harus memenuhi syarat-syarat pertumbuhan tanaman bersangkutan, baik suhu, kelembaban, cuaca, ketinggian tempat, curah hujan, maupun intensitas sinar matahari yang masuk. Suatu tanaman tidak akan tumbuh dengan baik apabila kondidi lingkungan yang cocok untuk tanaman tersebut tidak terpenuhi. Sebagai contoh, tanaman yang cocok ditanam di dataran tinggi tidak akan tumbuh dengan baik jika ditanam di dataran rendah. Begitu pula tanaman yang cenderung berbuah pada musim kemarau maka tidak akan menghasilkan buah pada musim hujan. Kondisi lingkungan tersebut dikenal dengan istilah kondisi makroklimat
  2. Selain kondisi makroklimat, pertumbuhan dan perkembangan tanaman juga dipengaruhi oleh kondisi mikroklimat, yaitu lingkungan tanah tempat tumbuh tanaman tersebut. Kondisi mikroklimat juga harus memenuhi syarat masing-masing jenis tanaman, sehingga tanaman tersebut bisa tumbuh optimal dan berbuah sesuai dengan target kita. Kondisi mikroklimat diantaranya adalah pH tanah, kelembaban tanah, struktur tanah, keadaan air tanah, kandungan unsur hara dalam tanah, kandungan bahan organik dalam tanah, dan banyaknya mikroorganisme dalam tanah.
  3. Faktor lain yang mempengaruhi tanaman untuk berbuah adalah sifat tanaman. Sifat tanaman sangat terkait dengan genetika tanaman. Sifat tanaman tersebut harus betul-betul merupakan tanaman unggul. Sekalipun semua kondisi atau persyaratan sudah terpenuhi, tetapi jika tanaman buah yang kita tanaman ternyata memiliki sifat mandul, maka jangan berharap banyak tanaman kita mampu berbuah sesuai dengan harapan. Bahkan bisa jadi tidak berbuah sama sekali.
  4. Syarat lain yang mempengaruhi kecepatan tanaman berbuah adalah kesehatan tanaman. Pastikan bahwa tanaman buah tersebut tidak terserang hama atau penyakit. Selain itu juga harus dihindari penyakit fisiolongis akibat ketidakseimbangan unsur hara yang diberikan
Jika persyaratan atau kondisi di atas bisa dipenuhi, maka langkah selanjutnya adalah mempercepat tanaman untuk memasuki fase generatif atau fase pembuahan. Manipulasi tersebut bisa dilakukan dengan cara pemangkasan, pelukaan batang, pemupukan, pengaturan pemberian air, atau dengan pemberian Hormon Tumbuhan.

Faktor Yang Menyebabkan Kegagalan Tanaman Berbuah

Jika semua faktor tersebut di atas sudah bisa dipenuhi dan tanaman kita belum juga berbuah, kemungkinan ada beberapa faktor yang menyebabkan tanaman tersebut gagal membentuk buah. Faktor-faktor yang menyebabkan tanaman gagal membentuk buah antara lain:
  1. Tanaman tersebut merupakan jenis pohon yang membutuhkan tanaman jantan untuk berbuah. Jika tanaman buah kita termasuk jenis tanaman seperti ini, maka harus ada tanaman jantan yang berada disekitar tanaman buah tersebut. Salah satu contoh tanaman yang membutuhkan tanaman jantan untuk membentuk buah adalah kelengkeng.
  2. Bisa juga tanaman mengalami mutasi gen yang mengakibatkan tanaman tersebut mandul.
  3. Munculnya bunga jantan dan bunga betina tidak bersamaan dan sebelum penyerbukan terjadi, salah satu bunga tersebut sudah gugur terlebih dahulu.
  4. Pemupukan nitrogen (N) yang berlebihan sehingga tanaman cenderung melakukan pertumbuhan vegetatif. Tanaman tersebut terlau subur sehingga karbohidrat yang dihasilkan dari proses fotosintesis hanya digunakan untuk pertumbuhan, akibatnya tanaman bisa tidak membentuk buah sama sekali.
  5. Tanaman belum mencapai batas umur untuk berbuah. Batas umur tanaman untuk berbuah tergantung pada jenis dan varietas tanaman tersebut. Selain itu, bibit tanaman juga akan mempengaruhi batas umur untuk berbuah. Menggunakan bibit yang dihasilkan dari perbanyakan generatif (menggunakan biji) pasti akan memiliki batas umur yang lebih panjang dibanding dengan menggunakan bibit tanaman yang dihasilkan dari berbanyakan vegetatif (misalnya, stek, cangkok, dll.). Bibit tanaman yang dihasilkan dari perbanyakan generatif harus memulai pertumbuhan dari awal. Biji yang tumbuh menjadi tanaman baru harus membentuk akar, batang, tajuk, daun, sehingga awal produksi bunga atau buah lebih lembat.
  6. Jika tanaman tersebut berbunga lebat, tetapi bunga tersebut akhirnya gugur atau rontok sebelum membentuk buah, penyebabnya adalah sebagai berikut:
    1. Tanaman kekurangan nitrogen (N) dan pemberian kalsium (Ca) yang berlebihan.
    2. Ketersediaan air yang kurang mencukupi, biasanya terjadi pada musim kemarau.
    3. Jika bibit yang digunakan merupakan bibit dari perbanyakan dengan cara okulasi, atau menyambung (grafting) kemungkinan kualitas batang bawah yang digunakan kurang bagus.
    4. Serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan tanaman tidak mampu membentuk buah. Bunga yang terserang biasanya membusuk sebelum menjadi buah atau saat buah masih kecil.
    5. Hujan yang terlalu deras, angin yang terlalu kencang, dan kemarau yang terlalu panjang.
    6. Penyemprotan menggunakan bahan kimia yang berlebihan pada saat tanaman sedang membentuk bunga. Pada saat tanaman sedang membentuk bunga, sebaiknya penyemprotan menggunakan bahan kimi harus dilakukan dengan dosis yang terukur, bahkan kalau tidak memaksa, sebaiknya penyemprotan harus dihindari saat tanaman sedang berbunga. Bunga tersebut bisa rontok karena terkena paparan bahan kimia yang berlebihan.

Penanggulangan Terhadap Kegagalan Tanaman Berbuah

Setelah mengetahui faktor-faktor pendukung atau syarat-syarat tanaman untuk berbuah dan faktor-faktor yang menyebabkan tanaman gagal membentuk buah, sebaiknya kita melakukan hal sebagai berikut sebagai langkah untuk membuat tanaman buah kita lebih produktif:
  1. Pastikan bahwa tanaman buah yang kita tanaman sesuai dengan kondisi lingkungan, iklim, curah hujan, dan persyaratan-persyaratan lain yang dibutuhkan. Cabut dan ganti dengan tanaman lain jika tanaman tersebut tidak sesuai dengan syarat tumbuhnya.
  2. Untuk tanaman-tanaman yang tidak membutuhkan air dalam jumlah banyak, sebaiknya dibuat saluran drainase atau pembuangan air agar tidak terjadi kelebihan air di lahan. Pengaturan terhadap kelebihan air terutama dilakukan saat musim hujan. Sebaliknya, untuk tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah banyak, terutama pada musim kemarau, harus dilakukan penyiraman atau penggenangan yang cukup.
  3. Lakukan pemangkasan secara rutin agar tanaman buah tidak terlalu rimbun. Pemangkasan juga bertujuan untuk merangsang tanaman memasuki fase generatif. Pemangkasan dilakukan dengan memotong ranting yang tumbuh kearah batang utama, ranting yang bersilangan, dan ranting yang tumbuh ke atas atau vertikal.
  4. Untuk mengurangi kerimbunan daun, juga bisa dilakukan dengan membuang kulit batang sekitar 1 cm di sekeliling batang. Selain itu, bisa juga dengan memangkas sebagian akar. Ujung-ujung akar dipotong menggunakan singkup atau cangkul seperlunya. Pemotongan akar jangan terlalu banyak, agar tanaman tidak mati.
  5. Jika batang bawah yang digunakan untuk okulasi atau grafting kurang bagus maka harus segera diganti. Batang bawah yang kurang bagus akan menghasilkan tanaman yang tidak berkualitas, sehingga perlu dilakukan penggantian tanaman atau melakukan okulasi, atau grafting ulang. Kombinasi adalah perpaduan antara bibit generatif (asal biji) sebagai batang bawah dengan bibit vegetatif (asal pucuk, mata tunas cabang atau ranting) dari tanaman yang memiliki kualitas buah yang bagus.
  6. Dengan demikian, untuk memperoleh hasil yang lebih baik, maka bibit tanaman kombinasi tetap harus dibongkar atau diganti bagian atas bibit kombinasi tersebut dengan tanaman yang pengarus kombinasinya lebih sesuai.
  7. Sebagai contoh, jika kita melakukan penanaman pohon durian dengan bibit kombinasi dan ternyata hasil produksinya kurang baik, maka batang atas tanaman sambungan tersebut sebaiknya dipotong. Setelah batang atas mengeluarkan tunas baru, maka segera disambung dengan tunas tanaman durian dari varietas lain. Hal ini akan menjadikan tanaman tersebut sebagai tanaman sambungan rangkap dua. Dengan perlakuan ini, pengaruh kombinasi akan lebih baik bahkan bisa menghasilkan tanaman dengan kualitas atau mutu buah yang tinggi. Sosok tanaman lebih pendek, dan cepat berbuah.
  8. Tanaman yang terserang hama dan penyakit biasanya gagal membentuk buah. Kalaupun terbentuk buah, maka buah yang dihasilkan akan kecil-kecil atau bahkan busuk. Pengendalian hama dan penyakit tanaman bisa dilakukan dengan aplikasi pestisida, baik pestisida organik maupun kimia. Cara aplikasi pestisida bisa dilakukan dengan penyemprotan atau bisa juga melalui penyuntikan pada pangkal batang menggunakan pestisida sistemik.

Perbanyakan (Pembibitan) Tanaman Buah

PERBANYAKAN tanaman buah-buahan terdiri dari dua cara, yakni perbanyakan generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman menggunakan biji (bagian tanaman yang dibuahi) disebut pembibitan secara generatif atau 5eksual. Disebut demikian, karena biji berasal dari pertumbuhan embrio basil penyerbukan (perkawinan, pembuahan) antara putik dengan serbuk sari. Perbanyakan tanaman yang tidak menggunakan biji disebut perbanyakan vegetatif atau a5eksual. Bagian tanaman buah yang dapat digunakan untuk perbanyakan ini adalah akar dan batang atau tunas. Perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan teknologi kultur jaringan termasuk perbanyakan tanaman secara vegetatif, karena bibit itu ditumbuhkan dari bagian sel tanaman yang tidak dibuahi.

Bibit Tanaman Buah Generatif

Bibit tanaman buah yang dihasilkan secara generatif bisa berasal dari biji yang sengaja dibenihkan atau yang tumbuh secara alamiah di alam. Perbanyakan pohon buah-buahan secara genaratif sudah sejak dahulu kala dilakukan orang, dan sampai sekarang masih digunakan.

Kelemahan perbanyakan tanaman buah dengan cara generatif: memerlukan waktu yang lama untuk berbuah; kualitas buah baru bisa diketahui setelah tanaman berbuah; sifat-sifat baik yang dimiliki pohon induknya sulit diperoleh, kemungkinan bisa muncul sifat-sifat jelek pada bibit yang dihasilkan bahakan tanaman bisa tidak menghasilkan buah selama hidupnya, karena hanya berbunga jantan.

Kelebihan perbanyakan tanaman buah dengan cara generatif: pembibitan dapat dilakukan dengan mudah dan murah; kemungkinan menghasilkan varietas baru yang lebih baik; tanaman tumbuh sehat, kekar, kuat dan berumur panjang; kalau kebetulan biji bersifat poliembrional, sifat-sifat tanaman baru bisa persis sama dengan pohon induknya.

Bibit tanaman buah Vegetatif

Keistimewaan bibit tanaman buah yang diperoleh secara vegetatif adalah sifat-sifat unggul dari pohon induk dapat diwarisi oleh keturunan berikutnya. Tanaman cepat berbunga dan berbuah karena masa pertumbuhan vegetatifnya lebih pendek jika dibanding dengan tanaman yang dihaslikan dari perbanyakan generatif. Tanaman ini dapat tumbuh baik di lahan yang permukaan air tanahnya dangkal.

Kelemahan bibit yang dihasilkan secara vegetatif diantaranya yaitu jumlah bibit yang dapat diperoleh dari satu pohon induk sedikit. Perakarannya yang dangkal mengakibatkan tanaman dari hasil perbanyakan vegetatif ini mudah tumbang atau roboh dan tidak tahan kekeringan pada musim kemarau. Selain itu, sifat-sifat jelek dari pohon induk tetap diwariskan pada keturunannya.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan bibit tanaman secara vegetatif yaitu stek, cangkok, merunduk, dan pemisahan anakan.

Bibit Kombinasi Vegetatif-Generatif

Bibit kombinasi ini merupakan gabuangan antara bibt vegetatif dan bibit generatif. Bibit vegetatif memanfaatkan tanaman bagian atas, diambil dari tanaman berkualitas super yang memiliki banyak keunggulan (sifat-sifat unggul), sedangkan bibit generatif memanfaatkan tanaman bagian bawah, diambil dari tanaman dengan perakaran kuat dan tahan terhadap serangan hama penyakit akar, serta memiliki perakaran yang dalam. Kombinasi keduanya diharapkan mempu menghasilkan bibit unggul yang tahan serangan hama penyakit. Cara penggabungan bibit kombinasi vegetatif-generatif ini diantaranya dengan okulasi, sambungan, dan susuan.

USAHA TERNAK SAPI – BUDIDAYA SAPI

Tingginya permintaan konsumen terhadap daging sapi membuka peluang yang cukup besar bagi usaha ternak sapi di Indonesia. Secara kultural, usaha ternak sapi, terutama yang dilakukan secara tradisional, bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Selain karena sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di perdesaan dan bermatapencaharian sebagai petani, Indonesia juga menjadi negara yang sangat berpotensi untuk mengembangkan usaha ternak sapi tersebut. Mengingat di negara kita memiliki iklim dan cuaca yang cocok untuk peternakan sapi.

Pengembangbiakan Sapi

Pada umumnya kegiatan ternak sapi di Indonesia masih dilakukan dengan sistem ganda, yaitu dengan mencampurkan kegiatan ternak sapi atau budidaya sapi yang berorientasi memproduksi anakan dan kegiatan ternak sapi atau budidaya sapi yang berorientasi pada penggemukan atau pembesaran. Hal ini disebabkan di Indonesia belum ada usaha ternak sapi atau budidaya sapi yang secara khusus ditujuakan untuk memproduksi anak sapi calon penggemukan. Sistem ternak sapi atau budidaya sapi tersebut berbeda dengan sistem yang sudah berkembang di negara-negara maju, seperti Amerika, negera-negera Eropa, dan Australia yang sudah memisahkan sistem ternak sapi atau budidaya sapi penggemukan dengan sistem ternak sapi atau budidaya sapi untuk produksi anak sapi calon penggemukan. Sehingga di negara-negara maju tersebut dikenal istilah Cattle feeder dan Feeder cattle.

a. Cattle feeder
Yaitu kegiatan ternak sapi atau budidaya sapi yang secara khusus hanya melakukan kegiatan penggemukan. Peternak atau pembudidaya sapi tidak melakukan produksi anak sapi atau sapi yang akan digemukkan. Mereka mendatangkan calon atau bakal sapi penggemukan yang dibeli dari dari feeder cattle.

b. Feeder cattle



Yaitu kegiatan ternak sapi atau budidaya sapi yang berorientasi pada usaha produksi anak sapi calon penggemukan. Peternak atau pembudidaya sapi tidak melakukan kegiatan pembesaran atau penggemukan. Anak-anak sapi yang dihasilkan langsung dijual kepada peternak atau pembudidaya sapi penggemukan (cattle feeder).

Di Indonesia, kegiatan ternak sapi atau budidaya sapi secara umum masih mencampurkan kedua jenis sistem peternakan tersebut. Peternaka atau pembudidaya sapi pada umumnya masih memproduksi anak sapi sendiri kemudian dibesarkan sendiri dan dijual setelah sapi dewasa. Walaupun di banyak antara peternak atau pembudidaya sapi tersebut yang membeli sapi-sapi calon penggemukan (bakalan), namun sapi-sapi tersebut bukanlah berasal dari peternak atau pembudidaya sapi yang secara khusus mempersiapkan calon-calon sapi penggemukan. Namun, beberapa daerah di Indonesia, terutama di daerah Madura, sekalipun jumlahnya masih sangat sedikit, sudah ada peternak atau pembudidaya sapi yang mengadopsi sistem feeder cattle, dan sapi-sapi yang telah berumur satu tahun dijual di daerah Jawa Timur.

Karena sistem ternak sapi atau budidaya sapi di Indenesia masih mencampurkan antara penggemukan dan produksi anak, maka setiap peternak juga dituntut untuk mengetahi teknologi budidaya kedua sistem tersebut. Peternak atau pembudidaya harus menguasahi prosedur pengembangbiakan sapi yang benar sekaligus harus menguasai prosedur pembesaran yang benar pula. Pengembangbiakan sapi adalah suatu kegiatan dalam usaha ternak sapi yang bertujuan untuk memperoleh keturunan dari sapi yang dibudidayakan sehingga jumlahnya akan bertambah lebih banyak. Prosdur pembiakan yang benar ini tidak sekedar memperoleh keturunan, tetapi juga meliputi kegiatan pemuliaan sapi ternak tersebut. Oleh karena itu, peternak atau pembudidaya harus benar-benar teliti dalam memilih induk sapi yang akan dibudidayakan, baik induk sapi jantan maupun induk sapi betina, yang telah memenuhi persyaratan. Demikian juga peternak atau pembudidaya sapi harus benar-benar mengetahui semua fase dalam proses pengembangbiakan sapi yang meliputi :
  1. Saat dewasa kelamin dan dewasa tubuh.
  2. Saat perkawinan pertama.
  3. Tanda-tanda birahi.
  4. Perkawinan yang tepat pada saat birahi.
  5. Kebuntingan dan perkawinan kembali.

Pemeliharaan Dan Perawatan

Pemeliharaan dan perawatan dalam usaha ternak sapi atau budidaya sapi harus dilakukan semenjak pedhet atau anak sapi yang berumur 0-9 bulan hingga sapi dewasa siap potong atau siap jual. Pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan semenjak awal ini bertujuan untuk menjaga kondisi kesehatan sapi dan meningkatkan mutu daging sapi yang dibudidayakan. Dalam pemeliharaan pedhet atau anak sapi, peternak atau pembudidaya sapi dapat menerapkan sistem pemeliharaan alami maupun sistem pemeliharaan buatan.

Pemeliharaan pedhet secara alamiah pada usaha ternak sapi

Pada sistem pemeliharaan alamiah ini, peternak atau pembudidaya sapi membiarkan pedhet atau anak sapi dipelihara bersama induknya dan menyusu pada induknya hingga masa sapih. Masa sapih pedhet tersebut biasanya dilakukan pada pedhet yang telah berumur 6-9 bulan. Pada fase pemeliharaan sebelum sapi, induk sapi betina biasana akan selalu bersama-sama dengan pedhet atau anak sapi yang diasuhnya, baik pada waktu di kandang maupun di tempat penggemabalaan. Keuntungan dari pemeliharaan dengan cara ini, pedhet biasanya akan tumbuh lebih cepat dan kuat dibanding dengan pemeliharaan buatan. Seekor induk sapi betina biasanya dapat mengasuh 1-2 ekor pedhet. Kemampuan tersebut sangat bergantung pada produktivitas susu yang dihasilkan oleh induk sapi betina.

Pemeliharaan buatan pada usaha ternak sapi

Dalam usaha ternak sapi atau budidaya sapi, kegiatan pemeliharaan buatan terhadap pedhet atau anak sapi pada dasarnya adalah kegiatan untuk menggantikan peran induk sapi betina saat menyusui anak sapi. Pemberian susu pengganti ini dilakukan dengan menggunakan alat khsus, yang biasa disebut dengan istilah niple-feeders.

Pemberian susu pengganti tersebut dapat dilakukan dengan penjadwalan yang akan diuraikan di bawah ini:
  • Pedhet atau anak sapi menerima kolustrum langsung dari induk sapi betina selama kurang lebih 3-4 hari.
  • Pada tahap selanjutnya, yaitu pada hari keempat atau kelima, pedhet atau anak sapi tersebut diberi susu yang biasa disebut whole-milk hingga berumur 1-2 bulan. Kemudian whole-milk diganti dengan susu skim hingga tiga minggu sebelum dilakukan penyapihan.
  • Pedhet atau anak sapi yang sudah berumur tiga minggu sudah mulai dilatih untuk diberi makanan penguat dan pakan hijauan.
  • Untuk daerah tropis, seperti Indonesia, penyapihan yang dilakukan terlalu dini akan menimbulkan akibat tidak baik terhadap pedhet, singga bisa merugikan peternak atau pembudidaya sapi.
Keberhasilan sistem pemeliharaan buatan terhadap pedhet atau anak sapi ini ditunjang oleh kebersihan alat yang digunakan serta ketelitian dalam pemberian pemberian susu tersebut, terutama berkaitan dengan volume susu yang diberikan serta suhu yang tepat atau tidak terlalu panas. Pedhet atau anak sapi yang dipelihara dengan teknik pemeliharaan buatan ini harus dilatih terlebih dahulu agar terbiasa minum lewat niple-feeders maupun ember. Dalam pemeliharaan buatan ini, pedhet atau anak sapi sebaiknya harus selalu tinggal di dalam kandang hingga mencapai umur enam bulan.

Menimbang Pedhet Atau Anak Sapi

Pada kegiatan usaha ternak sapi atau budidaya sapi yang dikelola dengan baik, maka pedhet atau anak sapi yang dipelihara harus ditimbang secara rutin, sehingga dapat diketahui laju pertumbuhannya. Penimbangan pedhet atau anak sapi tersebut dilakukan dalam interval waktu tertentu, misalnya satu atau dua minggu sekali, pada saat belum disapih. Setelah pedhet disapih, yaitu setelah berumur 6-9 bulan, penimbangan cukup dilakukan sebulan sekali. Frekuensi atau interval penimbangan tersebut bisa dikurangi saat pedhet atau anak sapi telah mencapai umur lebih dari satu tahun, misalnya dengan interval tiga bulan sekali.

Memandikan Sapi

Dalam usaha ternak sapi atau budidaya sapi, kegiatan yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga kebersihan sapi. Menjaga kebersihan sapi secara tidak langsung merupakan upaya untuk menjaga kesehatan sapi. Oleh karena itu, sapi-sapi yang dipelihara harus dijaga kebersihannya dengan cara memandikan setiap hari. Jika kondisi tidak memungkinkan, misalnya pada musim hujan sehingga tidak ada peluang sapi untuk berjemur, paling tidak satu minggu sekali sapi tersebut harus dimandikan. Sapi yang tidak pernah dimandikan kulitnya akan tertutup daki atau kotoran lain. Kulit sapi terdiri atas 3 lapisan, yakni lapisan teratas yang berupa lapisan mati. Keringat yang keluar dari kulit tersebut akan menguap kemudian menyisakan bagian organik dan anorganik yang bercampur dengan sel-sel yang berasal dari lapisan kulit mati tersebut yang kemudian bercampur dengan debu atau kotoran lain sehingga menyebabkan adanya daki.

Daki yang menempel pada kulit sapi tersebut dapat mengganggu dan mempengaruhi kesehatan sapi itu sendiri. Beberapa pengaruh daki terhadap kesehatan sapi antara lain:
  • Daki berpotensi menutup lubang keringan pada kulit sapi, sehingga keringat yang harusnya keluar akan tersumbat. Keringat yang tidak bisa keluar tersebut akan mengganggu pengaturan suhu di dalam tubuh sapi, dan pengaturan suhu yang tidak berjalan sempurna akan mengganggu kesehatan sapi.
  • Daki merupakan kotoran, sehingga berpotensi menjadi tempat yang disenangi oleh mikroorganisme parasit, baik bakteri maupun mikroorganisme lain, yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada sapi tersebut, misalnya gatal-gatal.
Oleh karena itu, sapi yang dipelihara harus dimandikan secara teratur, sehingga kebersihan sapi akan tetap terjaga dan secara tidak langsung akan menghindarkan sapi peliharaan dari berbagai penyakit. Memandikan sapi dapat dilakukan dengan jalan menggosok-nggosok kulit menggunakan sikat atau alat lain. Sapi yang sudah dimandikan harus dihindarkan dari tempat yang banyak angin.

CARA MEMBUAT BAHAN BAKAR BENSIN (BIOETANOL) DARI BERAS

Naiknya harga BBM seperti yang sedang terjadi saat ini tentunya semakin membuat rakyat kecil semakin berat dalam menghadapi dinamika hidup sehari-hari. Untunglah sudah banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli terhadap bahan bakar lain sebagai bahan bakar alternatif. Hingga saat ini yang sedang menjadi perhatian serius adalah mengenai pemanfaatan sumber nabati sebagai bahan bakar. karena bahan bakar nabati mempunyai banyak kelebihan, selain ramah lingkungan, juga merupakan sumber bahan bakar yang bisa diperbarui karena sumber bahan bakar tersebut bisa ditanam dan dikembangkan.

BAHAN BAKAR BENSIN ATAU BIOETANOL

Penelitian yang banyak dilakukan saat ini difokuskan pada pemanfaatan bioetanol sebagai sumber bahan bakar. Dimana dalam pembuatan bioetanol ini memanfaatkan bahan baku yang mudah didapat dan diproduksi, seperti beras, jagung, ubi, serta jarak.

MEMBUAT BAHAN BAKAR BENSIN ATAU BIOETANOL DARI BERAS

Di beberapa negara di belahan dunia seperti Brazil, Perancis, Jerman, Swedia, Amerika Serikat, India, dan beberapa negara lainnya sudah sejak permulaan abad ke-20 memanfaatkan etanol sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Seperti perusahaan mobil kelas dunia yang melahirkan mobil ford, yakni henry ford telah melihat fungsi etanol sebagai bahan bakar masa depan. Tetapi karena harga BBM jenis petroleum lebih murah, para produsen kendaraan kemudian merancang kendaraannya dengan bahan bakar tersebut, sehingga kehadiran petroleum jauh lebih dominan.

Namun kini, Setelah masyarakat dunia menyadari dan merasakan betapa dahsyatnya dampak negatif yang ditimbulkan BBM terhadap kelestarian alam, kesehatan manusia, serta kelangsungan hidup manusia di bumi ini, barulah mereka berupaya mencari alternatif pengganti BBM yang ramah lingkungan, tidak memiliki dampak negatif, atau setidaknya dampak negatif yang ditimbulkan tidak begitu besar.

Berdasarkan hal-hal tersebutlah, akhirnya etanol kembali menjadi bahan pertimbangan masyarakat dunia, bahkan diagung-agungkan terutama oleh para pengguna mesin otomotif. Tidak cukup disitu, pemakaiannya pun sudah meluas seperti di Brazil, Cile, bahkan Amerika Serikat sekalipun. Di negeri Samba, sekitar pertengahn tahun 1980 seluruh kendaraan bermotor sudah menggunakan etanol sebagai sumber bahan bakarnya, minimal mengandung etanol 20%. Lebih dari 90% mobil baru yang digunakan di Brazil, mesinnya dirancang untuk menggunakan bahan bakar etanol murni.

Etanol yang juga akrab dinamakan dengan nama alkohol sebetulnya sudah tidak asing lagi di telinga kita, bangsa Indonesia. Di negeri ini, sebetulnya alkohol sudah banyak diproduksi untuk kebutuhan sehari-hari, baik dalam bentuk makanan maupun minuman. Bahkan msyarakat dunia sudah memproduksi ribuan tahun yang lalu meskipun mereka tidak sadar telah mempoduksi etanol yang sebetulnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Padahal cara pembuatannya sangatlah sederhana, seperti misalnya pada makanan, hanya dengan menambahkan ragi saja sebenarnya kita sudah bisa memproduksi etanol karena pada dasarnya prinsip pembuatannya pun sama, apalagi jika bahan yang dipakai dapat menghasilkan etanol dalam kadar yang tinggi.

Di sini, Anda mestinya sudah tidak asing lagi dengan makanan bernama tape ketan, apalagi tape ketan produk Magelang yang memiliki rasa sangat istimewa. Nah, pembuatan tape ketan ini pada prinsipnya sama dengan pembuatan etanol untuk bahan bakar karena pada dasarnya di dalam tape beras ketan tersebut mengandung cukup banyak etanol. Sehingga proses pembuatan etanol itu sendiri sebenarnya bukanlah hal yang aneh bagi masyarakat kita. Selain bahan baku beras ketan, di Jepang, bahan baku beras telah diolah menjadi minuman berkadar etanol yang cukup tinggi, dinamakan sake.

Tidak hanya di Magelang dan di Jepang saja, ternyata masyarakat di belahan Eropa juga telah memproduksi etanol dengan memanfaatkan berbagai bahan baku seperti buah anggur dan gandum. Melalui serangkaian proses fermentasi, buah anggur diolah dan berubah menjadi khamer atau minuman keras atau arak yang tentunya kebiasaan (adat) dan hukum yang berlaku di sana memperbolehkannya. Tidak hanya itu, gandum juga diolah menjadi bir. Bagi masyarakat Amerika, Eropa, atau Jepang, mereka telah memproduksi etanol yang diperuntukkan bagi minuman keras seperti bir, sake, vodka, dan lain-lain. Berbeda dengan di Indonesia, pembuatan etanol telah diproduksi untuk makanan berupa tape baik tape ketan maupun tape singkong.

Dengan semakin berkembangnya jaman, menuntut perkembangan teknologi menjadi semakin pesat pula, akhirnya telah ditemukan bahwa hasil konversi etanol tidak hanya berasal dari tanaman pangan saja, melainkan juga bisa bersumber dari bagian lain dari tanaman. Bahkan, dari etanol pun kembali dikonversi menjadi produk lain.

Betapa pentingnya produk etanol ini sehingga sejak abad ke-20 hingga saat ini abad ke-21, bahan bakar kendaraan bermotor yang memanfaatkan etanol telah mencapai 2/3 produksi dunia. Artinya etanol telah diposisikan sebagai bahan bakar terbesar di belahan dunia. Di Brazil saja pemakaian etanol untuk bahan bakar kendaraan bermotornya sudah menyentuh angka 40-45% dan di Amerika Serikat sendiri tidak kurang dari 1,2% pasaran bensin bersumber dari etanol. Artinya, pasaran bahan bakar kendaraan bermotor di Amerika Serikat berjumlah sekitar 570 juta ton. Yakni, dengan pasaran etanol pada posisi 2.000 juta ton (atau 80 kali produksi dunia sekarang).

Besarnya penggunaan etanol menjadi bahan bakar tidak lepas dari tumbuhnya kesadaran manusia terhadap dampak lingkungan. Bayangkan saja, BBM telah distempel sebagai sumber utama polusi dunia, sementara etanol (bioetanol) terbukti merupakan bahan bakar terbarui yang ramah lingkungan. Tidak hanya itu, biaya pembuatannya pun relatif lebih sederhana dan lebih murah, serta tidak harus berburu sampai ke lepas pantai untuk mendapatkan sumber minyaknya.

Di samping itu, kehadiran etanol mampu mengurangi beban impor BBM. Khusus untuk Indonesia, selain bisa mengatasi krisis bahan bakar rumah tangga seperti minyak tanah dan gas, juga bisa mendongkrak peningkatan jumlah tenaga kerja yang sangat luar biasa, dan sangat cocok dikembangkan di kawasan perkebunan tanaman pangan.

PROSES-PROSES SELAMA BERLANGSUNGNYA PEMBUATAN ETANOL




  1. Proses Gelatinasi
    Proses gelatinasi merupakan proses penting dalam pembuatan etanol, pada proses ini terjadi perubahan bahan baku menjadi bubur, kemudian dilakukan proses pemanasan pada suhu 100°C yang diakhiri dengan proses pendinginan.
    Tujuan dari proses gelatinasi ini mengubah karbohidrat menjadi gula sederhana.
  2. Proses Fermentasi
    Proses fermentasi merupakan proses perombakan yang dilakukan oleh jasad renik sebagai dekomposer (pengurai). Dekomposer pada proses pebuatan etanol dari beras ini dilakukan oleh ragi dari jenis Sacaromyses C. Dalam hal ini, proses fermentasi yang berlangsung adalah proses perubahan gula oleh ragi Sacaromyses C. Sacaromyces C ini melepaskan ikatan kimia rantai karbon dari gula dan fruktosa satu per satu, kemudian secara kimiawi kembali dirangkai menjadi molekul etanol, gas karbondioksida, serta menghasilkan panas.
    Ketika proses ini berlangsung, ragi mengeluarkan enzim yang sangat kompleks, bahkan mampu merombak monosakarida menjadi etanol dan karbon dioksida. Ragi terus bekerja sepanjang waktu tanpa diperintah.
    Selama proses fermentasi, ragi yang jumlahnya miliaran ini melakukan pekerjaan secara teratur dan rapi, setelah melalui proses pelepasan karbon dan mengikatan kembali menjadi etanol, proses ini mengeluarkan panas (kenaikan suhu), dimana suhu yang ditimbulkan selama proses fermentasi justru bisa mematikan ragi. Selain itu, ragi juga bisa mati ketika alkohol yang dihasilkan sudah cukup banyak. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses fermentasi, yakni:
    • Kandungan monosakarida
    • Derajat keasaman, ideal antara 4,8 s/d 5
    • Temperatur mash tidak lebih dari 30°C (ragi menjadi tidak aktif pada temperatur di atas 30°C atau 32°C dan pada kadar alkohol 12%
    • Fermentasi berlangsung selama 1-2 hari
  3. Proses Destilasi
    Proses destilasi merupakan proses penyulingan untuk memisahkan antara alkohol dengan air dan bahan padat lainnya.

Hal-Hal Yang Perlu Perlu Diperhatikan Saat Membuat Bahan Bakar Bensin Atau Bioetanol

  1. Menyiapkan Ragi
    • Sediakan ragi sebanyak 0,5 kg untuk tiap 1.000 liter mash dengan kandungan total gula yang ada pada mash berkisar antara 20-22%.
    • Sebelumnya, ragi dibiakkan di dalam tangki berisi 10 liter mash selama kurang lebih 1 jam pada suhu maksimal 30°C.
  2. Kebersihan Peralatan
    Kebersihan peralatan sangat perlu diperhatikan, mengingat hasil etanol yang diproduksi dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme lain yang tidak diharapkan serta mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan. Bakteri Azotobacter di udara bebas atau yang tertinggal pada peralatan kotor akan menghasilkan vinegar, selain itu family Lactobacillus juga akan mengubah etanol menjadi asam laktat sehingga mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan.

Proses Pembuatan Bahan Bakar Bensin Atau Bioetanol Dari Beras

Beras yang merupakan salah satu bahan pangan di Indonesia mengandung senyawa karkohidrat yang kompleks, dimana tanaman padi ini termasuk salah satu sumber pati. Untuk bisa menghasilkan etanol, sebelum melakukan proses fermentasi pati yang terkandung dalam beras ini perlu disederhakan terlebih dahulu menjadi glukosa melalui sebuah proses penguraian yang dilakukan oleh cendawan atau jamur. Pada proses penguraian pati menjadi glukosa tersebut dibutuhkan aktivitas cendawan Aspergillus sp. yang terdapat pada ragi. Cendawan Aspergillus sp. merupakan salah satu jenis jamur pengurai makanan. Selama proses penguraian berlangsung, cendawan Aspergillus sp. menghasilkan enzim alfaamilase dan glikoamilase. Enzim alfaamilase dan glikoamilase inilah yang berperan penting dalam proses penguraian karbohidrat (maltosa atau sukrosa) menjadi gula sederhana (glukosa dan fruktosa). Setelah pati diubah menjadi glukosa, barulah fermentasi bisa dilakukan sehingga menghasilkan etanol.
Secara sederhana dapat diuraikan bahwa pembentukan etanol terjadi karena enzim-enzim dalam ragi mengubah karbohidrat (maltosa atau sukrosa) menjadi lebih sederhana (glukosa dan fruktosa). Kemudian mengubah karbohidrat sederhana tersebut menjadi etanol dan karbondioksida.

CARA MEMBUAT BAHAN BAKAR BENSIN ATAU BIOETANOL DARI BERAS

Cara Membuat Bahan Bakar Bensin atau Bioetanol Dari Beras 1

  1. Beras 25 kilogram. Semua jenis beras dapat dijadikan sebagai bahan bakunya.
  2. Cuci beras sampai bersih.
  3. Masukkan beras ke dalam tangki/dandang besar berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter.
  4. Panaskan beras hingga suhu 100°C atau sampai mendidih sambil terus diaduk, hingga hancur menjadi bubur. Tambahkan air jika kurang, masak beras sampai benar-benar menjadi bubur.
  5. Masukkan bubur ke dalam tangki/dandang, lalu dinginkan. Setelah dingin taburkan cendawan Aspergilus sp. atau ragi ke dalam bubur. (Untuk kebutuhan menguraikan 100 liter bubur pati beras diperlukan sedikitnya 10-12 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10% dari total bubur).
    Perlu diketahui bahwa tingkat konsentrasi cendawan mencapai 100 juta sel/ ml. Sebelum cendawan digunakan, sebaiknya dibenamkan terlebih dahulu ke dalam bubur yang telah dimasak, tujuannya agar adaptif dengan sifat kimia bubur. Pada tahap ini, cendawan akan berkembang biak dan bekerja mengurai pati.
  6. Setelah 2 jam, bubur akan berubah menjadi 2 lapisan, yaitu lapisan air dan endapan gula.
  7. Pastikan bahwa bubur sudah mengalami perubahan, kemudian aduk-aduk pati yang sudah berubah menjadi gula tersebut.
  8. Setelah itu masukkanke dalam tangki fermentasi. (Sebelum difermentasi, larutan pati mengandung kadar gula 17-18%. Kondisi ini sangat cocok untuk hidup dan berkembangnya bakteri Saccaromyces, dimana bakteri Saccaromyces akan bekerja menguraikan gula menjadi alkohol.
    Perlu diperhatikan: Jika kadar gulanya terlalu tinggi, perlu ditambahkan air. Sebaliknya, jika kadar gulanya terlalu rendah, perlu ditambahkan gula.
    Tutup tangki rapat-rapat agar tidak terjadi kontaminasi dengan mokroorganisme lain yang tidak diharapkan, disamping itu juga untuk menjaga bakteri Saccaromyces agar bekerja lebih baik. karena, proses fermentasi berlangsung secara anaerob yaitu tidak memerlukan oksigen pada suhu 28-32°C.
  9. Diamkan selama 3-4 hari. Setelah 3-4 hari, akan terjadi perubahan pada larutan pati tadi dengan membentuk 3 lapisan, yitu endapan protein pada lapisan terbawah, lapisan air pada bagian tengah, dan lapisan etanolnya di bagian teratas. Hasil fermentasi ini disebut juga bir (sake), karena telah mengandung etanol (alkohol) sebanyak 6-12%.
  10. Pisahkan etanol dengan cara penyedotan menggunakan selang plastik. Gunakan kertas/kain penyaring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
  11. Setelah seluruh etanol dipisahkan, proses selanjutnya dilakukan destilasi atau penyulingan, yaitu dengan menggunakan tangki/dandang yang sudah dipasangi pipa, dimana pipa itu dialirkan ke tangki/dandang lainnya dalam keadaan selalu basah atau terendam dalam air. Panaskan pada suhu 78°C atau sampai etanol mendidih. Tujuan dari penyulingan ini adalah untuk memisahkan etanol dari air sehingga akan terjadi penguapan pada etanol, dan mengalirkannya melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
  12. Hasil penyulingan ini menghasilkan etanol dengan kadar 95%, Etanol berkadar 95% ini belum larut dalam bensin, tetapi sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah. Agar bisa larut dalam bensih, perlu dilakukan penyulingan kedua untuk meningkatkan kadar etanolnya hingga mencapai 99%.
  13. Larutan etanol yang dibutuhkan berkadar 99% (etanol kering), memerlukan destilasi absorbent, yaitu dengan cara memanaskan etanol 95% hingga suhu 100°C, agar etanol dan air menguap. Uap tersebut masuk melalui pipa yang dindingnya sudah dilapisi zeolit atau pati. Zeolit tersebut berfungsi untuk menyerap kadar air tersisa hingga diperoleh etanol berkadar 99%.
Etanol berkadar 99% ini sudah cukup larut dalam bensin sehingga sudah bisa digunakan sebagai campuran bensin untuk kendaraan bermotor.

Cara Membuat Bahan Bakar Bensin atau Bioetanol Dari Beras 2

  1. Pencucian
  2. Cuci sampai bersih beras yang akan dijadikan etanol, kemudian dilakukan pemasakan hingga beras berubah menjadi bubur. Selanjutnya dipanaskan dengan malat. Malat adalah beras berkecambah yang mengandung enzim pengurai pati menjadi karbohidrat yang lebih sederhana, yang disebut maltosa.
    Maltosa memiliki rumus molekul yang sama seperti sukrosa tetapi mengandung dua unit glukosa yang saling mengikat, sedangkan sukrosa mengandung satu unit glukosa dan satu unit fruktosa.
  3. Setelah itu masukkan ragi ke dalam bubur, biarkan hangat pada suhu sekitar 35°C selama beberapa hari sampai proses fermentasi berlangsung sempurna. Tutup sampai rapat dan jangan biarkan udara masuk ke dalam campuran, tujuannya untuk mencegah terjadinya oksidasi etanol menjadi asam ethanoat (asam cuka).
    Tunggu sampai kira-kira 4-5 hari, maka akan dihasilkan dengan kadar etanol berkisar 90%, kadar etanol 90% ini sering juga disebut dengan minyak tanah BE.40.
  4. Pada etanol berkadar 90% ini masih mengandung Pb sehingga perlu ditingkatkan lagi menjadi etanol berkadar 95% dengan cara menambahkan batu kapur (gamping). Karena kadar etanol 90% ini belum cukup berfungsi sebagaimana layaknya minyak tanah.

HAMA DAN PENYAKIT IKAN LELE

Hama dan Penyakit Ikan Lele - merupakan faktor yang sering menimbulkan kerugian bagi peternak atau pelaku agribisnis budidaya ikan lele. Meskipun kerugian akibat serangan hama tidak sebesar kerugian akibat serangan penyakit, namun demi menunjang keberhasilan budidaya lele, keduanya harus mendapat perhatian serius.

Meskipun biaya pengendalian serangan hama dan penyakit ikan lele tidak begitu besar, namun tindakan pencegahan akan lebih efektif jika dibandingkan dengan tindakan pengobatan. Tindakan pencegahan dilakukan jauh sebelum serangan hama dan penyakit ikan lele tersebut menyerang ikan sekalipun harus dilakukan secara terpadu. Tindakan pengobatan akan lebih sulit dilakukan bahkan memiliki resiko jauh lebih besar atas kegagalan penanganan. Hal ini terutama bila dialami oleh peternak pemula, tentunya mereka masih tahap belajar dalam menghadapi permasalahan-permasalah di lapangan. Bagi peternak lele profesional, upaya pengendalian menggunakan metode pengobatan terhadap serangan hama dan penyakit ikan lele di lapangan mungkin tidak akan terlalu banyak mengalami kesulitan.

HAMA IKAN LELE

Hama ikan lele adalah organisme pengganggu setiap kegiatan budidaya ikan lele yang dapat memangsa, membunuh, serta mempengaruhi produktivitas ikan. Meskipun tidak menimbulkan kerugian dalam jumlah besar, namun hama ikan lele ini tetap harus dikendalikan. Serangan hama ikan lele biasanya datang dari luar, baik melalui aliran air, udara, maupun darat. Meskipun demikian, serangan hama dapat juga berasal dari dalam, biasanya serangan hama ini diakibatkan oleh persiapan kolam yang kurang sempurna. Untuk itu, cara pembuatan kolam ikan (konstruksi kolam) perlu diperhatikan sebelum melakukan budidaya ikan lele.

Seperti telah disebutkan di atas, pencegahan lebih diprioritaskan daripada pengobatan. Adapun cara pencegahan serangan hama pengganggu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
  • Lakukan pengeringan serta pengapuran sebelum kolam digunakan untuk proses budidaya. Tujuan pengapuran adalah untuk meningkatkan nilai pH air kolam, sedangkan proses pengeringan bertujuan membunuh atau menekan kehidupan organisme pengganggu yang berpotensi menjadi hama ikan lele nantinya.
  • Pemasangan saringan baik pada pintu masuk maupun saluran pembuangan air agar hama pengganggu yang berpotensi masuk ke dalam kolam ikan melalui kedua saluran tersebut bisa dihindari.
Hama pengganggu ikan lele, terutama ikan berukuran kecil, diantaranya meliputi ular, belut, serta ikan gabus. Tindakan penanggulangan serangan dari ketiga jenis hama pengganggu tersebut dapat dilakukan sesuai langkah-langkah berikut:

  1. Penanggulangan Hama Ular




    1. Sebelum kolam digunakan untuk budidaya ikan lele, lingkungan di sekitar kolam terlebih dahulu harus dibersihkan sampai benar-benar bersih. Hama ular memiliki karakter tidak menyukai tempat terbuka dan terang, sehingga ia akan takut mendatangi tempat tersebut. Lebih lanjut, selama proses budidaya berlangsung, upaya pembersihan lingkungan kolam ini tetap harus dilakukan secara kontinyu agar kebersihan lingkungan kolam selalu dalam keadaan terjaga.
    2. Untuk menghindari kemungkinan adanya lubang tikus sebagai tempat sarang hama ular, jika memungkinkan alangkah baiknya kalau pematang (dinding) kolam dibuat dari tembok. Dengan demikian hama ular tidak memiliki peluang bersarang di sekitar kolam. Namun hal ini sangat fleksibel, tergantung kemampuan modal masing-masing peternak.
    3. Lakukan pengontrolan di malam hari, terutama saat benih ikan lele masih kecil. Bila menemui hama ular berada di dalam kolam, segera buru lalu buang jauh-jauh atau bisa juga dibunuh agar tidak kembali lagi.
  2. Penanggulangan Hama Belut

    1. Sebelum melakukan pengolahan sebaiknya kolam pemeliharan digenangi terlebih dahulu setinggi 20-30 cm, kemudian diberi insektisida akodan, gunakan dosis rendah, yakni 0,3-0,5 cc/m³ air. Ingat, penggunaan insektisida ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati serta menggunakan dosis rendah karena dapat mencemari lingkungan. Sebetulnya penggunaan pestisida kimia hanya dilakukan jika kondisi sangat mendesak. Bila waktu tersedia cukup lama untuk melakukan pengeringan, misalnya selama tiga minggu, maka hama belut atau bibit belut di permukaan dasar kolam atau di sekitar pematang sudah mati atau pergi meninggalkan kolam.
    2. Setelah diberi insektisida, kolam dibiarkan selama 2 hari hingga hama belut maupun hama penggangu lain mati. Kemudian buang air dalam kolam, lalu keringkan lahan. Pengeringan lahan bertujuan menetralkan sisa racun insektisida di sekitar kolam. Perhatikan saat melakukan pengurasan kolam, pastikan saat membuang air kolam, terlebih dahulu kolam harus diisi air secara penuh. Tujuan pengisian air sampai penuh adalah untuk mengurangi konsentrasi pestisida, dimana kepekatan pestisida menjadi semakin kecil, sehingga ketika terbawa oleh aliran air sudah tidak membahayakan lingkungan sepanjang aliran pembuangan atau kolam-kolam lainnya, terutama kolam tempat pemeliharaan ikan dibawahnya.
  3. Penanggulangan Hama Ikan Gabus

    1. Pintu masuk dan saluran pembuangan dipasang saringan agar hama ikan gabus tidak masuk ke dalam kolam melalui kedua saluran tersebut.
    2. Pematang kolam dibuat tinggi, sehingga hama ikan gabus yang berada di kolam lain atau genangan air lain di sekitar kolam tidak melompat masuk ke dalam kolam.

PENYAKIT IKAN LELE

Penyakit ikan lele merupakan organisme pengganggu yang dapat menimbulkan kerugian besar bagi para peternak ikan lele. Bahkan penyakit ini sering dianggap sebagai pemicu kegagalan paling besar peranannya. Penyakit ikan lele dapat diartikan sebagai organisme pengganggu yang hidup dan berkembang pada tubuh lele sehingga organ tubuh lele mengalami kerusakan. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh terganggu, maka seluruh jaringan tubuh ikan juga akan terganggu. Terganggunnya jaringan tubuh tentu saja akan mempengaruhi mekanisme kerja jaringan tubuh tersebut, menyebabkan pertumbuhannya menjadi terhambat. Jika serangan parah atau terjadi pada organ vital, maka besar kemungkinan lele yang terserang penyakit tersebut akan mati.

Pada dasarnya, penyakit akan menyerang ikan lele jika terjadi ketidakseimbangan antara kondisi ikan, lingkungan, serta patogen. Ikan lele yang mengalami kekurangan nutrisi atau kondisi tubuhnya tidak baik, sangat mudah terserang penyakit atau patogen. Sebaliknya, jika kondisi tubuh baik (sehat) dengan kecukupan nutrisi yang sempurna, maka kemungkinan ikan lele terserang penyakit sangat kecil. Kondisi tubuh kurang baik pada tubuh ikan bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti misalnya terjadi perubahan kondisi lingkungan sekitar sehingga lele mengalami stress, terjadi luka atau perdarahan (dapat disebabkan oleh serangan hama), penganganan saat panen dan teknik pengangkutan kurang tepat, atau mungkin terjadinya perkelahian antar ikan di dalam kolam.

Selain perubahan lingkungan dan luka atau perdarahan, kondisi tubuh ikan yang kurang baik juga bisa diakibatkan oleh kondisi lingkungan perairan dalam kolam, misalnya karena kandungan oksigen terlarut di dalam kolam rendah sehingga menyebabkan kurangnya sirkulasi air (kemungkinan terjadi karena terlalu banyak memberikan pakan alami sehingga terjadi persaingan akan kebutuhan oksigen), adanya gas beracun yang dapat dipicu dari pembusukan sisa-sisa pemberian pakan, atau terjadi pencemaran air kolam baik oleh limbah industri, buangan bahan kimia, maupun limbah rumah tangga.

Serangan penyakit ikan lele dapat menyerang baik pada bagian dalam maupun bagian luar tubuhnya. Penyakit yang menyerang organ tubuh ikan bagian dalam disebut dengan endotern. Biasanya penyakit ini akan menyerang organ usus, jantung, maupun hati. Sementara itu, penyakit ikan lele yang menyerang organ tubuh bagian luar disebut dengan eksotern. Penyakit ini menyerang bagian tubuh lele, sirip, mata, mulut, maupun bagian luar tubuh lele lainnya.

Tindakan Pencegahan Penyakit Ikan Lele.

  1. Lakukan pengeringan dan pengapuran pada dasar kolam sebelum dilakukan pengolahan lahan. Pengapuran dapat meningkatkan pH atau derajat keasaman tanah dan air. Pada pH mendekati netral, patogen atau penyakit tidak bisa berkembang baik. Dengan demikian salah satu fungsi dari pemberian kapur pertanian adalah untuk memutus siklus hidup patogen.
  2. Kualitas perairan kolam harus dijaga agar kondisinya selalu baik. Upaya pencegahannya adalah selalu menjaga kualitas air kolam, diantaranya adalah tidak memberi pakan secara berlebihan, sehingga tidak ada sisa pakan yang mengendap di dasar kolam (endapan sisa pakan ikan berpotensi menimbulkan gas beracun). Selain pengaturan pemberian pakan ikan, upaya menjaga kualitas air juga dapat dilakukan dengan pengaturan sirkulasi air, yaitu menjaga debit air masuk supaya tetap stabil karena debit air stabil akan meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air.
  3. Pemberian pakan ikan harus terukur, pakan tambahan diberikan sesuai dosis anjuran. Jika berlebihan, selain dapat menurunkan kualitas air, juga dapat mengganggu kesehatan lele yang terlalu kenyang.
  4. Penanganan saat pemanenan benih ikan lele harus dilakukan secara hati-hati serta sesuai prosedur penangkapan ikan. Jika saat melakukan penanganan sudah benar, maka resiko terjadinya luka akibat penanganan bisa diperkecil.
  5. Lakukan pengontrolan secara rutin, sehingga bisa menghindari atau mengendalikan masuknya binatang pembawa penyakit ke dalam kolam. Binatang luar yang berpotensi membawa penyakit ikan lele antara lain keong mas, siput, dan burung.
Ikan lele bisa terserang atau terinfeksi oleh beberapa jenis penyakit. Setiap jenis penyakit mempunyai karakter sendiri-sendiri dalam malakukan infeksi terhadap tubuh lele. Selain itu, gejala yang ditimbulkan akibat serangan penyakit tersebut juga tidak sama. Oleh karena itu, Cara pengendalian maupun penanganan setiap jenis penyakit juga berbeda-beda. Dengan mengetahui gejala serangan, jenis penyakit, obat yang bisa digunakan, serta dosis penggunaannya maka tindakan pengobatan akan menjadi lebih efektif.

Berikut ini beberapa jenis penyakit, gejala, serta cara penanganannya.

Penyakit Ikan Lele Yang Disebabkan Oleh Bakteri :

Penyakit Pseudomonas sp.
Gejala serangan penyakit akibat terinfeksi bakteri Pseudomonas sp. ditandai adanya perdarahan di kulit, hati, ginjal, maupun limpa. Perdarahan pada kulit tersebut akhirnya mengakibatkan luka berupa borok-borok pada tubuh ikan.

Tindakan penanggulangan terhadap serangan penyakit Pseudomonas sp. dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air agar tetap baik sehingga kondisi lele akan selalu sehat. Jika sudah terserang, lakukan tindakan pengobatan secara tepat, caranya adalah melakukan perendaman lele dalam larutan Oxytertracyclin menggunakan dosis 25-30 mg/kg ikan per hari. Perendaman dilakukan secara berturut-turut selama 7-10 hari pada bak terpisah agar ikan sehat tidak menjadi kebal terhadap bahan aktif tertentu.

Penyakit Aeromonas hydrophiladan
Gejala serangan penyakit akibat terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophiladan ditandai adanya perubahan warna tubuh ikan lele. Tubuh ikan semula terang kemudian berubah menjadi gelap, kulit kasat, serta terjadi perdarahan. Ikan sulit bernapas, saat berenang juga sangat lemah, dan terjadi perdarahan pada hati, ginjal, maupun limpa. Ciri-ciri akibat serangan penyakit bakteri Pseudomonas dapat dibedakan dari serangan bakteri Aeromonas yaitu terlihat adanya luka-luka kecil pada kulit akhirnya meluas ke arah daging.

Tindakan penanggulangan terhadap serangan penyakit bakteri Aeromonas hydrophiladan dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air agar tetap baik sehingga ikan lele akan selalu dalam kondisi sehat. Pada lele terserang bisa dilakukan penyuntikan menggunakan Terramycine 25-30 mg/kg lele, penyuntikan diulang lagi setiap 3 hari sekali sebanyak 3 kali ulangan. Lakukan pencampuran makanan dengan Terramycine 50 mg/kg lele per hari, perlakuan selama 7-10 hari berturut-turut. Selain itu dapat juga menggunakan Sulphanamide sebanyak 100 mg/kg lele per hari selama 3-4 hari.

Penyakit Aeromonas punctata
Gejala serangan penyakit akibat terinfeksi bakteri Aeromonas punctata ditandai adanya ikan yang kehilangan nafsu makan. Infeksi pada kulit kepala, kulit badan bagian belakang, insang, sirip, serta bagian badan lainnya.

Tindakan penanggulangan terhadap serangan penyakit bakteri Aeromonas punctata dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air agar tetap baik sehingga ikan lele akan selalu dalam kondisi sehat. Ikan lele terserang harus direndam menggunakan larutan copper sulfat dosis 1200 ppm selama 1-20 menit. Perendaman menggunakan Oxytetracyclin HCL juga dapat dilakukan, dosis 10 mg/1 kg lele selama 30 menit.

Penyakit Peduncle (cold water diseases)
Gejala serangan penyakit akibat terinfeksi bakteri Peduncle (cold water diseases) hampir sama dengan gejala serangan akibat penyakit bakteri Columnaris, bedanya penyakit bakteri Peduncle menyerang saat temperatur dingin, sekitar 16°C, sedangkan penyakit bakteriColumnaris menyerang saat temperatur panas, sekitar 20°C, infeksi berjalan lambat dalam hal timbulnya borok atau nekrosa pada kulit.

Tindakan penanggulangan terhadap serangan penyakit bakteri Peduncle (cold water diseases) dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air agar tetap baik sehingga kondisi ikan selalu sehat. Tindakan pengobatan terhadap lele terserang adalah melakukan perendaman menggunakan Oxytetracyclin 10 ppm selama 30 menit. Melakukan pencampuran makanan dengan Sulfisoxzole sebanyak 100 mg/kg berat ikan per hari selama 10-20 hari berturut-turut.

Penyakit Columnaris
Gejala serangan penyakit akibat terinfeksi bakteri Columnaris ditandai adanya perdarahan pada kulit lele, timbul borok-borok pada kulit, terjadi perdarahan pada organ dalam seperti hati, ginjal, maupun limpa, munculnya luka-luka kecil pada hati, serta timbul nekrosa pada jaringan daging maupun jaringan pembuat darah.

Tindakan penanggulangan terhadap serangan penyakit bakteri Columnaris dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air agar tetap baik sehingga ikan akan selalu dalam kondisi sehat. Penangan terhadap ikan lele terserang, tindakan pengobatannya adalah melakukan perendaman menggunakan Oxytetracyclin HCL dosis 25-30 mg/kg ikan per hari diberikan 7-10 hari berturut-turut. Pemberian Sulfamerazine sebanyak 100-200 mg/kg berat ikan per hari, melalui makanan 1-3 hari. Penyuntikan Oxytetracyclin HCL sebanyak 25-30 mg/kg ikan per hari, melalui makanan selama 7-10 hari berturut-turut.

Penyakit Edward siella
Gejala serangan penyakit akibat terinfeksi bakteri Edward siella ditandai adanya perubahan tubuh lele, tubuh lele semula terang kemudian berubah menjadi berwarna gelap. Kadang-kadang mata ikan menonjol. Ada sedikit bercak darah di pangkal sirip dada ikan. Kadang-kadang juga ditemukan benjolan di bagian samping tubuh lele.

Tindakan penanggulangan terhadap serangan penyakit bakteri Edward siella dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air agar tetap baik sehingga ikan lele akan selalu dalam kondisi sehat. Tindakan pengobatan dapat dilakukan selama masa periode awal penyerangan menggunakan Sulphanamide (dosis 100-200 mg/kg/hari), diberikan sampai hari keempat secara berturut-turut. Ikan lele terserang penyakit Edward siella harus segera dimusnahkan, caranya dapat dibakar atau dikubur.

Penyakit Ginjal
Gejala serangan akibat penyakit ginjal ditandai adanya luka di ginjal, hati, serta bintik-bintik berwarna keputih-putihan. Hingga saat ini belum ditemukan obat paling tepat untuk memberantas penyakit ginjal.

Penyakit Tuberculosis
Gejala akibat terserang penyakit Tuberculosis ditandai adanya perubahan tubuh ikan lele, tubuh ikan semula terang kemudian berubah menjadi berwarna gelap. Perut membengkak serta terdapat bintik-bintik pada hati. Cara pencegahan terhadap penyakit Tuberculosis adalah melakukan perbaikan kualitas air.

Penyakit Ikan Lele Yang Disebabkan Oleh Parasiter :

Penyakit Saprolegiasis
Gejala serangan penyakit ditandai adanya sekumpulan benang halus seperti kapas berwarna putih kecokelatan pada tubuh lele. Tempat penyerangan biasanya di daerah kepala, tutup insang, sirip, serta bagian badan ikan lainnya.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga kebersihan kolam maupun kualitas air. Mengupayakan cara perlakuan terbaik terhadap ikan agar tidak berpotensi menimbulkan luka. Melakukan perendaman dalam larutan Malachite Green Oxalate (MGO) sebanyak 3 g/m³ air selama 30 menit.

Penyakit Bintik Putih
Gejala serangan penyakit bintik putih ditandai saat ikan lele berenang terlihat sangat lemah serta selalu muncul di permukaan air. Terdapat bintik-bintik berwarna putih pada bagian kulit, sirip, serta insang. Lele sering menggosokkan tubuhnya ke dasar kolam atau pada benda-benda keras.

Upaya pengendalian terhadap penyakit bintik putih adalah lele diberok dalam air mengalir, melakukan pengurangan padat penebaran ikan, melakukan perendaman terhadap lele terserang menggunakan larutan formalin 25 ml/m³ air ditambah larutan Oxalate 0,1 g/m³ air selam 12-24 jam.

Penyakit Tichodiina sp.
Gejala serangan penyakit Tichodiina sp. ditandai gerakan lele melemah serta tubuh lele kurus, ikan sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada benda-benda keras.

Upaya pengendalian terhadap penyakit Tichodiina sp. adalah melakukan pengurangan padat penebaran ikan, melakukan perendaman terhadap ikan lele terserang dalam larutan formalin 150-200 ppm (150-200 ml/m³) selama 15 menit, merendam dalam larutan malachite green oxalate 0,1 g/m³ selama 24 jam.

Penyakit Cacing Kecil pada Kulit, Sirip, maupun Insang
Gejala serangan penyakit ini ditandai adanya kepala lele kelihatan besar tetapi kurus, kulit tubuh ikan lele suram, sirip ekor kelihatan rontok, lele menggosok-gosokkan badan ke dasar kolam penampungan atau benda keras lainnya, serta adanya tutup insang tidak normal.

Upaya pengendalian terhadap serangan penyakit ini yaitu mengurangi kepadatan penebaran, melakukan perendaman terhadap ikan lele terserang dalam larutan formalin 250 ml/m³ air selama 15 menit, merendam menggunakan Methylene Blue sebanyak 3 gr/m³ air selama 24 jam.

Myxosporensis (Myxobolus sp.)
Gejala serangan penyakit Myxosporensis (Myxobolus sp.) ditandai adanya bintil-bintil berwarna putih kemerah-merahan pada insang.

Upaya pengendalian terhadap serangan penyakit Myxosporensis (Myxobolus sp.) yaitu melakukan pengeringan kolam dan pengapuran (dosis 200 g/m³). Biarkan selama 1-2 minggu. Air yang masuk disaring melalui filter pasir, kerikil, dan ijuk.

Penyakit Myxosoma sp.
Gejala serangan penyakit Myxosoma sp. ditandai adanya pembengkakan (bisul) di sekitar punggung. Jika bisul pecah, akan keluar cairan keruh berwarna kuning.

Pencegahan dengan cara menyaring air masuk, melakukan perendaman terhadap ikan lele terinfeksi menggunakan larutan formalin 25 cc/m³ selama 5 menit, serta melakukan penyemprotan kolam menggunakan Dipterex/Sumithion 50 EC dengan takaran 1 cc/m³.

Lernaea sp.
Gejala serangan penyakit Lernaea sp. ditandai adanya parasit yang menempel di tutup insang, sirip, atau mata selama 15 menit. Kemudian terlihat luka-luka di tempat penyerangan tersebut.

Pencegahan dengan cara menyaring air masuk. Ikan lele terinfeksi direndam dalam larutan garam/NaC1 20 g/liter (2%) selama 5 menit.

Kutu Ikan (Argulus).
Gejala serangan penyakit Kutu ikan (Argulus) ditandai adanya ikan lele semula gemuk berubah menjadi kurus. Parasit menempel di kulit, sirip, serta insang. Bekas penyerangan kelihatan kemerah-merahan.

Pencegahan terhadap serangan penyakit kutu ikan (Argulus) adalah melakukan pengeringan kolam serta pengapuran sebanyak 200 g/m², melakukan penyaringan Air masuk.

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK SAPI

Nutrisi dan Pakan Ternak Sapi - Pakan ternak adalah makanan atau asupan yang diberikan kepada hewan ternak atau hewan peliharaan. Pakan ternak merupakan faktor sangat penting dalam kegiatan budidaya di sektor peternakan. Oleh karena itu, pemilihan pakan ternak secara tepat sangat menentukan keberhasilan usaha ternak tersebut.

Pakan Ternak Sapi

Demikian halnya dengan usaha ternak sapi, pemberian pakan ternak berkualitas sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha ternak sapi tersebut. Sekalipun bibit sapi berasal dari bibit unggul serta memiliki sifat genetis unggul, tetapi jika tidak diimbangi dengan pemberian pakan berkualitas maupun secara tepat, maka berbagai kelebihannya tidak akan memberikan nilai tambah secara signifikan. Pemberian pakan ternak secara tepat dan berkualitas dapat meningkatkan potensi keunggulan genetis sapi peliharaan sehingga dapat meningkatkan hasil produksi ternak sesuai target.

Pemberian pakan ternak sapi secara tepat dan berkualitas ini harus dilakukan secara konsisten. Jika tidak, maka akan mengakibatkan pertumbuhan sapi terganggu. Hal ini sering terjadi terutama di negara-negara tropis, seperti Indonesia, dimana umumnya pakan ternak sapi yang diberikan saat musim kemarau memiliki kualitas lebih rendah dibanding dengan pakan ternak sapi yang diberikan saat musim hujan. Dengan demikian, pertumbuhan sapi peliharaan akan mengalami kurva naik turun, Yaiu saat musim kemarau pertumbuhan ternak akan mengalami penurunan, sementara pada musim hujan pertumbuhan ternak akan meningkat dengan cepat, karena pakan ternak yang diberikan memenuhi persyaratan kebutuhan sapi.

Ketika musim kemarau, biasanya terjadi penurunan energi, mineral, maupun protein yang terkandung dalam pakan hijauan. Hal ini terjadi sebagai akibat tanaman hijauan selama pertumbuhannya mengalami kekurangan air. Lebih lanjut, saat musim ini seringkali terjadi kekurangan volume pemberian pakan ternak akibat kelangkaan bahan pakan berupa pakan hijauan. Sehingga pemberian pakan ternak sapi di musim kemarau seringkali tidak memenuhi syarat pemenuhan kebutuhan sapi, bahkan kualitas pakannya pun rendah. Kondisi seperti ini mengakibatkan pertumbuhan ternak sapi menjadi terhambat. Pada sapi dewasa akan mengalami penurunan berat badan secara signifikan dan prosentase karkasnya pun rendah. Selain itu, perkembangbiakan ternak sapi juga akan mengalami penurunan secara nyata pula karena terjadinya penurunan fertilitas (angka kelahiran sapi).

Oleh karena itu, selama musim kemarau, peternak sapi harus tetap memberikan pakan ternak berkualitas, serta memenuhi syarat bagi pertumbuhan sapi. Pakan ternak sesuai syarat dan berkualitas adalah pakan ternak yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air. Pakan ternak tersebut bisa disediakan dalam bentuk hijauan maupun konsentrat.

Kebutuhan Zat Makanan Dalam Pakan Ternak Sapi




a. Protein
Pakan ternak berkualitas harus mengandung protein dalam jumlah cukup karena protein memiliki peran sangat penting untuk pertumbuhan maupun perkembangan ternak sapi. Berikut ini dijelaskan secara singkat mengenai peran dan fungsi protein pada ternak sapi.
  • Protein berfungsi memperbaiki dan menggantikan sel tubuh rusak, terutama untuk sapi tua atau lanjut usia.
  • Protein berperan untuk membantu pertumbuhan atau pembentukan sel-sel tubuh, terutama untuk pedet maupun sapi muda.
  • Protein berperan dalam mendukung keperluan berproduksi, terutama untuk sapi-sapi dewasa produktif.
  • Protein akan diubah menjadi energi, terutama untuk sapi-sapi pekerja.
Sapi muda fase pertumbuhan membutuhkan asupan protein lebih tinggi daripada sapi-sapi dewasa. Protein merupakan zat yang tidak bisa dibentuk atau diproduksi dalam tubuh, sehingga untuk mencukupi kebutuhan protein, binatang ternak harus mendapatkan suplai protein dari makanan. Oleh karena itu, pemberian pakan ternak harus memiliki kandungan protein dalam jumlah cukup bagi petumbuhan dan perkembangan sapi.

Untuk memenuhi kebutuhan protein, peternak atau pembudidaya sapi harus menyertakan protein tersebut saat memberiakn pakan. Beberapa sumber protein untuk membantu menopang pertumbuhan dan perkembangan ternak sapi diantaranya adalah:
  • Pakan hijauan, terutama memanfaatkan tumbuhan berasal dari famili leguminosae atau kacang-kacangan, seperti Centrosema pubescens, daun turi, lamtoro, daun kacang tanah, daun kacang panjang, daun kedelai, dll.
  • Makanan tambahan, terutama berfungsi sebagai makanan penguat, seperti bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, katul, tepung darah, tepung ikan, tepung daging, dll.
Perlu diketahui bahwa, pemenuhan kebutuhan protein berasal dari protein hewani memiliki kualitas lebih unggul dibanding dengan pemberian protein berasal dari protein nabati. Protein hewani mengandung asam amino esensial serta nilai gizi lebih kompleks. Bahan makanan yang memiliki kandungan protein bermutu tinggi adalah bahan makanan berkandungan protein mendekati susunan protein tubuh, misalnya protein hewani. Kelebihan lain dari protein hewani ialah protein tersebut lebih mudah diproses menjadi jaringan tubuh dengan resiko kerugian lebih kecil dibandingkan dengan protein nabati.

Kebutuhan protein pada hewan ternak ruminansia, seperti sapi, tidak begitu memerlukan kualitas protein bermutu tinggi karena di dalam rumen maupun usus banyak terjadi aktifitas penguraian oleh mikroorganisme yang terkandung didalamnya. Perlu diperhatikan dalam hal ini adalah untuk membangun kembali protein yang telah terurai, maka dibutuhkan protein berkandungan asam amino lengkap. Oleh karena itu, jika sapi peliharaan terpaksa hanya diberi pakan jerami, maka untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makan yang tidak terkandung pada jerami tersebut harus diberikan melalui pakan tambahan berkandunganprotein, lemak, dan karbohidrat tinggi. Selain itu, pakan ternak berupa jerami mengandung banyak serat kasar yang tidak mudah dicerna serta hanya sedikit sekali mengandung protein, lemak, dan karbohidrat.

b. Lemak
Lemak memiliki peranan penting bagi baik bagi pertumbuhan maupun perkembangan sapi, sebab lemak dapat berfungsi sebagai cadangan sumber energi bagi ternak peliharaan. Berikut ini akan diuraikan secara singkat beberapa fungsi lemak bagi pertumbuhan dan perkembangan sapi:
  • Lemak berfungsi sebagai sumber energi atau tenaga.
  • Lemak berfungsi sebagai pembawa vitamin A, D, E, dan K. Vitamin-vitamin tersebut merupakan jenis vitamin larut dalam lemak.
Lemak yang berasal dari bahan makanan dapat disimpan dalam jaringan sel-sel tubuh dalam bentuk lemak cadangan. Namun, jika dibutuhkan, lemak juga dapat diubah menjadi pati dan gula yang digunakan sebagai sumber energi. Tubuh ternak akan membentuk lemak dari karbohidrat maupun lemak makan yang belum digunakan. Setiap kelebihan lemak akan disimpan sebagai lemak cadangan terutama di bawah kulit. Berbeda dengan domba, domba meyimpan kelebihan lemak terutama pada ekornya, sapi memiliki tempat khusus untuk menyimpan kelebihan lemak ini terutama pada punuknya (terletak di belakang leher). Di samping itu kelebihan lemak juga dapat disimpan di sekitar buah pinggang, selaput penggantung usus maupun di antara otot-otot.

Pada dasarnya, tubuh binatang tersusun atas tiga jaringan utama, yaitu tulang, otot, dan lemak. Lemak merupakan jaringan tubuh yang dibentuk paling akhir. Pada sapi peliharaan sebagai sapi potong, biasanya jaringan lemak tersebut akan menyelubungi serabut-serabut otot, sehingga otot dan daging sapi akan terasa lebih lembut. Lemak pada tubuh binatang memiliki sifat berbeda-beda, tergantung pada jenis binatang bersangkutan, kualitas nutrisi yang dikonsumsi, umur, aktivitas, serta kesehatan. Sapi yang dimanfaatkan sebagai pekerja memiliki daging lebih liat dibanding dengan sapi potong, apalagi jika mutu makan yang dikonsumsinya hanya mengandung sedikit mengandung lemak. Dalam pemberian ransum pakan ternak sapi, bahan yang banyak mengandung sumber lemak, antara lain bungkil kacang tanah, bungkil kelapa serta bungkil kacang kedelai.

c. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat makanan yang merupakan sumber utama energi bagi ternak, Beberapa fungsi karbohidrat antara lain:
  • Karbohidrat sebagai sumber utama tenaga atau energi.
  • Karbohidrat berfungsi sebagai komponen pembentukan lemak tubuh.
Setelah dicerna, karbohidrat pada bahan makanan diserap oleh darah dalam bentuk glukosa. Karbihidrat ini langsung dioksidasi untuk menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan lemak dalam tubuh. Komponen yang termasuk karbohidrat antara lain serat kasar, BETN yaitu bahan makanan berkandungan gula dan pati tinggi. Jagung merupakan salah satu bahan makanan sumber karbohidrat tinggi. Kebutuhan karbohidrat pada ternak sapi juga bisa dipenuhi dari hijauan, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan akan karbohidrat, ternak peliharaan bisa mendapatkannya dengan mudah.

d. Mineral
Beberapa fungsi mineral pada sapi antara lain:
  • Mineral berperan untuk pembentukan jaringan tulang dan urat.
  • Mineral berperan untuk membantu keperluan berproduksi.
  • Mineral berperan untuk membantu proses pencernaan serta penyerapan zat-zat makanan.
  • Mineral yang diberikan melalui pakan berperan untuk menggantikan mineral tubuh yang hilang, dan memelihara kesehatan.

Sekalipun tidak dibutuhkan dalam jumlah besar, tetapi mineral memiliki peran sangat penting terutama bagi kelangsungan hidup ternak sapi. Mineral terdapat pada tulang maupun jaringan tubuh. Hewan ternak muda fase pertumbuhan sangat membutuhkan mineral. Demikian juga untuk pertumbuhan janin, keberadaan mineral merupakan suatu keharusan.

Unsur mineral pada umumnya banyak terdapat pada pakan ternak sapi yang diberikan. Adapun unsur mineral yang sering dibutuhkan oleh ternak antara lain natrium, khlor, kalsium, phosphor, sulfur, magnesium, kalium, seng, selenium, serta tembaga. Diantara unsur-unsur tersebut, kadang-kadang binatang ternak membutuhkan unsur mineral tertentu dalam jumlah lebih banyak dibanding unsur mineral lain. Unsur mineral yang sering dibutuhkan dalam jumlah lebih banyak diantaranya adalah natrium klorida, kalsium, dan phosphor.

Pakan ternak berasal dari tanaman padi-padian biasanya banyak mengandung unsur phosphor, sementara unsur kalsium biasanya banyak terdapat pada pakan ternak berbentuk kasar. Sapi kekurangan unsur mineral biasanya menunjukkan perilaku sering makan tanah. Kekurangan unsur mineral berpotensi mengakibatkan penurunan fertilitas serta penyakit tulang. Pemberian pakan ternak sapi dapat berasal dari pakan hijauan maupun pemberian feed supplement-mineral.

e. Vitamin
Kesehatan dan kelangsungan hidup ternak bahkan pada kebanyakan mahluk hidup tidak lepas dari keberadaan vitamin di dalam tubuh. Beberapa fungsi vitamin pada ternak antara lain:
  • Vitamin berperan untuk mempertahankan serta meningkatkan kekuatan tubuh.
  • Vitamin berperan untuk meningkatkan kesehatan ternak terutama saat berproduksi.
Bahan-bahan pakan ternak berasal dari hijauan biasanya mengandung banyak vitamin, sehingga pemenuhan kebutuhan vitamin pada ternak peliharaan tidak terlalu mengalami kesulitan. Disamping itu, kebanyakan vitamin dapat dibentuk dalam usus binatang pemamah biak, terutama vitamin B kompleks. Kandungan vitamin pada pakan ternak dari hijauan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti: tanah, iklim, waktu pemotongan serta penyimpanan. Vitamin A dan E banyak terdapat pada tanaman hijauan maupun padi-padian. Hal yang perlu diperhatikan oleh peternak atau pembudidaya sapi tidak boleh menyepelekan pemenuhan kebutuhan vitamin pada sapi peliharaan, terutama ketika musim kemarau, dimana bahan-bahan pakan hijauan biasanya mengalami kekurangan kadar vitamin A. Oleh karena itu, saat musim kemarau perlu ditambahkan vitamin A dalam ransum pakan ternak sapi.

Kelebihan vitamin A dapat disimpan di dalam hati. Sapi memiliki kemampuan menyimpan vitamin A selama enam bulan, sementara itu kambing hanya memiliki kemampuan menyimpan vitamin A selama tiga bulan. Sumber vitamin A bisa diperoleh dari bahan pakan ternak berupa hijauan, terutama terdapat pada bagian pucuk tanaman. Bagian pucuk tanaman biasanya mengandung karotin tinggi, dimana karotin tersebut akan diubah menjadi vitamin A di dalam tubuh hewan.

Proses pembentukan vitamin dalam tubuh binatang:
  • Vitamin A dapat dibentuk dari karotin yang banyak terdapat pada ransum pakan hijauan.
  • Vitamin B dapat dibentuk sepenuhnya di dalam tubuh hewan.
  • Vitamin C dibentuk sendiri oleh semua jenis hewan dewasa
  • Vitamin D akan dibentuk dalam tubuh dengan bantuan sinar matahari.
f. Air
Air merupakan komponen sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup. Tanpa air, kemungkinan tidak akan berlangsung kehidupan. Beberapa fungsi air, khususnya pada binatang ternak antara lain:
  • Air berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh.
  • Air berperan besar dalam membantu proses pencernaan.
  • Air berfungsi untuk mengeluarkan bahan-bahan tak berguna di dalam tubuh, baik dalam bentuk keringan, urine, maupun feses (80% air).
  • Air berfungsi sebagai pelumas persendian serta membantu mata untuk dapat melihat.
Pada umumnya komposisi tubuh hewan ternak lebih dari 50% terdiri dari air. Sebagian besar jaringan tubuh hewan ternak mengandung air sebanyak 70-90%. Mahluk hidup yang mengalami kekurangan air akan lebih cepat mati dari pada kekurangan pakan. Hal tersebut membuktikan bahwa peran air sangat vital bagi kehidupan. Oleh karena itu, peternak atau pembudidaya sapi harus betul-betul memperhatikan kebutuhan air pada ternak sapi peliharaannya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan air pada hewan ternak, antara lain jenis ternak, umur, ternak, suhu lingkungan, jenis pakan yang diberikan, volume pakan ternak yang diberikan, serta aktivitas yang dilakukan. Bagi sapi pekerja, kebutuhan airnya akan lebih tinggi daripada sapi potong.

Pada umumnya hewan ternak dapat mencukupi kebutuhan air dari air minum, air dalam nutrisi pakan serta air metabolik yang berasal dari glugosa, lemak dan protein. Bagi sapi pekerja dewasa, kebutuhan air minum yang harus disediakan kurang lebih 35 liter per hari, sedangkan bagi sapi dewasa lain cukup 25 liter per hari.

ARTIKEL POPULER