BUDIDAYA IKAN NILA

Budidaya Ikan Nila - Peluang agribisnis perikanan kini banyak diburu masyarakat. Dari banyaknya komoditas perikanan di Indonesia, ikan nila dapat dikatakan memiliki prospek yang sangat besar. Sejak diperkenalkan tahun 1970, ikan nila terus berkembang dan semakin populer di masyarakat. Bahkan kepopulerannya dapat mengalahkan jenis ikan lain yang telah lebih dulu diperkenalkan di Indonesia.

BUDIDAYA IKAN NILA GIFT

Untuk memenuhi kebutuhan ikan nila, baik kebutuhan benih maupun konsumsi, diperlukan pola pengembangan yang betul-betul terarah. Pola pengembangan tersebut meliputi beberapa subsistem budidaya dari hulu sampai hilir. Hal ini ditujukan untuk mengurangi dampak negatif agar dapat dicapai target produksi optimal. Untuk itu diperlukan cara paling tepat guna mengatasi permasalahan budidaya saat ini, seperti :
  1. Sulitnya mendapatkan induk ikan nila merupakan masalah utama dalam kegiatan budidaya. Kondisi ini mengakibatkan jumlah benih ikan nila berkualitas tidak terpenuhi.
  2. Penyebaran ikan nila berkualitas tinggi harus diawasi dengan ketat agar tidak tercampur dengan ikan nila lain sehingga berpotensi menurunkan kualitas benih nila.
  3. Dalam menciptakan sistem budidaya, perlu dibuat pola produksi yang terarah sesuai konsep agribisnis. Untuk itu diperlukan spesifikasi budidaya mulai dari tahap pembenihan sampai pembesaran ikan nila.

Budidaya Subsistem Pembenihan




Peternak ikan nila pada subsistem ini memulai usaha dari pemeliharaan induk nila sampai menghasilkan benih tunggal kelamin jantan (monosex) berukuran 3-5 cm. Tujuan menghasilkan benih monosex dikarenakan pada proses budidaya, perkembangan nila jantan dan nila betina lebih cepat nila jantan. Peternak nila pada subsistem ini harus betul-betul mampu menjaga kondisi dan kualitas induk ikan nila yang diberikan.

Budidaya Subsistem Pendederan

Peternak ikan nila pada subsistem ini memulai usaha dari pemeliharaan benih ikan nila berukuran 3-5 cm sampai mencapai ukuran 8–10 cm atau 15–20 gr. Tanggung jawab pendeder adalah menjaga agar benih ikan berkualitas tinggi yang dihasilkan dari budidaya subsistem pembenihan tidak tercampur dengan ikan nila lain.

Budidaya Subsistem Pembesaran

Pembudidaya ikan nila pada subsistem ini memulai usaha dari pemeliharaan benih nila ukuran 8 – 10 cm sampai mencapai ukuran konsumsi, baik ukuran ikan konsumsi untuk pasar lokal, 200-250 gr, maupun ukuran ikan nila konsumsi untuk ekspor, di atas 500 gram.

Budidaya Subsistem Pengolahan Hasil dan Pemasaran Ikan Nila

Peternak nila pada subsistem ini mengolah hasil subsistem pembesaran mulai dari seleksi ukuran, pemfilletan, pengepakan, penyimpanan, dan pemasaran.

Budidaya Subsistem Penunjang

Pembudidaya nila pada subsistem ini menyediakan sarana dan prasarana produksi yang dibutuhkan keempat subsistem di atas, baik memproduksi sarana dan prasarana produksi tersebut maupun sebagai penyalur.

MENGENAL IKAN NILA GIFT

Morfologi

Dilihat dari samping tubuh ikan nila gift memanjang dengan perbandingan panjang dan tinggi kurang lebih 2 : 1. Sementara perbandingan tinggi dan lebar kurang lebih 4 : 1. Ini menunjukan bahwa tubuh nila gift lebih tebal dibanding nila lokal. Tanda lainnya adalah warna tubuhnya hitam agak keputihan, bagian bawah tutup insang berwarna putih. Sisik ikan nila gift besar, kasar, dan tersusun rapi. Sepertiga sisik bagian belakan menutupi sisik bagian depan. Tubuhnya memiliki garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis bagian atas pada nila gift berbentuk memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung.
Sementara linea lateralis bagian bawah memanjang mulai dari bagian bawah sirip punggung hingga pangkal sirip ekor. Ukuran kepalanya relatirf kecil dengan mulut berada di ujung kepala. Mata ikan nila gift besar. Ikan nila gift memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin) dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggung memanjang mulai dari bagian atas tutup insang sampai bagian atas sirip ekor. Sirip dada dan sirip perut masing-masing ada sepasang berukuran kecil. Sirip anus hanya ada satu dengan bentuk memanjang. Sirip ekor hanya ada satu dengan bentuk membulat.

Syarat Hidup

Ikan nila gift sangat toleran terhadap lingkungan hidupnya baik suhu, pH, maupun kadar garam. Itulah sebabnya nila gift dapat dibudidayakan di berbagai lingkungan, baik air tawar maupun air payau, atau baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Nila gift hidup pada kisaran suhu 14–38°C. Namun suhu optimal untuk perkembangan berkisar 25–30°C. Ikan nila gift juga sangat toleran terhadap derajat keasaman, yaitu pada kisaran pH air 5–11. pH optimal untuk perkembangan ikan nila gift adalah 7–8. Dengan proses adaptasi secara bertahap, ikan ini mampu hidup pada kadar garam 0–29 permil.

Kebiasaan Hidup

Ditinjau dari kebiasaan makannya, ikan nila gift tergolong ikan omnivora, yaitu pemakan segala. Hal ini sangat menguntungkan peternak nila karena mudah mencari pakan. Jenis makanan yang dibutuhkan tergantung umur ikan nila. Pada stadia larva makanan utamanya adalah alga bersel tunggal, seperti Crustacea kecil dan benthos. Setelah mencapai ukuran benih, nila gift lebih menyukai zooplanton , seperti Rotifera sp., Moina sp., dan Daphnia sp. Namun tidak jarang benih nila makan alga yang menempel pada bak. Bila dipelihara secara intensif di kolam atau karamba, benih ikan nila gift dapat diberi pakan tambahan dalam bentuk tepung dengan kandungan protein 25%.
Bila ditinjau dari kebiasaan berkembang biak, ikan nila gift bukan tergolong ikan musiman, karena mampu berkembang biak sepanjang tahun. Frekuensi pemijahan lebih banyak terjadi pada musim hujan dengan selang waktu 6–8 minggu. Namun dengan pemberian pakan cukup, selang waktu pemijahan ikan nila gift bisa lebih pendek, yaitu 4 minggu. Proses pemijahan hanya dimulai dengan pembuatan sarang oleh induk nila jantan dan pembuahan telur. Sarang berupa lekukan di dasar kolam dengan diameter tergantung panjang tubuhnya. Biasanya diameter sarang berkisar 1,5–2 kali panjang tubuhnya dengan kedalaman 5–10 cm. Setelah pembuatan sarang dilanjutkan proses pemijahan yang berlangsung 50-60 detik dan dikeluarkan sebanyak 20-30 telur. Peristiwa ini berlangsung berkali-kali selama 20-60 menit dengan pasangan yang sama. Seekor induk ikan betina dengan berat 600 gr 2.000-3.000 telur dan dapat menetas sebanyak 800 – 1600 butir. Telur berdiameter 2,5 2,8 mm, berwarna kuning dan tenggelam tetapi tidak menempel. Ikan ini tergolong jenis mouth breeder, yaitu mengerami telur dalam mulutnya. Pengeraman ini dilakukan oleh induk ikan betina sejak dibuahi sampai menetas, yaitu selama 6-8 hari. Larva berukuran 4- 6 mm akan diasuh oleh induk betina di pinggir kolam. Bila ada bahaya induk ikan betina akan menyedot anaknya dan menyimpan dalam mulut. Larva yang sudah kuat berenang berukuran 8-12 mm dan memiliki sifat menggerombol. Dalam perkembangbiakannya nila gift bersifat poligami, yaitu satu induk jantan dapat mengawini beberapa induk betina. Induk ikan jantan yang sudah pernah memijah dapat mencari pasangannya yang lain. Tanda induk nila jantan sudah siap memijah adalah tubuhnya tampak bercahaya dan bersifat agresif.

PEMBENIHAN IKAN NILA

Benih ikan merupakan faktor terpenting untuk mencapai keberhasilan budidaya nila. Oleh sebab itu benih ikan nila harus tersedia dalam jumlah cukup serta berkualitas tinggi. Pembenihan nila dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi sederhana sampai intensif.

Penyiapan Induk Ikan Nila

Keberhasilan usaha budidaya subsektor pembenihan nila sangat dipengaruhi oleh keadaan dan kualitas induk ikan nila. Oleh sebab itu induk nila yang digunakan harus diperoleh dari instansi perikanan atau pihak lain yang ditunjuk sebagai penyedia induk. Hal ini harus dilakukan agar keaslian dan kemurnian genetik ikan nila dapat dipertahankan.
Ciri-ciri fisik induk nila jantan serta betina berkulitas baik adalah sehat, bentuk normal, tahan terhadap serangan penyakit dan perubahan lingkungan, sisik besar tertata rapi, kepala relatif lebih kecil, badan tebal, gerakan lincah, serta merespon baik terhadap pakan tambahan.
Nila gift mulai dipijahkan setelah berumur 5-6 bulan. Selang waktu pemijahan berkisar 3-6 minggu. Masa produktif gift sebagai induk berkisar antara 1,5-2 tahun. Bila ikan nila gift sudah berumur dua tahun, induk nila gift harus segera diganti. Biasanya induk dengan umur lebih dari dua tahun sudah tidak produktif lagi. Bila tetap dipijahkan kualitas benih ikan nila akan menurun.
Sebelum dipijahkan induk nila jantan dan betina harus dipisahkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan telur berkualitas baik, memudahkan penyeleksian induk yang sudah dan belum memijah serta menghindarkan terjadinya pemijahan liar. Pakan tambahan diberikan sebanyak 3% dari bobot total.

Pembenihan Sistem Ekstensif

Kolam pemijahan dibuat dengan bentuk persegi panjang. Dasar kolam terdiri dari tiga bagian, yaitu pelataran, kemalir, dan kobakan. Kobakan dibuat untuk memisahkan benih dengan induk nila. Kobakan dibuat dua buah, satu untuk penampungan induk nila yang terletak di dekat pintu pengeluaran, dan satu untuk penampungan benih ikan nila yang dibuat di depan kobakan penampungan induk. Kobakan penampungan induk ikan nila dibuat dengan kedalaman 4 cm panjang dan lebar disesuaikan dengan jumlah induk ikan nila yang dipelihara. Sementara kobakan untuk penampungan benih ikan dibuat dengan kedalaman 15 cm.
Pemupukan perlu dilakukan dengan dosis 300-400 g/m2 menggunakan pupuk kandang yang telah difermentasi. Pemupukan kolam bertujuan untuk menyediakan pakan alami larva ikan yang sudah menetas, sehingga akan diperoleh benih nila yang berkualitas baik. Kolam pemijahan diairi hingga mencapai ketinggian air 30-40 cm. Penebaran induk ikan nila dilakukan dengan perbandingan 1 ekor jantan dan 3 ekor betina dengan kapadatan 1 ekor/m2. Pakan tambahan harus mengandung protein minimal 25% dan diberikan sebanyak 3% bobot induk nila setiap hari.
Panen nila dilakukan saat benih ikan masih kecil yaitu benih berukuran 8-12 mm atau benih berukuran 2-3 cm dengan cara menyurutkan air perlahan hingga mencapai ketinggian tertentu. Biasanya induk nila akan masuk kemalir lalu tertampung dalam kobakan. Sementara larva nila akan mencari aliran air baru dan naik melalui kemalir kemudian larva akan tertampung dalam kobakan penampungan benih. Benih ikan nila yang sudah tertampung dalam kobakan bisa diambil dengan hati-hati menggunakan jaring halus dan ditampung dalam hapa yang sudah disiapkan. Seleksi benih nila dilakukan dengan menggunakan ayakan yang diberi lubang sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Benih ikan berukuran lebih kecil akan keluar melalui lobang tersebut.
Larva nila belum bisa langsung dibudidayakan dalam kolam pendederan, tetapi terlebih dahulu harus dipelihara dalam kolam pemeliharaan benih selama 3-4 minggu hingga benih nila mencapai ukuran 3-5 cm. Kolam pemeliharaan benih ikan nila harus dipersiapkan 5-7 hari sebelum panen larva. Pemupukan pada kolam pemeliharaan benih ikan juga perlu dilakukan dengan dosis 300-400 g/m2. Penebaran dilakukan pada hari yang sama saat panen larva nila dengan padat penebaran 150-250 ekor/m2. Pemberian pakan tambahan menggunakan tepung pelet dengan kandungan protein minimal 25%. Untuk 100.000 ekor larva nila pemberian pakan per hari pada minggu I sebanyak 1 kg, minggu II sebanyak 1,5-2,5 kg, minggu III sebanyak 3-4 kg, minggu IV sebanyak 4,5-5,5 kg. Debit air yang masuk ke dalam kolam sebanyak 1-2 liter/detik.

PENDEDERAN IKAN NILA

Pendederan nila dilakukan selama 6-8 minggu hingga benih ikan mencapai ukuran 8-10 cm atau 15-20 gram. Agar pemeliharaan berhasil dengan baik, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain tempat pemeliharaan, ukuran benih, padat penebaran dan lama pemeliharaan. Tempat pemeliharaan sebaiknya dilakukan di persawahan dan harus dipersiapkan sebaik-baiknya, meliputi penggaruan, pemupukan, perbaikan pematang dll. Ukuran benih ikan nila harus seragam, hal ini dimaksudkan untuk menghindari persaingan perebutan makanan. Padat penebaran harus disesuaikan dengan ukuran saat panen. Jangan sampai kolam terlalu padat saat benihnila mulai tumbuh berukuran lebih besar. Lama pemeliharaan tergantung pada permintaan ukuran benih ikan setelah panen.
Penebaran benih nila dilakukan saat suhu masih rendah. Penebaran benih berukuran 3-5 cm dengan padat penebaran 2-50 ekor/m2. Pemberian pakan tambahan perlu dilakukan dengan menggunakan tepung pellet berkadar protein minimal 25%. Dosis pemberiannya 3-5% dari berat total perhari. Pengontrolan harus dilakukan terutama untuk mengantisipasi kebocoran kolam. Benih nila sangat suka mengikuti arus air, sehingga apabila terjadi kebocoran, bisa dipastikan banyak benih ikan yang hilang.

PEMBESARAN IKAN NILA

Pembesaran di Kolam

Pada dasarnya budidaya tahap pembesaran di kolam sama dengan budidaya tahap pendederan. Perbedaannya pada ukuran benih, padat penebaran, dan masa pemeliharaannya.
Penebaran dilakukan dengan menggunakan benih nila berukuran 8-10 cm atau 15-20 gr dengan padat penebaran 10-15 ekor/m2. Pakan tambahan mutlak diberikan setiap hari menggunakan pellet dengan ukuran disesuaikan pertumbuhan ikan nila. Pakan tambahan diberikan sebanyak 3-4% dari berat toral dengan kandungan protein minimal 25%. Masa pemeliharaan disesuaikan dengan permintaan pasar untuk ukuran ikan konsumsi. Masa pemeliharaan budidaya tahap pembesaran nila bisa mencapai 4-6 bulan. Bila kondisi selama budidaya baik, tingkat keberhasilan budidaya pembesaran ikan nila bisa mencapai 85%.

PUPUK ORGANIK

Pupuk organik sangat diperlukan dalam pertanian modern. Ekploitasi lahan secara terus menerus menggunakan pupuk kimia ternyata justru mengakibatkan berkurangnya tingkat kesuburan tanah. Pemberian pupuk kimia atau pupuk sintesis yang berlebisan telah membuat lahan pertanian menjadi kurang produktif akibat menurunnya kesuburan tanah. Salah satu cara untuk mengembalikan kesuburan tanah adalah dengan pemberian bahan-bahan organik ke dalam tanah. Dewasa ini, propaganda dan sosialisasi pemupukan organik telah dilakukan secara simultan, baik oleh pemerintah, lembaga sosial, maupun lembaga swasta.

Pengertian

Merupakan pupuk yang terbuat dari bahan dasar yang diambil dari alam dengan kandungan unsur hara alamiah. Pupuk organik merupakan bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Dalam pemberian pupuk untuk tanaman, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu seberapa besar pengaruh terhadap perkembangan sifat tanah, baik fisik, kimia maupun biologi, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif yang bersifat merugikan. Pertimbangan lain yang harus diperhatikan adalah keseimbangan unsur hara dalam tanah. Keseimbangan unsur hara yang tidak ideal justru akan mempengaruhi penyerapan unsur hara tertentu oleh tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal.

Terbentuknya Pupuk Organik




Di dalam tanah banyak terdapat organisme pengurai baik organisme makro maupun mikro. Pupuk ini terbentuk karena kerjasama organisme pengurai dengan cuaca serta perlakuan manusia dalam mengolah bahan-bahan organik. Sisa bahan organik dihancurkan oleh organisme dan unsur-unsur terurai diikat menjadi senyawa. Senyawa tersebut harus larut dalam air sehingga memudahkan absorbsi oleh akar tanaman. Makro organisme berperan dalam mentranslokasikan sisa bahan organik dari bentuk kasar menjadi lebih halus. Sementara mikroorganisme berperan dalam penguraian bahan organik menjadi unsur hara sehingga mudah diserap tanaman setelah menjadi senyawa. Beberapa mikroorganisme penting antara lain, ganggang, fungi, actinomycetes, serta bakteri.

Fungsi dan Peran di dalam Tanah

Salah satu pembentuk tanah adalah bahan organik, sehingga penambahan bahan organik ke dalam tanah sangat penting. Pemupukan organik berpengaruh positif terhadap tanaman. Dengan bantuan jasad renik dalam tanah maka bahan organik akan berubah menjadi humus. Humus merupakan perekat bagi butir-butir tanah saat membentuk gumpalan. Akibatnya susunan tanah akan menjadi lebih baik terhadap gaya-gaya perusak dari luar, seperti hayutan air (erosi). Selain itu pemupukan organik akan menambah unsur hara sekalipun dalam jumlah kecil.

Penambahan hara, humus, serta bahan organik dalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh dalam jangka panjang.
Pemupukan secara organik menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah. Sehingga sifat fisik dan kimia tanah ikut diperbaiki. Pemberian pada tanah berpasir mengakibatkan daya ikat tanah meningkat. Pemberian pada tanah berlempung akan menjadi ringan, daya ikat air menjadi tinggi, daya ikat tanah terhadap unsur hara meningkat, serta drainase dan tata udara tanah dapat diperbaiki. Tata udara yang baik dengan kandungan air cukup akan menyebabkan suhu tanah lebih stabil serta aliran air dan aliran udara tanah lebih baik.

Sifat biologi tanah dapat diperbaiki, sehingga mekanisme jasad renik menjadi hidup. Pendapat beberapa ahli menyebutkan bahwa pemupukan organik akan meningkatkan populasi musuh alami patogen sehingga akan menekan aktivitas saprofitik patogen. Pemupukan organik tidak merugikan kesehatan ataupun mencemari lingkungan.

Kelemahan

Ada beberapa kelemahan dari pemupukan secara organik, antara lain :
  • Pemupukan organik menggunakan pupuk kandang terkadanag masih sering mengandung biji-bijian tanaman pengganggu. Biji-bijian yang termakan ternak tidak akan tercerna sehingga dapat tumbuh mengganggu tanaman.
  • Sering menjadi faktor pembawa hama penyakit karena mengandung larva atau telur serangga sehingga tanaman dapat diserang.
  • Kandungan unsur haranya sulit diprediksi.
  • Kandungan unsur haranya jauh lebih rendah dibanding pupuk anorganik sehingga dosis penggunaannya jauh lebih tinggi. Akibatnya biaya transportasi, gudang, serta tenaga kerja meningkat.
  • Respon tanaman lebih lambat, karena sifatnya yang slow release.
  • Penerapan hasil bioteknologi, seperti pupuk mikroba, masih jarang digunakan. Sehingga penambahan jumlah mikroorganisme dalam tanah kurang optimal.

Bentuk Pupuk Organik

Dilihat dari bentuknya ada dua jenis pupuk, yaitu pupuk padat dan cair. Pupuk padat sudah lazim digunakan petani. Aplikasi pemupukan organik padat dapat dengan cara ditabur atau dibenamkan dalam tanah. Sementara organik cair berbentuk cairan. Pada umumnya, organik cair merupakan ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan dengan pelarut seperti air, alkohol, atau minyak. Senyawa organik yang mengandung unsur karbon, vitamin, atau metabolit sekunder dapat berasal dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung tulang, atau enzim. Pengaplikasian organik cair umumnya dengan cara disemprotkan ke tanaman atau dikocorkan ke tanah.

Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan pupuk dari hasil fermentasi kotoran hewan ternak baik dalam bentuk padat maupun cair. Jumlah serta kandungan unsur hara baik kotoran padat maupun cair masing-masing ternak berbeda-beda. Perbedaan itu detentukan kondisi dan jenis hewan serta jumlah dan jenis pakan hewan tersebut. Akan tetapi selisih dari kandungan hara tersebut juga sangat tipis, sehingga tidak perlu menjadi pertimbangan untuk menentukan pupuk kandang yang akan digunakan. Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap, baik makro maupun mikro. Dilihat dari proses dekomposisinya pupuk kandang dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas merupakan pupuk yang terbentuk karena proses penguraian oleh mikroorganisme berlangsung cepat sehingga menghasilkan panas. Contoh puuk kandang panas antara lain kotoran ayam dan kuda. Sedangkan pupuk dingin merupakan pupuk yang terbentuk karena proses penguraian oleh mikroorganisme berlangsung sangat pelan sehingga tidak menghasilkan panas. Contoh pupuk kandang dingin antara lain, kotoran sapi, kerbau, dan babi.

Kompos

Kompos merupakan pupuk hasil pelapukan bahan-bahan tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun-daunan, rumput-rumputan, limbah organik pengolahan pabrik, serta sampah organik. Pemrosesan atau daur ulang limbah industri organik merupakan cara tepat untuk menjaga kelestarian lingkungan. Hasilnya dapat digunakan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Pengomposan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, pengaturan kondisi mikroklimat, seperti suhu atau kelembaban, dan menambahan mikroorganisme pengurai atau dekomposer sebagai aktivator. Pengomposan berarti merangsang perkembangan bakteri (jasad renik) untuk menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan agar terurai menjadi senyawa lain. Dalam proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukar larut menjadi senyawa organik larut (tersedia) sehingga langsung bisa diserap tanaman. Pengomposan juga bertujuan menurunkan rasio C/N. Jika bahan organik yang memiliki rasio C/N tinggi tidak dikomposkan dan langsung diberikan ke dalam tanah maka proses penguraiannya akan terjadi di tanah, mengakibatkan CO2 dalam tanah meningkat sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman, bahkan pada tanah ringan mengakibatkan daya ikat terhadap air rendah serta struktur tanahnya berserat dan kasar.

Pupuk Hijau

Pupuk hijau adalah pupuk yang memanfaatkan jaringan tanaman hijau. Jenis tanaman yang sering digunakan sebagai pupuk hijau adalah tanaman leguminose. Secara umum ciri-ciri tanaman yang dapat digunakan sebagai pupuk hijau adalah : pertumbuhannya cepat, perakarannya dangkal, bagian atas lebat dan sukulen, tanaman tahan terhadap kekeringan dan mampu tumbuh baik di tanah miskin hara. Beberapa keuntungan memanfaatkan tanaman leguminose sebagai pupuk hijau antara lain : - Leguminose mampu menambat N dari udara, sehingga dapat menambah unsur N dalam tanah. - Leguminose mampu mendorong aktivitas mikroorganisme. - Leguminose mampu mendorong struktur tanah menjadi lebih remah. - Leguminose dapat bekerja sebagai pelindung erosi tanah. Cara aplikasi pupuk hijau dapat dengan membenamkannya ke dalam tanah atau sebagai mulsa penutup tanah.

Pupuk Mikroba

Pupuk mikroba merupakan formulasi inokulan strain-strain mikroba unggul untuk meningkatkan atau menambah unsur hara dalam tanah. Keberadaannya sangat berperan bagi pertanian organik berkelanjutan. Ada beberapa jenis pupuk mikroba di pasaran, antara lain mikroba penambat N, mikroba pelepas (pelarut) fosfat, serta mikroba dekomposer.

BUDIDAYA LELE (TERNAK LELE)

Budidaya Lele (Ternak Lele) - Ikan lele merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi serta peluang bisnis cukup menjanjikan. Disamping cara budidaya lele cukup mudah, komoditas perikanan ini juga sangat digemari oleh berbagai kalangan. Seperti kita ketahui bersama, bahwa hampir semua kios-kios penjual pecel lele selalu dipadati oleh pengunjung. Hal ini membuktikan bahwa cita rasa masyarakat terhadap komoditas ikan lele cukup tinggi. Selain harganya murah, tekstur daging maupun kelezatannya secara umum cukup istimewa.

PELUANG BUDIDAYA LELE

Berternak ikan lele mempunyai peluang usaha cukup menjanjikan mengingat selera konsumen sangat tinggi akan jenis ikan ini. Beberapa kelebihan dari komoditas ikan lele diantaranya adalah tekstur dagingnya cukup kenyal, tidak banyak tulang diantara dagingnya sehingga memudahkan orang saat sedang mengkonsumsinya, ikan lele juga memiliki kandungan protein cukup tinggi (bisa dijadikan sebagai salah satu sumber protein alternatif). Disamping harganya terjangkau, juga memiliki cita rasa cukup enak, sehingga banyak digemari masyarakat. Dengan berbagai kelebihan tersebut, tidak mengherankan jika semakin hari permintaan ikan lele semakin meningkat. Apalagi sekarang banyak dijual produk-produk makanan olahan berbahan dasar lele, hal tersebut tentunya akan semakin meningkatkan konsumsi masyarakat akan ikan lele.
Tingginya permintaan konsumen, baik lokal maupun internasional, menjadikan potensi agribisnis budidaya ikan lele semakin terbuka lebar dari hari ke hari. Melihat fenomena ini, tidak mengherankan jika masyarakat berbondong-bondong mulai mencoba menjalankan bisnis ternak ikan lele. Disamping peluang pasar cukup besar, kegiatan budidaya juga dapat dilakukan oleh setiap orang, karena teknik budidaya lele yang diterapkan cukup mudah serta kebutuhan modal selama proses budidaya juga tidak begitu tinggi.
Usaha budidaya ikan lele selain dapat dilakukan sebagai salah satu usaha utama, juga dapat dijadikan sebagai usaha sampingan. Salah satu faktor paling menentukan keberhasilan usaha budidaya lele ini adalah kedisiplinan. Oleh karena itu, jika kegiatan budidaya lele akan dijadikan sebagai usaha sampingan, sebaiknya peternak lele harus mencari tenaga kerja berkedisiplinan tinggi. Jika tidak, dikhawatirkan usaha budidaya akan terbengkelai sehingga berakibat terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan dalam berternak. Selain disiplin, penguasaan teknik dan cara budidaya lele yang benar juga menjadi faktor penting selama proses budidaya, terutama harus dikuasai oleh peternak lele. Jika kedua faktor telah dipenuhi maka besar kemungkinan usaha ternak ikan lele akan menuai hasil tinggi.

LINGKUP KEGIATAN BUDIDAYA LELE




Ternak ikan lele merupakan kegiatan agribisnis perikanan (pertanian dalam arti sempit) yang menitikberatkan pada usaha produksi ikan lele mulai dari pembenihan hingga masa panen. Berdasarkan bentuk kegiatannya, budidaya ikan lele dibagi beberapa subsektor, yaitu budidaya lele subsektor pembenihan, pendederan, maupun subsektor pembesaran lele. Pada budidaya subsektor pembenihan ikan lele, orientasi kegiatan budidaya terutama bertujuan menghasilkan benih yang akan dipelihara di subsektor pendederan lele. Sedangkan budidaya lele subsektor pendederan berorientasi menyediakan benih lele siap dipelihara di kolam pembesaran. Sementara itu, budidaya lele subsektor pembesaran memiliki orientasi kegiatan menghasilkan produk siap konsumsi.
Artikel ini akan membahas mengenai cara berternak lele secara umum, mulai dari teknik budidaya lele pembenihan sampai pembesaran ikan lele. Seperti telah dikatakan bahwa berternak ikan lele merupakan salah satu kegiatan budidaya perikanan yang perlu mendapat perhatian serius. Selain karena permintaan pasar sangat tinggi, baik konsumsi nasional maupun ekspor, kegiatan usaha budidaya lele juga bisa dilakukan di lahan sempit sehingga dapat mengoptimalkan lahan sempit di sekitar kita. Sebelum berternak ikan lele, sebaiknya perlu dipahami terlebih dahulu mengenai ikan lele itu sendiri. Hal tersebut terutama difokuskan pada karakteristik, morfologi, maupun kebiasaan hidup ikan, baik di dalam kolam pemeliharaan maupun di alam bebas. Namun, pada artikel ini kami tidak membahasnya lebih lanjut. Mengenai informasi seputar morfologi, syarat hidup, maupun kebiasaan hidup ikan, bisa dilihat pada artikel Mengenal Ikan Lele

BUDIDAYA LELE TAHAP PEMBENIHAN

Kegiatan ini memfokuskan kegiatan budidaya lele pada pengadaan benih atau larva ikan. Adapun faktor utama penentu keberhasilan adalah kualitas induk ikan. Oleh karena itu, sebelum melakukan kegiatan ternak ikan lele subsektor pembenihan ini, terlebih dahulu harus melakukan survey untuk menyediakan induk ikan lele berkualitas. Indukan berkualitas akan menghasilkan benih atau larva ikan berkualitas pula sehingga perolehan keuntungan menjadi lebih optimal.
Secara teknis, kegiatan budidaya lele subsektor pembenihan dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa teknik atau sistem budidaya, yaitu secara tradisional, semiintensif, maupun intensif. Budidaya lele pembenihan secara tradisional pada dasarnya merupakan teknik budidaya lele dengan memanfaatkan potensi maupun sumberdaya apa adanya, selain itu teknologi budidaya yang diterapkan biasanya berdasarkan pengalaman peternak ikan secara turun temurun. Mengenai teknik budidaya pembenihan ikan lele tradisional juga telah kami ulas lebih terperinci dalam artikel lain, bisa Anda kunjungi artikel Budidaya Ikan Lele Pembenihan Secara Tradisional.
Sementara itu, pembenihan ikan lele secara semiintensif merupakan perpaduan dari teknik budidaya pembenihan lele secara modern atau intensif dengan teknik budidaya pembenihan lele tradisional. Pada kegiatan ini, peternak lele memanfaatkan potensi maupun sumberdaya seperti pada budidaya pembenihan ikan lele tradisional, tetapi teknik pelaksanaan kegiatan budidaya lele pembenihan sudah dilakukan secara intensif, terutama dalam hal proses pematangan gonad dari induk-induk ikan. Pada teknik budidaya pembenihan ikan lele semiintensif ini, peternak lele telah memanfaatkan kemajuan teknologi dengan cara penyuntikan kelenjar hipofisa pada induk-induk ikan. Untuk lebih jelasnya, telah kami ulas lebih terperinci dalam artikel lain, silahkan baca kunjungi Budidaya Ikan Lele Pembenihan Semiintensif.
Sedangkan teknik budidaya pembenihan ikan lele secara intensif merupakan kegiatan pembenihan lele yang dilakukan sepenuhnya memanfaatkan kemajuan teknologi, baik sumberdaya maupun teknik budidaya lele yang diterapkan. Berhubung kami belum bisa mengumpulkan referensi secara lengkap mengenai teknologi budidaya pembenihan ikan lele secara intensif, maka kami belum bisa menyajikan informasi tentang hal itu. Selain itu, dengan mempertimbangkan faktor kecukupan modal peternak, akan lebih rasional untuk menerapkan teknologi budidaya pembenihan ikan lele secara tradisional maupun semiintensif.

KEGIATAN BUDIDAYA LELE PENDEDERAN

Usaha ternak ikan lele tahap pendederan pada intinya merupakan kegiatan pemeliharaan lele mulai dari memelihara benih atau larva ikan berukuran 1-3 cm, yang dihasilkan dari kegiatan budidaya subsektor pembenihan ikan lele hingga mencapai ukuran 3-5 cm. Biasanya kegiatan budidaya lele tahap ini memerlukan waktu kurang lebih 2-3 minggu. Selain itu, teknik ternak ikan lele tahap pendederan biasanya meliputi beberapa kegiatan, diantaranya penebaran benih lele, pengaturan air, pemberian pakan tambahan, pengendalian hama dan penyakit ikan lele, serta kegiatan panen. Hasil panen tahap pendederan lele selanjutnya dipelihara lagi pada tahap pembesaran, proses ini bisa dilakukan baik di kolam terpal, kolam tanah, maupun kolam tembok (semen).

Penebaran Bibit Lele

Penebaran bibit lele tahap pendederan sangat rentan terhadap kematian, terutama diakibatkan stress maupun luka saat penangkapan atau pengangkutan ikan. Padat penebaran lele antara 500-700 ekor/m2. Sehingga untuk kolam seluas 10 m2 bisa ditebar bibit ikan sebanyak 5.000-7.000 ekor. Penebaran bibit lele harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar resiko dapat diminimalisir, berikut cara penebaran bibit ikan lele untuk mengurangi resiko stres maupun luka akibat pemanenan dan pengangkutan :
  • Pemindahan bibit lele sebaiknya dilakukan pagi hari atau sore hari saat suhu air belum terlalu tinggi. Tujuannya adalah untuk mempercepat proses adaptasi bibit lele tebaran di lingkungan barunya. Jika pemindahan bibit dilakukan saat siang hari, apalagi jika terik matahari tinggi, bisa dipastikan bibit ikan banyak mengalami stress yang mengakibatkan tingkat kematian sangat tinggi.
  • Pengambilan bibit lele dilakukan menggunakan jaring dengan ukuran net rapat serta lembut. Tujuannya adalah agar bibit ikan lele tidak banyak mengalami kerusakan sehingga menimbulkan stress saat dilakukan penangkapan. Penangkapan menggunakan jaring kasar dikhawatirkan akan melukai tubuh bibit. Jika tubuh atau kulit ikan mengalami gesekan dengan benda kasar bahkan sampai terjadi luka atau lecet, akan mempengaruhi daya hidup saat dipindahkan ke kolam pemeliharan lain.
  • Bibit ikan lele hasil tangkapan kemudian ditempatkan di wadah yang sudah diisi air dari kolam yang akan digunakan sebagai tempat penebaran larva atau benih. Penggunaan air pada kolam penebaran larva lele bertujuan meningkatkan daya adaptasi benih di tempat barunya. Jika jarak kolam pendederan tersebut tidak cukup jauh, maka bisa menggunakan wadah berupa ember. Namun bila jaraknya lumayan jauh, sebaiknya bibit ikan hasil tangkapan terlebih dahulu dikumpulkan dalam hapa agar sirkulasi oksigen tetap terjamin. Sedangkan pemindahannya bisa menggunakan kantong plastik berisi oksigen.
  • Setelah wadah cukup penuh, bibit lele segera dipindah ke kolam penebaran secara hati-hati. Cara penebarannya adalah, wadah dimasukkan dalam kolam pendederan perlahan-lahan sampai air kolam masuk ke dalam wadah. Dengan cara demikian bibit lele yang baru dipindahkan akan berenang keluar dari wadah dengan sendirinya. Cara tersebut cukup efektif untuk mengurangi resiko bibit ikan lele mengalami stres di lingkungan perairan barunya.

Cara Pengaturan Air

Kualitas air kolam pendederan ikan lele perlu dijaga, cara paling efektif adalah penggunaan air mengalir sistem paralon secara kontinyu dengan debit air tidak terlalu besar. Debit air terlalu besar justru kurang baik untuk pertumbuhan maupun perkembangan ikan lele.
Pada ternak ikan lele pendederan, kualitas air tidak terlalu cepat menurun. Hal ini dikarenakan ukuran ikan masih sangat kecil, sehingga kotoran dari ikan belum begitu banyak. Pakan tambahan diberikan sebanyak 3-5% dari jumlah total berat benih lele peliharaan. Pakan ikan tambahan diberikan dalam bentuk tepung. Pemberiannya sebanyak tiga kali, yaitu setiap pagi, siang serta sore hari. Pemberian pakan lele jangan sampai berlebihan, agar sisa pakan tidak mengendap. Pengendapan pakan ikan di dasar kolam dapat menurunkan kualitas air kolam.

Pemberian Pakan Tambahan

Bibit ikan berukuran 1-3 cm belum dapat makan pelet dalam bentuk butiran sehingga di minggu pertama tidak perlu diberikan pakan ikan tambahan. Bibit lele akan memakan pakan alami yang telah tersedia di kolam, seperti plankton, kutu air (Daphnia sp.) ataupun cacing sutra (Tubifex sp.) Untuk itu, usahakan agar kolam ikan mengandung banyak pakan alami, misalnya dapat memberikan pupuk kandang fermentasi saat pembuatan kolam ikan. Setelah ikan lele memasuki minggu kedua sampai ketiga perlu diberi pakan tambahan dalam bentuk tepung. Pakan ikan diberikan sebanyak tiga kali, tiap pagi, menjelang sore serta malam hari. Pemberian pakan tambahan dilakukan sedikit demi sedikit, sampai tidak ada lagi bibit ikan yang mengejar pakan (sekitar 3-5% dari berat total).

Pengendalian Hama dan Penyakit Lele

Pada tahap ini, peternak lele harus betul-betul memperhatikan kesehatan ikan dari ancaman hama dan penyakit pengganggu selama budidaya lele. Jika tidak diperhatikan, bisa jadi usaha budidaya lele kita tidak akan mencapai hasil optimal seperti harapan. Larva atau benih lele yang masih kecil belum memiliki daya tahan sebaik ikan remaja atau dewasa. Pada ukuran ini, benih sangat rentan baik terhadap perubahan lingkungan maupun serangan hama dan penyakit lele. Serangan hama ikan lele sebetulnya kurang signifikan, namun tetap memerlukan perhatian. Sebaliknya serangan penyakit baik disebabkan karena faktor eksternal maupun internal justru sangat perlu mendapat perhatian serius agar hasil produksi mencapai titik optimal.
Hama pengganggu selama berternak lele pendederan meliputi ular, burung, kadal, serta katak. Usahakan pencegahan terhadap serangan hama-hama tersebut supaya tidak mudah masuk ke dalam kolam ikan. Pencegahan dapat dilakukan menggunakan anyaman bambu untuk menutup permukaan kolam. Selain itu juga harus dilakukan sanitasi lingkungan di areal kolam, agar kehadirannya dapat ditekan. Bila hama telah terlanjur masuk, harus segera dikeluarkan dari kolam ikan.
Pencegahan penyakit selama budidaya lele bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan air serta pengaturan pH air. Kebersihan air perlu mendapat perhatian serius, karena jika air kolam kondisinya kotor, baik akibat pemberian pakan ikan secara berlebihan maupun sisa-sisa kotoran ikan, akan berpotensi menimbulkan serangan penyakit. Selain itu, usahakan nilai pH air tetap dalam kondisi optimal untuk menopang pertumbuhan benih atau larva lele, yaitu berkisar antara 6,5-6,8. Jika nilai pH air terlalu rendah, bisa ditambahkan kapur pertanian sesuai tingkat kebutuhan. Pengukuran nilai pH air bisa menggunakan kertas lakmus ataupun pH tester.
Apabila bibit lele menunjukan tanda-tanda terserang penyakit (terutama jamur), bisa diberikan malachite green oxalite 1-5 ml atau methylene blue 10 ml per 1 meter kubik air.

Seleksi Bibit Lele Hasil Panen

Setelah berumur 18 hari bibit ikan lele diseleksi menggunakan ayakan bibit berukuran 3-5 cm. Ayakan bibit dapat berupa ember atau alat lain yang diberi lubang berukuran sebesar lingkaran tubuh bibit. Bibit ikan yang terlepas dari ember menunjukkan bahwa bibit tersebut tidak lolos seleksi, karena ukurannya masih terlalu kecil. Selanjutnya bibit lele tersebut kembali dimasukkan ke dalam kolam pemeliharaan agar mencapai ukuran sesuai kehendak. Sedangkan bibit lele yang tersisa di ember merupakan bibit lolos seleksi atau telah mencapai ukuran 3-5 cm. Bibit-bibit ikan berukuran 3-5 cm dapat dipanen untuk selanjutnya dibesarkan pada budidaya lele pendederan tahap kedua, atau bisa juga dapat langsung dijual di pasar. Bibit tersebut merupakan bibit ikan lele berkualitas tinggi karena memiliki kecepatan pertumbuhan tinggi. Oleh karena itu, bibit lele hasil seleksi pertama biasanya dijual oleh peternak lele dengan harga lebih mahal. Selain kecepatan pertumbuhannya, menggunakan bibit lele berkualitas juga dapat meningkatkan daya hidup selama masa pemeliharaan lele tahap berikutnya.
Seleksi kedua dilakukan saat bibit ikan lele telah dipelihara selama 21 hari. Kualitas bibit sedikit di bawah bibit ikan lele hasil seleksi pertama. Bibit ikan yang tidak lolos seleksi pertama maupun kedua merupakan bibit sisa. Bibit sisa ini dapat terus dibesarkan hingga mencapai ukuran 3-5 cm. Akan tetapi kualitas bibit ikan sisa tentunya tidak begitu baik.
Kegiatan berternak lele pendederan tahap kedua tidak berbeda jauh dengan ternak ikan lele pendederan tahap pertama, hanya kepadatan penebaran harus dikurangi menjadi 250-300 ekor/m2. Pemeliharaan bibit lele tahap ini dilakukan sampai bibit ikan telah mencapai ukuran 8-12 cm.

BUDIDAYA LELE TAHAP PEMBESARAN

Pada budidaya lele tahap pembesaran dapat dilakukan baik di kolam terpal maupun permanen. Secara umum, teknik pemeliharaan pada kegiatan budidaya ini, baik di kolam terpal, permanen atau semipermanen tidak jauh berbeda. Hal paling mendasar penyebab perbedaan tersebut adalah pembuatan kolam pemeliharaan. Teknik membuat kolam ikan secara permanen dapat dilihat lebih lengkap pada artikel kami Cara Membuat Kolam Ikan. Sedangkan cara pembuatan kolam terpal secara sederhana akan sedikit kami uraikan di bawah ini.

Budidaya Lele Pembesaran Kolam Terpal

Berternak lele tahap pembesaran merupakan upaya budidaya lele sampai ukuran layak konsumsi. Biasanya dari berat 1 ons sampai 1 kg per ekor. Pada dasarnya metode budidaya lele tahap ini merupakan solusi untuk beberapa kondisi antara lain lahan sempit, modal kecil, serta daerah minim air. Ikan lele merupakan ikan yang memiliki beberapa keistimewaan dan banyak diminati orang. Salah satunya adalah kemampuannya bertahan hidup meskipun di perairan kurang baik. Oleh karena itu, ternak ikan lele menjadi salah satu solusi bagi daerah-daerah dengan irigasi kurang baik.
Secara teknis, berternak lele kolam terpal tergolong mudah. Selain tidak memerlukan air dalam jumlah banyak, ikan juga relatif tahan terhadap serangan penyakit. Pengaturan suhu air maupun pemberian pakan ikan dalam jumlah cukup merupakan kunci keberhasilan budidaya. Selain lebih mudah dipelihara, lele juga memiliki pertumbuhan lebih cepat. Meskipun hidup dalam kondisi air “buruk” masih mampu bertahan hidup bahkan berkembang baik sehingga solusi berternak ikan lele kolam terpal menjadi alternatif pilihan. Ternak ikan lele dumbo sistem kolam terpal mendatangkan peluang usaha cukup menjanjikan serta tidak memerlukan modal besar. Analisis usahatani ikan lele dapat dilakukan dalam berbagai model baik untuk konsumsi maupun pembibitan.
Persiapan Pembuatan Kolam Terpal
Persiapan yang dapat dilakukan untuk budidaya lele kolam terpal meliputi persiapan lahan kolam, material terpal, serta perangkat pendukung. Lahan yang perlu disediakan disesuaikan dengan keadaan maupun kapasitasnya. Untuk budidaya lele tahap pembesaran sampai tingkat konsumsi bisa digunakan lahan dengan ukuran 2 x 1 x 0.6 meter. Model pembuatan kolam dapat dilakukan dengan menggali tanah kemudian diberi terpal atau membuat rangka dari kayu kemudian diberi terpal. Cara pertama membuat terpal tahan lebih lama.
Penebaran Bibit Lele untuk Kolam Terpal
Pengisian air kolam dilakukan secara bertahap. Saat penebaran, pengisian air hanya setinggi 40 cm agar bibit lele tidak terlalu sulit saat mengambil oksigen. Penebaran bibit ikan untuk kolam terpal adalah bibit berukuran 5-7 cm dengan kepadatan 40 ekor/m2. Waktu pemeliharaan antara 2-4 bulan, tergantung ukuran panen yang dikehendaki.

Pemeliharaan Ikan Lele

Secara teknis, pemeliharaan ikan pada budidaya lele tahap pembesaran meliputi beberapa kegiatan, diantaranya pengaturan air, pemberian pakan ikan, serta pengendalian hama dan penyakit ikan lele. Saat ikan berumur tujuh hari, ketinggian air perlu ditambah menjadi 50 cm. Ada baiknya disediakan rumpon atau semacam perlindungan karena ikan lele merupakan jenis ikan yang senang bersembunyi di daerah tertutup.
Pemberian pakan ikan dilakukan sehari tiga kali, tiap pagi, siang, maupun sore hari. Pakan ikan tambahan diberikan sedikit demi sedikit sampai tidak ada lagi ikan yang mengejar pakan. Jika di lingkungan tersedia pakan alami seperti bekicot, kerang, keong emas, rayap dll, bisa diberikan makanan alami tersebut. Makanan alami selain bisa menghemat pengeluaran juga memiliki kandungan protein tinggi untuk membantu mempercepat pertumbuhan ikan.

Pemberian Pakan Alternatif Ikan Lele

Pakan merupakan salah satu faktor input terbesar yang akan meningkatkan biaya produksi agribisnis ternak ikan lele. Mengandalkan pakan ikan dari pabrik saja, tentu akan mengakibatkan pembengkakan biaya. Hal ini sangat terkait dengan peran pakan sebagai salah satu faktor utama penentu keberhasilan budidaya. Oleh karena itu, sebagai petani atau peternak lele yang berorientasi mendapatkan keuntungan besar di setiap kegiatan budidaya, maka dibutuhkan kreatifitas dalam menekan biaya pemeliharaan. Salah satu upaya penekanan ini adalah menekan biaya pembelian pakan ikan. Oleh karena itu, pemberian pakan alternatif harga murah serta mudah didapat perlu dilakukan selama berternak lele.
Pakan ikan alternatif harus memiliki nilai gizi yang cukup tinggi agar mampu menopang pertumbuhan ikan selama masa pemeliharaan. Di lingkungan sekitar lokasi budidaya lele, biasanya terdapat berbagai jenis pakan alternatif berkualitas, tidak kalah dibanding pakan ikan hasil industri. Oleh karena itu, ada baiknya ketika menentukan lokasi budidaya juga mempertimbangkan kebutuhan pakan alternatif di lingkungan setempat. Jika di lingkungan sekitar tersedia berbagai sumber pakan alternatif melimpah, bisa dipastikan peternak lele akan mendapatkan keuntungan lebih besar. Apalagi jika nutrisinya mampu mengimbangi pakan ikan industri, maka biaya pemeliharaan untuk pembelian pakan ikan bisa dipangkas habis.

Pertimbangkan Nutrisi Ikan

Pemberian pakan ikan akan menjadi faktor utama dalam menopang pertumbuhan maupun perkembangan ikan. Bagi peternak lele profesional, tentu saja harus mempertimbangkan nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan lele peliharaannya, sehingga baik pertumbuhan maupun perkembangannya dapat seoptimal mungkin agar mencapai kesuksesan dalam berternak lele. Oleh karena itu, saat melakukan pemberian pakan ikan juga harus mempertimbangkan kecukupan nutrisi ikan.
Beberapa hal terkadang diabaikan oleh peternak lele, padahal penting diketahui yaitu mengenai kebutuhan nutrisi ikan ini. Apalagi jika kegiatan budidaya lele mengandalkan pemberian pakan alternatif untuk menopang pertumbuhan maupun perkembangan ikan, bisa jadi pakan alternatif tidak mempertimbangkan kecukupan nutrisi. Oleh karena itu, pengetahuan tentang nutrisi ikan menjadi sangat penting selama berternak lele, bahkan sebaiknya dikuasai peternak lele profesional.
Meskipun ikan lele mampu bertahan hidup dalam kondisi air kurang baik, namun pada kegiatan ternak ikan lele intensif perlu adanya kegiatan menjaga kualitas air agar kondisinya tetap optimal untuk pertumbuhan. Penggantian air dilakukan seminggu sekali, kurang lebih 10-30% dari volume air kolam, agar kolam tidak terlalu kotor serta untuk mengurangi serangan penyakit. Penyakit ikan lele mudah menyerang ketika kondisi air terlalu kotor.
Seleksi ikan dilakukan saat lele berumur satu bulan. Biasanya ikan ini mengalami pertumbuhan tidak sama, sehingga harus segera dipisahkan. Jika dibiarkan, ikan berukuran kecil akan kalah bersaing berebut makanan. Selain itu, pemisahan juga dilakukan terhadap ikan lele yang terindikasi terserang penyakit agar mencegah penularan. Dengan perlakuan serta penanganan tepat dan disiplin, maka tingkat keberhasilan usaha budidaya lele semakin besar.

Pemanenan

Panen merupakan kegiatan akhir yang dinanti-nantikan oleh para peternak lele. Kegiatan panen adalah kegiatan memetik hasil setelah melalui serangkaian proses usaha budidaya panjang. Pada kegiatan ini, peternak lele akan menantikan hasil jerih payahnya selama proses budidaya lele. Keberhasilan usaha ternak ikan lele yang dijalankan dapat diukur dari seberapa besar perolehan hasil panennya.
Ikan lele dapat dipanen saat berumur dua bulan. Pada umur ini, ikan lele telah siap untuk dikonsumsi. Panen saat berusia dua bulan akan menghasilkan ukuran ikan ideal untuk memenuhi permintaan pasar terutama warung pecel lele. Tetapi jika menghendaki ukuran lebih besar, maka proses budidaya lele bisa dilanjutkan lebih lama lagi, yaitu hingga 3-4 bulan.
Meskipun demikian, sebaiknya ukuran panen disesuaikan permintaan pasar, sehingga peternak lele tidak kesulitan ketika memasarkan hasil panennya. Jangan sampai hasil panen lele mengalami kesulitan pemasaran hanya karena ukuran ikan tidak dikehendaki konsumen, sehingga akan mempengaruhi harga jual. Hal ini tentunya dapat berakibat terhadap penurunan keuntungan usahatani lele secara signifikan karena ukuran sesuai permintaan biasanya memiliki nilai ekonomis lebih tinggi.

Demikian informasi terbaik yang dapat kami sajikan, semoga artikel budidaya lele (ternak lele), bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih atas kunjungannya, salam Tanijogonegoro!

KOPI LUWAK

Kopi Luwak merupakan salah satu produk kopi yang dikenal memiliki cita rasa sangat istimewa dan hingga saat ini merupakan kopi premium, kopi ini dibanderol dengan harga sangat tinggi. Kopi ini juga menjadi primadona para penggemar kopi kalangan menengah ke atas. Untuk mengetahui lebih banyak mengenai kopi luwak, pada artikel kali ini kami akan berbagi informasi tentang Civet Coffee.

LUWAK

Sebelum mengulas tentang kopi luwak terlebih dahulu akan kami ulas sekilas tentang luwak. Apa itu luwak? Luwak adalah hewan menyusui (mamalia), termasuk suku musang dan garangan (Viverridae). Luwak dengan nama ilmiah Paradoxurus hermaphroditus merupakan salah satu hewan yang mempunyai indera penciuman sangat tajam, sehingga makanan yang dipilih luwak termasuk sangat istimewa. Luwak memiliki bau yang berubah-ubah, terkadang luwak berbau harum seperti bau pandan, namun terkadang luwak berubah menjadi pekat dan memualkan. Bau ini berasal dari kelenjar dekat anus luwak.

Di beberapa daerah di Indonesia, luwak dikenal dengan beberapa nama seperti Musang oleh orang Betawi, Luak atau Luwak itu sendiri oleh orang Jawa, sedangkan orang Sunda mengenalnya dengan sebutan Careuh. Dalam bahasa Inggris, luwak disebut dengan Common Palm Civet, Common Musang, House Musang, Mentawai Palm Civet, atau Toddy Cat.

Luwak, si hewan yang memiliki kebiasaan mencari buah-buahan terbaik dan tua ini mampu mencium aroma buah kopi yang khas. Dengan indera penciuman luwak yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul masak optimal untuk kemudian dijadikan santapan makan. Biji kopi yang dimakan luwak tidak ikut tercerna di dalam lambung. Biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna oleh luwak akan keluar bersama kotoran luwak setelah mengalami proses fermentasi sempurna dan keluar dalam keadaan utuh. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan sederhana, sehingga pencernaan luwak tidak mampu mencerna makanan keras seperti biji kopi.

Dalam mencari makanan, luwak aktif pada malam hari baru kemudian akan tidur di siang harinya. Luwak tidak segan-segan mencari makanan di atas pohon dengan memanjatnya, meskipun akhirnya luwak turun kembali untuk memakannya. Biasanya luwak lebih suka makan buah-buahan dan hewan-hewan kecil. Buah-buahan yang sering dimakan luwak seperti pepaya, mangga, pisang, melon, dan sebagainya. Sedangkan hewan yang dimangsa luwak berupa tikus, kadal, serangga, bekicot, cacing tanah, serta hewan kecil lain.

Luwak diyakini oleh masyarakat desa sebagai hewan yang senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik sebagai makanannya. Sehingga ketika memakan biji kopi, luwak mampu memilih biji kopi pilihan, karena secara naluri Luwak hanya memakan buah kopi yang benar-benar matang dan mempunyai aroma khusus. Pada buah kopi matang terdapat sejenis aroma yang sangat khas, wangi seperti buah anggur atau buah lechi sehingga disukai oleh Luwak. Biji kopi dari buah kopi terbaik itulah sangat digemari Luwak.

Meskipun Luwak terkadang berbau menyengat tetapi luwak lebih suka tinggal di tempat-tempat bersih. Bahkan ketika membuang kotoran pun, Luwak memilih tempat bersih, misalnya di tanah kering, di atas bebatuan, dan di atas batang pohon tumbang.

Biji kopi luwak sering diburu oleh para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi ini memang terasa spesial di kalangan penggemar kopi dunia. Untuk itulah menjadikan Civet Coffee mempunyai harga yang sangat mahal.

KOPI LUWAK (CiVET COFFEE)




Apa itu Civet Coffee?
Civet Coffee adalah jenis kopi olahan dengan bahan dasar berasal dari biji kopi terbaik yang telah dimakan oleh luwak dan melewati saluran pencernaan luwak kemudian keluar lagi bersama kotoran luwak. Biji kopi yang keluar bersama kotoran luwak berupa gumpalan memanjang dan terdiri dari biji kopi yang bercampur lendir, yang sebelumnya telah mengalami proses fermentasi dalam perut luwak. Kotoran tersebut kemudian dibersihkan dengan cara mencucinya hingga tersisa biji kopi yang betul-betul bersih. Perlu untuk diperhatikan saat pencucian adalah memastikan bahwa biji kopi tersebut telah benar-benar bersih dan terbebas dari lendir maupun kotoran luwak lain. Penanganan selanjutnya adalah pengeringan biji kopi menggunakan sinar matahari penuh atau disebut dengan full sun drying, sehingga biji kopi yang sudah benar-benar kering menjadi biji kopi luwak.

Kenikmatan Kopi Luwak

Siapa yang tidak pernah mengetahui popularitas kenimatan kopi yang satu ini? Kenikmatan Civet Coffee pada dasarnya sudah diketahui semenjak penjajahan Belanda di tanah air. Namun, kabar mengenai kenimatan kopi istimewa ini baru dikenal luas pada tahun 1980an oleh para penggemar kopi dunia. Cita rasa yang sangat berbeda pada Civet Coffee dengan jenis kopi pada umumnya menjadikan harga kopi ini menjadi sangat mahal dan bisa dikatakan tidak terjangkau oleh kalangan menengah ke bawah. Bayangkan, di luar negeri, harga kopi ini bisa mencapai Rp 5-8 juta per kilogram. Popularitas dan harga kopi ini telah menggeser dua kopi eksklusif dunia lain, yaitu kopi Hacienda dari Panama (dibaderol dengan harga Rp 1.5 juta per kilogram) dan kopi St. Helena dari Afrika (dibanderol dengan harga Rp 1 juta per kilogram). Dengan banderol harga semahal itu, popularitas Civet Coffee semakin melambung, bahkan kopi ini dijuluki sebagai “The Most Expensive Coffee in the world”.

SEJARAH KOPI LUWAK

Civet Coffee sebenarnya sudah dikenal sejak jaman kolonial Belanda. Asal mulanya tidak terlepas dari sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di Hindia Belanda terutama pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel (1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan (pribumi) memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi. Tetapi penduduk pribumi ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Karena keinginannya itu pekerja perkebunan mencoba untuk memungut biji kopi yang tercecer. Pada perkembangannya para pekerja menemukan bahwa ada sejenis luwak yang gemar memakan buah kopi. Hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopi masih tetap utuh. Biji kopi tersebut keluar bersama kotoran luwak. Biji kopi dalam kotoran luwak ini oleh para pekerja dikumpulkan, dicuci, kemudian diolah menggunakan peralatan sederhana. Kopi itulah hingga kini disebut kopi luwak. Ternyata kopi ini memiliki rasa yang berbeda dan luar biasa. Kabar mengenai kenikmatan Civet Coffee akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya tidak lazim, Civet Coffee menjadi kopi termahal sejak jaman kolonial.

DAERAH PENGHASIL KOPI LUWAK

Kabupaten Lampung Barat hingga tahun 2010 mempunyai luas areal perkebunan kopi mencapai 59.357 ha, dengan produksi 61.201 ton dan produktivitas sebesar 1.095 kg/ha/tahun. Perkebunan kopi ini menjadi sumber pendapatan bagi 84.796 KK dan menjadi sentra penghasil kopi terbesar di Provinsi Lampung serta terkenal dengan kopi luwak-nya. Tidak tanggung-tanggung, kualitas kopi yang dihasilkan dari perkebunan kopi di Kabupaten Lampung Barat ini dikenal sebagai komoditas kopi termahal di dunia. Kopi dari Lampung Barat ini juga telah diekspor ke beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Hongkong, Kanada, Jepang, dan Korea.

Bagaimanapun, Kopi luwak di daerah ini telah menambah khasanah kekayaan jenis-jenis kopi eksotis nusantara. Bahkan Kopi luwak Indonesia, khususnya kopi yang dihasilkan dari perkebunan di Kabupaten Lampung Barat, memiliki reputasi sangat baik di mata dunia internasional, bahkan disebut-sebut sebagai salah satu Civet Coffee dengan harga termahal dan komoditas terlangka di dunia. Selain mengharumkan nama daerah, keberadaan kopi luwak Indonesia juga memberikan kontribusi dalam kehidupan dan penghidupan baik bagi petani, pedagang, produsen kopi, maupun para pekerjanya. Dengan demikian, pihak yang terlibat dalam rantai tersebut akan meningkat kesejahteraannya.

Daerah Lain Penghasil Civet Coffee :

Gayo, Aceh; Sidikalang; Desa Janji Maria, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padang Lawas, 40 kilometer dari Laguboti; Kota Pagaralam; Semende, Kabupaten Muara Enim; Jawa Barat; Jawa Timur

PENGOLAHAN Civet Coffee

Civet Coffee diolah dengan cara yang tidak jauh berbeda dengan cara pengolahan kopi pada umumnya. Perbedaan pada cara pengolahan kopi tersebut hanya terletak pada proses fermentasi biji kopi di dalam perut atau organ pencernaan luwak. Biji kopi yang digunakan sebaiknya dari biji kopi arabika segar dan sudah matang. Biji kopi diberikan sebagai pakan luwak, kemudian di dalam perut luwak, biji kopi tersebut akan tercampur dengan enzim-enzim yang terdapat pada pencernaan luwak. Proses fermentasi dalam perut luwak ini bisa berlangsung dalam waktu 80-12 jam. Biji kopi yang sudah tercampur dengan enzim di dalam perut luwak akan menciptakan cita rasa kopi eksotis dengan aroma wangi. Dengan demikian, kopi ini menjadi kopi dengan kenikmatan luar biasa, terutama di mata para penggemar kopi.

Urutan Proses Pengolahan Civet Coffee

  • Bahan berupa biji kopi arabika yang sudah tua atau masak batang dan masih segar.
  • Biji kopi tersebut diberikan kepada luwak sebagai pakan. Setelah biji kopi berada dalam perut luwak, maka akan terjadi proses fermentasi yang berlangsung kurang lebih 8-12 jam.
  • Kotoran yang dikeluarkan oleh luwak berupa gumpalan-gumpalan yang terdiri dari biji kopi yang tidak tercerna bercampur dengan lendir. Biji kopi atau kotoran luwak (Brenjel Raw) tersebut kemudian dijemur dibawah terik panas matahari (Full Sun Drying) hingga kadar air tersisa 20% - 25%.
  • Biji kopi yang telah dijemur kemudian dipisahkan dari kulit ari menggunakan mesin tumbuk sehingga menjadi Green Bean/pasir kopi siap digoreng.
  • Penjemuran Green Bean/pasir kopi di bawah terik matahari (Full Sun Drying) hingga kadar air tersisa 16%
  • Pencucian Green Bean/pasir kopi hingga bersih.
  • Penjemuran kembali Green Bean/pasir kopi hingga kadar air 10-11%.
  • Biji kopi yang telah berkadar air 10-11% kemudian disangrai
  • Pembubukan biji kopi yang telah disangrai untuk menghasilkan kopi halus dan siap seduh.
  • Setelah proses pembubukan selesai, lalu bubuk kopi tersebut didinginkan, kemudian dimasukkan dalam kemasan sesuai dengan takaran yang diinginkan.

KEUNGGULAN KOPI LUWAK

Maraknya penelitian berkaitan dengan manfaat kopi semakin menjadikan Civet Coffee memiliki kharisma tersendiri di kalangan penggemar kopi. Kandungan asam pada kopi luwak tergolong rendah sehingga kopi ini aman untuk oleh penderita maag. Kandungan kafein pada kopi luwak juga tergolong rendah sehingga kopi ini tidak begitu membahayakan untuk diminum oleh penderita jantung. Kandungan protein yang rendah pada kopi luwak menjadikan kopi ini sebagai pilihan yang cocok untuk mendukung program diet rendah protein. Untuk cita rasa, kopi jenis ini tidak perlu diragukan lagi, memiliki cita rasa yang tidak begitu pahit dan menyuguhkan kenikmatan luar biasa dengan kekentalan lebih tinggi. Kandungan enzim proteolitik yang dihasilkan dari proses fermentasi di dalam perut luwak memberikan aroma wangi yang khas. Keunggulan lain dari Civet Coffee adalah dapat meningkatkan kinerja otak, sehingga bagi orang yang mengkonsumsi kopi ini secara rutin dapat mengurangi resiko kepikunan maupun parkinson. Satu lagi, Civet Coffee juga dapat meningkatkan vitalitas dan stamina terutama bagi pria. Jadi tunggu apalagi, jika Anda memiliki kemampuan untuk membeli kopi ini, segera dapatkan Civet Coffee.

BUDIDAYA BELUT

Budidaya Belut merupakan salah satu cabang usaha perikanan darat yang memiliki potensi bisnis sangat tinggi sehingga kegiatan tersebut memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi di sektor perikanan. Produktivitas kegiatan budidaya di sektor perikanan masih memungkinkan untuk dikembangkan, salah satunya adalah memperbaiki dan meningkatkan teknologi budidaya serta melakukan inovasi dalam kombinasi faktor-faktor produksi. Berternak belut merupakan kegiatan agribisnis perikanan yang perlu mendapatkan perhatian serius, mengingat potensi bisnisnya begitu besar bahkan teknologi budidaya yang diterapkan pun relatif lebih mudah diaplikasikan oleh petani atau peternak belut. Salah satu kelemahan dari usaha budidaya ini adalah minimnya pasokan benih belut, sehingga petani banyak yang kesulitan untuk mendapatkan benih.

PELUANG USAHA BUDIDAYA BELUT SAWAH

Kegiatan budidaya untuk jenis ikan belut memang belum banyak dilakukan secara kultur di kolam-kolam atau tempat-tempat pemeliharaan lain, karena dianggap kurang diminati konsumen. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini banyak diproduksi makanan olahan berbahan dasar belut, baik dalam bentuk basah maupun kering. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan masyarakat terhadap komoditas perikanan. Meningkatkan permintaan terhadap komoditas belut secara otomatis akan menciptakan peluang agribisnis tersendiri. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika kini berternak belut mulai banyak dilirik oleh pelaku agribisnis. Mereka berusaha membidik peluang pasar budidaya ini meskipun di daerah-daerah tertentu pengadaan benih belut sangat sulit untuk didapatkan. Pada artikel pendek ini, hanya akan dibahas mengenai cara budidaya untuk konsumsi, dengan masa budidaya selama 2-3 bulan.

CARA BUDIDAYA




Meskipun mudah dilakukan, tetapi teknik atau cara budidaya belum banyak diketahui oleh peternak belut. Hal ini disebabkan secara kultur teknis ternak belut memang masih belum banyak dilakukan. Untuk mendapatkan informasi mengenai teknik budidaya yang baik dapat Anda simak pada ulasan-ulasan di bawah ini, namun sebelum melangkah lebih lanjut, tidak ada salahnya kalau kita mengenal belut lebih dalam lagi untuk sedikitnya membantu memudahkan proses budidaya disamping juga menambah wawasan kita sebagai seorang petani belut.

Deskripsi Belut Sawah

Di Indonesia dikenal ada tiga jenis ikan yang disebut belut. Ketiga jenis ikan tersebut adalah Monopterus albus Zuiew, Synbranchus bengalensis Mc. Clellland, serta Macrotema caligans Cantor. Monopterus albus Zuiew di Indonesia dikenal dengan sebutan welut, lindung. Sementara itu, Synbranchus bengalensis Mc. Clellland, dikenal dengan sebutan kirai. Sedangkan Macrotema caligans Cantor dikenal dengan istilah belut.
Ketiga jenis ikan di atas termasuk dalam Family Synbranchidae serta Ordo Synbranchoidea. Dari ketiga jenis belut tersebut, Monopterus albus termasuk dalam jenis belut sawah yang sering dijumpai di lahan-lahan persawahan.
Tubuh belut sawah licin berbentuk bulat panjang seperti ular, tetapi tidak memiliki sisik. Belut sawah memiliki sirip punggung serta sirip dubur. Sirip-sirip tersebut berbentuk lipatan-lipatan kulit tanpa jari sirip.
Belut sawah tergolong binatang hermaprodit protogyni. Daur hidupnya dimulai dari masa juvenil (hermaprodit), berkembang menjadi belut betina, selanjutnya masuk dalam masa inter-sex, kemudian berkembang lagi menjadi belut jantan. Namun, hingga saat ini belum ada kepastian kapan belut sawah mengalami perubahan kelamin tersebut. Berbagai penelitian telah dilakukan, tetapi hasilnya masih sangat bervariasi. Beberapa ahli telah melakukan penelitian terhadap perubahan jenis kelamin maupun ukuran tubuhnya.
Berdasarkan hasil penelitian, dilakukan oleh Ir. Djatmika D.H. di daerah Magelang, Jawa Tengah dan Bantul, Yogyakarta, pada tahun 1982, diperoleh hasil mengenai ukuran serta jenis kelamin belut sawah sebagai berikut:

Benih, merupakan belut berukuran 2-2.7 cm, berwarna putih dengan sedikit warna merah muda. Di dekat kepala, terdapat bagian berwarna hijau, bagian ini merupakan kantong kuning telur cadangan makanannya.
Belut betina memiliki panjang tubuh sekitar 20-28 cm , warna punggungnya hijau kecoklatan atau kehitaman, warna perut putih kekuning-kuningan, sedangkan ukuran kepala maupun tengkuknya relatif kecil. Ekor berbentuk memanjang serta bagian ujungnya lancip.
Fase Intersex terjadi pada belut yang memiliki panjang tubuh antara 29-35 cm, warna tubuh bagian atas atau punggungnya coklat kehitaman, sedangkan warna bagian perut kuning kecoklatan, ukuran kepala maupun tengkuk relatif lebih besar bila dibanding belut betina, ekor agak panjang serta bagian ujungnya agak tumpul.
Belut jantan memiliki panjang tubuh antara 36-48 cm, bahkan di lapangan seringkali ditemui belut jantan berukuran lebih panjang daripada ukuran tersebut. Bagian tubuh atas atau punggung berwarna coklat kehijauan, sementara bagian perut berwarna kuning kecoklatan. Ukuran kepala maupun tengkungnya relatif besar, ekornya pendek, serta bagian ujungnya tumpul.

Sistematika

Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata (Craniata)
Class : Pisces
Sub-class : Teleostei
Ordo : Synbranchoidea
Familia : Synbranchidae
Genus : Monopterus
Species : Monopterus albus

Lingkungan Hidup

Belut sawah hidup di daerah persawahan maupun parit-parit di sawah. Mereka hidup di daerah lumpur atau tanah becek sampai kedalaman berkisar 10 cm. Biasanya banyak ditemukan di daerah-daerah pertanaman padi, terutama pada saat masa-masa awal penanaman. Hal ini disebabkan pada masa-masa tersebut, sawah masih digenangi air sehingga masih berlumpur. Sarangnya dibuat dengan cara menggali lubang seperti terowongan berliku, dalam hal ini pola sarang menyerupai huruf U. Binatang ini menyukai media dingin sebagai tempat tinggalnya. Suhu optimal saat budidaya berkisar antara 21 – 27 derajat celsius. Apabila mengalami kenaikan temperatur air, maka belut sawah akan meninggalkan tempat tersebut. Belut sawah mampu hidup di perairan dengan kandungan oksigen terlarut rendah, dimana pada kondisi tersebut, ikan-ikan air tawar lainnya sudah tidak lagi mampu mempertahankan hidupnya. Hal tersebut dikarenakan selain bernapas menggunakan insang juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa lipatan-lipatan kulit tipis (lipatan kulit tipis ini terdapat di rongga mulutnya). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Monopterus albus memiliki daya hidup cukup baik. Inilah salah satu kelebihannya sebagai salah satu komoditas perikanan masa depan. Tingginya daya hidup tersebut membuat potensi agribisnis budidaya ikan jenis ini semakin terbuka lebar, sehingga keberhasilan usaha budidaya lebih terjamin.

Kandungan Gizi

Belut selain rasanya enak serta banyak mengandung vitamin, juga mengandung kalori tinggi. Kandungan zat gizi setiap 100 gram berat ikan mengandung kalori 303 gram, protein 14 gram, lemak 27 gram, kalsium 0,02 gram, besi 0,001 gram, vitamin A 1,6 gram, vitamin B1 0,0001 gram, vitamin C 0,002 gram serta mengandung air 58 gram.

Teknik Budidaya

Secara teknis, kegiatan budidaya ini tidak diperlukan persyaratan khusus seperti budidaya ikan lainnya. Pelaksanaan kegiatan budidaya juga dapat dilakukan pada kolam kecil maupun besar. Bagian dasar kolam maupun dinding kolam belut sebaiknya dibuat permanen.

Bak

Bak untuk budidaya berukuran panjang 3 meter, lebar 1 meter, kedalaman 1,2 meter dimana sedalam 0,7 m berada dalam tanah (dengan cara digali), tujuannya agar media bak selalu dalam keadaan dingin sehingga suhu dalam media sesuai kondisi lingkungan hidup ideal untuk berternak belut. Pembuatan bak sebaiknya tidak terlalu besar agar proses pemeliharaan dalam kegiatan budidaya tersebut tidak mengalami hambatan serius.

Komposisi Media

Komposisi dan cara pembuatan media budidaya disusun dari bawah ke atas meliputi lumpur sawah, jerami, pupuk kandang fermentasi, pelepah pisang, dedak halus, lumpur sawah. Susun media tersebut hingga ketebalan 40 cm. Setelah tersusun media digenangi air hingga ketinggian 60 cm dari dasar kolam, selama kurang lebih 1 bulan. Tujuannya agar proses pelapukan berjalan sempurna sehingga tidak menimbulkan gas beracun setelah benih belut dimasukkan. Sesekali dilakukan penggantian air agar media memperoleh oksigen terlarut cukup sehingga bakteri dekomposer dapat melakukan aktivitas perombakan secara optimal. Disamping itu penggantian air juga bertujuan untuk menghilangkan buih-buih hasil pelapukan. Untuk mengontrol apakah proses pelapukan sudah sempurna atau belum dapat dilakukan dengan memasukkan jentik-jentik nyamuk dalam media. Apabila jentik-jetik nyamuk tersebut mati, berarti proses pelapukan belum sempurna.
Setelah bak beserta media budidaya selesai dipersiapkan serta dinyatakan proses pelapukan sudah sempurna, maka penebaran benih belut dapat dilakukan.

A. Teknik Pemijahan

a. Pemilihan Induk

Induk belut yang akan dipijahkan di dalam kolam sebaiknya telah memenuhi syarat ukuran badan. Induk betina memiliki panjang di bawah 30 cm, sedangkan induk jantan sekitar 40 cm. Pada ukuran tersebut biasanya induk belut sudah siap kawin. Komposisi induk di dalam kolam adalah 1 induk jantan dan 2 induk betina untuk tiap 1 m² kolam.

b. Pemantauan Pemijahan

Untuk mengetahui kapan induk belut bertelur, kolam pemijahan harus diperiksa. Jika di permukaan kolam sudah terdapat gelembung-gelembung busa, berarti pemijahan akan segera dimulai. Agar memudahkan penangkapan benih belut nantinya, bagian berbusa diberi tanda dengan cara menancapkan bambu atau kayu kecil. Busa ini akan menghilang setelah 10 hari, artinya ikan telah selesai kawin. Telur-telur hasil pemijahan tersebut akan menetas dalam waktu 10 hari kemudian.
Selanjutnya, benih belut berumur 5 hari sebaiknya segera diambil untuk dipisahkan dari induknya. Pengangkatan benih belut dilakukan secara hati-hati menggunakan serokan berbahan halus agar meminimalir resiko terjadinya luka di tubuh. Setelah benih belut diangkat, induk pun diangkat untuk diistirahatkan dalam kolam penampungan induk. Di kolam penampungan, induk belut diberi makan cincangan daging bekicot, keong emas, gedebog pisang, ikan, anak kodok, belatung, atau cacing tanah agar tetap terpelihara serta sehat. Jumlah pakan ikan yang diberikan per hari sebanyak 5% dari berat tubuh.
Kolam pemijahan disiapkan lagi untuk pemijahan berikutnya. Caranya dengan menaburkan pupuk kandang berupa kotoran sapi atau ayam, ketebalan tebaran pupuk kandar sekitar 10 cm. Pemupukan ini bisa ditambahkan dedak halus atau serpihan jerami. Induk belut betina pada periode pemijahan sebelumnya dapat dipakai sebagai induk jantan, sementara induk jantan tidak perlu dipakai lagi sebab sudah tidak potensial. Induk belut ini sebaiknya dijual atau dikonsumsi saja.

B. Pemilihan Benih Belut

Kualitas benih belut memegang peran penting dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya. Untuk itu, sebaiknya hanya benih belut berkualitas yang dipilih untuk didederkan. Benih berkualitas memiliki syarat-syarat sebagai berikut.
  1. Anggota tubuhnya masih utuh, mulus atau tidak ada bekas luka gigitan.
  2. Gerakan tubuhnya lincah dan agresif.
  3. Penampilannya sehat, dicirikan tubuh ikan keras, tidak lemas jika dipegang.
  4. Tubuhnya berukuran kecil, berwarna kuning kecoklat-coklatan.
  5. Usianya 2-4 bulan.

Budidaya Tahap I

Pada budidaya tahap I, benih belut yang ditebar berukuran 5 – 8 cm, padat penebaran ikan 150 ekor/m2. Setelah dua bulan dipelihara benih belut sudah berukuran 15 cm. Belut siap dikonsumsi sebagai belut kering (goreng tepung) atau dipelihara pada budidaya tahap II. Belut ukuran ini sangat sulit ditangkap karena sudah bisa membenamkan diri dalam lumpur. Cara penangkapan salah sayunya dengan cara memasang perangkap (bubu) yang dipasang berderet sebelum pengeringan.

Budidaya Tahap II

Pada budidaya tahap II, benih belut yang ditebar adalah hasil dari budidaya tahap I, yaitu belut ukuran 15 cm, padat penebaran ikan 25 ekor/m2. Untuk membantu pertumbuhan, perlu diberikan pakan tambahan berupa cacing tanah, bekicot, atau sisa-sisa dapur. Setelah dua bulan, belut sudah berukuran 25–20 cm. Belut ukuran ini siap untuk dikonsumsi, selain itu juga paling banyak dicari konsumen.

Pakan Ikan Tambahan

Budidaya untuk jangka waktu kurang dari 4 bulan tidak memerlukan pakan ikan tambahan karena sudah cukup memperoleh makanan dari media yang dibuat. Tetapi untuk menjunjang pertumbuhan belut, pemberian pakan tambahan seperti di atas bisa dilakukan. Pemberian pakan belut jangan berlebihan. Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai jenis, kuantitas, serta kualitas pakan belut sawah.

PANEN

Panen belut sawah dilakukan dengan cara mengambil serta memindahkan lumpur yang dijadikan sebagai media budidaya. Pengambilan lumpur biasanya membutuhkan alat bantu berupa papan. Pindahkan lumpur atau media budidaya ke bak lain sedikit demi sedikit. Dengan pengambilan atau pemindahan lumpur tersebut, maka belut akan merasa terancam terganggu, secara naluriah ia akan menyingkir ke tempat lain yang lebih aman. Setelah lumpur habis maka belut sawah tinggal diambil untuk dipindahkan ke wadah penampungan.

Demikian informasi singkat ini kami sajikan mengenai budidaya belut, semoga bermanfaat. Salam Tanijogonegoro!

HAMA PENYAKIT TANAMAN CABAI

Artikel kali ini, kami akan mengulas Hama dan Penyakit Tanaman Cabai secara khusus, karena budidaya cabe berpotensi mencapai nilai ekonomis sangat tinggi. Sehingga pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai secara terpadu sangat diperlukan untuk mengurangi resiko kerugian yang lebih besar.

HAMA TANAMAN CABAI

Hama Gangsir (Brachytrypes portentosus)

Hama ini menyerang tanaman cabai muda saat malam hari. Serangannya dilakukan pada awal penanaman cabe ketika baru pidah tanam, Pada siang harinya, hama bersembunyi di dalam tanah. Gangsir membuat liang di dalam tanah sampai kedalaman 90 cm. Hama gangsir merusak tanaman cabai muda dengan cara memotong pangkal batang tapi tidak memakannya.
Upaya pengendalian : Taburkan insektisida berbahan aktif karbofuran pada lubang tanam sebanyak 1 gram.

Hama Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)




Hama ulat tanah menyerang tanaman cabai muda saat malam hari, ketika siang harinya ia akan bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Hama ulat tanah menyerang tanaman cabai dengan cara memotongnya, terutama pada batang cabai muda. Hama ulat ini juga dikenal dengan nama ulat pemotong karena kebiasaannya memakan batang cabai hingga terputus.
Upaya pengendalian : Taburkan insektisida berbahan aktif karbofuran pada lubang tanam sebanyak 1 gram, atau pemberian umpan beracun, yaitu dedak yang diberi insektisida berbahan aktif metomil, kemudian diberikan pada lubang tanam ketika sore hari. Pemberian umpan beracun cukup efektif untuk mengendalikan Agrotis ipsilon.

Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Hama ini menyerang bagian daun tanaman cabai secara bergerombol. Daun cabai yang terserang berlubang dan meranggas. Pada serangan parah, daun tanaman cabai hanya tinggal epidermisnya saja. Hama ulat grayak disebut juga dengan nama ulat tentara. Seperti halnya jenis hama ulat lain, hama ini menyerang tanaman cabai saat malam hari, sedang siang harinya beresembunyi di balik mulsa atau di dalam tanah. Hama ulat grayak bersifat polifag.
Upaya pengendalian : Penyemprotan pestisida insektisida berbahan aktif deltametrin, dimehipo, kartophidroklorida, klorpirifos, metomil, profenofos, atau sipermetrin.
Dosis : Lihat di kemasan.

Hama Ulat Buah (Helicoverpa sp)

Hama ulat buah yang menyerang tanaman cabai berasal dari spesies Helicoverpa sp. Hama ini menyerang buah cabai muda maupun tua dengan cara membuat lubang dan memakannya. Hama ulat Helicoverpa sp bersifat polifag.
Upaya pengendalian : Pengendalian hama ini dengan penyemprotan pestisida insektisida bahan aktif profenofos, metomil, klorpirifos, sipermetrin, kartophidroklorida, deltametrin, atau dimehipo.
Dosis : Lihat di kemasan.

Hama Thrips (Thrips parvispinus)

Thrips merupakan hama utama tanaman cabai. Serangannya ditandai adanya bercak keperak-perakanan di balik daun cabai. Daun tanaman cabai muda lebih disenangi hama ini, serangannya dengan cara menghisap cairan daun, akhirnya menyebabkan tanaman cabai menjadi keriting dan kerdil. Hama thrips berkembangbiak secara partenogenesis (tak kawin) sehingga populasinya berkembang sangat cepat. Selain bersifat polifag, hama thrips juga merupakan serangga vektor penular berbagai macam virus tanaman.
Upaya pengendalian : Pengendalian hama ini dengan penyemprotan pestisida insektisida bahan aktif abamektin, asetamiprid, imidakloprid, klorfenapir, lamdasihalotrin, sipermetrin, atau tiametoksam.
Dosis : Lihat di kemasan.

Hama Kutu Daun

Hama kutu daun pada tanaman cabai berasal dari spesies Myzus persiceae. Hama ini mengisap cairan tanaman cabai terutama pada daun muda, kotorannya berasa manis sehingga mengundang semut. Serangan parah menyebabkan daun tanaman cabai mengalami klorosis (kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman cabai menjadi kerdil.
Upaya pengendalian : Pengendalian hama ini dengan penyemprotan pestisida insektisida bahan aktif abamektin, asetamiprid, imidakloprid, klorfenapir, lamdasihalotrin, sipermetrin, atau tiametoksam.
Dosis : Lihat di kemasan.

Hama Kutu Kebul

Hama kutu kebul pada tanaman cabai berasal dari spesies Bemisia tabaci. Hama memiliki sayap dan tubuh yang diselimuti serbuk berwana putih menyerupai lilih. Serangan kutu kebul pada tanaman cabai juga dengan cara menghisap cairan daunnya, yang akhirnya menyebabkan sel-sel dan jaringan daun cabe menjadi rusak.
Upaya pengendalian : Pengendalian hama ini dengan penyemprotan pestisida insektisida bahan aktif abamektin, asetamiprid, imidakloprid, klorfenapir, lamdasihalotrin, sipermetrin, atau tiametoksam.
Dosis : Lihat di kemasan.

Hama Tungau (Polyphagotarsonemus lotus) dan (Tetranychus cinnabarinus)

Hama tungau yang menyerang tanaman cabe ada dua jenis, yaitu tungau merah (Tetranychus cinnabarinus) dan tungau kuning (Polyphagotarsonemus lotus). Sama seperti halnya hama thrips, hama tungau juga menyerang dengan cara menghisap cairan daun, bahkan hama ini senang bersembunyi pada daun cabe bagian bawah. Daun tanaman cabai akhirnya berubah menjadi kecoklatan dan terpelintir. Jika daun dibalik, maka tampak diselimuti benang halus kemerahan atau kekuningan.
Upaya pengendalian : Pengendalian hama tungau dengan penyemprotan pestisida akarisida bahan aktif abamektin, amitraz, dikofol, fenpropatrin, klofentezin, piridaben, propargit, atau tetradifon.
Dosis : Lihat di kemasan.

Hama Lalat Buah

Hama lalat buah yang menyerang cabe adalah Dacus dorsalis. Lalat betina dewasa menyerang buah cabai dengan cara menyuntikkan telurnya, setelah menetas, telur-telur ini berubah menjadi larva yang memakan buah cabai, akhirnya buah cabai membusuk dan berjatuhan.
Upaya pengendalian : Pengendalian hama ini dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone), caranya : masukkan metil eugenol ke dalam botol. Ikat dengan posisi horisontal botol aqua pada bambu, atau gunakan buah-buahan seperti nangka, timun yang aromanya disenangi lalat buah, campur dengan insektisida bahan aktif metomil. Atau semprot tanaman cabe menggunakan pestisida insektisida berbahan aktif deltametrin, dimehipo, kartophidroklorida, klorpirifos, metomil, profenofos, atau sipermetrin. Penyemprotan efektif dilakukan ketika pagi hari saat masih banyak embun sehingga sayap lalat masih basah tidak memungkinkan untuk terbang lepas.
Dosis : Lihat di kemasan.

Hama Nematoda (Meloidogyne incognita)

Serangan hama nematoda ditandai adanya daun tanaman cabai menguning, pertumbuhan tanaman terhambat, tanaman layu, serta ujung tanaman mati. Apabila tanaman cabai dicabut terdapat bintil-bintil pada akar tanaman cabai. Hama nematoda merupakan cacing parasit yang menyerang bagian akar tanaman cabe, berupa cacing yang sangat kecil. Luka akibat gigitan nematoda inilah yang akhirnya menyebabkan serangan penyakit sekunder penyebab layu, baik penyakit layu bakteri, layu fusarium, penyakit busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar.
Upaya pengendalian : Taburkan insektisida berbahan aktif karbofuran di setiap lubang tanam (1 gr per tanaman).

PENYAKIT TANAMAN CABAI

Penyakit Rebah semai

Penyakit rebah semai menyerang tanaman cabai disebabkan oleh cendawan Pythium debarianum dan Rhizoctonia Solani. Serangannya biasanya dilakukan di fase pembibitan dan tanaman cabai muda setelah pindah tanam. Cendawan ini tergolong patogen tular tanah. Serangan penyakit rebah semai banyak terjadi ketika suhu rendah serta tanah masam. Serangan penyakit rebah semai di persemaian bisa mengakibatkan bibit tidak berkecambah atau tanaman cabai tiba-tiba rebah. Pada pangkal batang terdapat infeksi cendawan berwarna cokelat hitam kebasah-basahan.
Upaya pengendalian : Penyemprotan pestisida fungisida sistemik berbahan aktif asam fosfit, dimetomorf, kasugamisin, propamokarb hidroklorida, atau simoksanil, dan fungisida kontak berbahan aktif mankozeb, propineb, tembaga, tiram atau ziram.
Dosis : ½ dari dosis terendah di kemasan.

Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas sp)

Serangan penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan budidaya cabe. Penyakit layu bakteri banyak ditemukan di areal budidaya cabai dataran rendah. Tanaman cabai terserang mengalami kelayuan pada daun yang diawali dari daun-daun cabai muda. Bila batang, cabang atau pangkal batang tanaman cabai dibelah maka akan terlihat berkas pembuluh pengangkut berwarna cokelat tua dan membusuk. Umumnya sulit membedakan antara penyakit layu bakteri dan layu fusarium. Cara untuk membedakan sebagai berikut, ambil air jernih, potong secara melintang bagian tanaman cabai terserang, masukkan potongan tersebut ke dalam air. Tunggu beberapa menit, bila dari potongan tersebut keluar cairan berwarna putih, menyerupai asap, dapat dipastikan tanaman cabai terserang penyakit layu bakteri.
Upaya pengendalian : Pengendalian penyakit Pseudomonas sp. diantaranya meningkatkan pH tanah, penggiliran tanaman, memusnahkan tanaman cabai terserang, saluran pembuangan air harus betul-betul rapi, pastikan tidak ada air menggenang di areal pertanaman cabai, serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik berbahan aktif asam oksolinik, kasugamisin, oksitetrasiklin, streptomisin sulfat, atau validamisin. Sebagai pencegahan, saat persiapan lahan berikan trichoderma dan lanjutkan pengocoran pestisida organik (misal wonderfat, super glio) saat tanaman cabe berumur 25, 40 dan 70 hst.
Dosis : Lihat di kemasan.

Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum)

Cendawan ini berasal dari spesies Fusarium oxysporum. Tanaman cabai terserang mengalami kelayuan dimulai dari daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun muda dan menguning. Secara umum penyakit layu fusarimun mirip dengan penyakit layu bakteri.
Upaya pengendalian : Pengendalian penyakit Fusarium oxysporum diantaranya meningkatkan pH tanah, penggiliran tanaman, memusnahkan tanaman cabai terserang, saluran pembuangan air harus betul-betul rapi, pastikan tidak ada air menggenang di areal pertanaman cabai, serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida. Sebagai pencegahan, saat persiapan lahan berikan trichoderma dan lanjutkan pengocoran pestisida organik (misal wonderfat, super glio) saat tanaman cabe berumur 25, 40 dan 70 hst.
Dosis : Lihat di kemasan.

Penyakit Busuk Phytophtora (Phytopthora infestans)

Cendawan ini berasal dari spesies Phytopthora infestans. Serangan penyakit phytophtora dapat dijumpai pada seluruh bagian tanaman cabai, dan menimbulkan layu jika terjadi serangan akut. Serangan penyakit busuk phytophtora pada batang cabai ditandai adanya bercak kebasah-basahan berwarna coklat kehitaman, sedangkan serangan pada bagian daunnya terlihat seperti tersiram air panas. Buah cabai terserang ditandai adanya bercak coklat kehitaman, kebasah-basahan serta lunak.
Upaya pengendalian : Secara kimiawi semprotkan fungisida sistemik, contoh bahan aktifnya seperti asam fosfit, dimetomorf, kasugamisin, metalaksil, propamokarb hidrokloroda, atau simoksanil, dan fungisida kontak, bahan aktif mankozeb, propineb, tembaga, tiram, atau ziram.
Dosis : Lihat di kemasan.

Penyakit Busuk kuncup

Serangan penyakit busuk kuncup diakibatkan oleh cendawan Choanephora cucurbitarum. Penyakit ini menyerang bunga, tangkai bunga, pucuk dan ranting tanaman cabai. Ranting cabai terserang penyakit busuk kuncup ini akan berwarna coklat kehitaman, cepat menyebar sehingga mematikan ujung tanaman cabai, sedangkan bagian tanaman lainnya masih tegar.
Upaya pengendalian : Secara kimiawi semprotkan fungisida sistemik, contoh bahan aktifnya seperti asam fosfit, dimetomorf, kasugamisin, metalaksil, propamokarb hidrokloroda, atau simoksanil, dan fungisida kontak bahan aktif mankozeb, propineb, tembaga, tiram, atau ziram.
Dosis : Lihat di kemasan.

Penyakit Bercak Cercospora

Cendawan penyebabnya adalah Cercospora capsici. Penyakit ini menyerang daun, tangkai buah batang dan cabang tanaman cabai. Gejala serangannya ditandai adanya bercak bulat kecil kebasah-basah, bercak dapat meluas dengan diameter 0,5 cm, pusat bercak berwarna pucat sampai putih dengan tepi berwarna lebih tua. Serangan parah pada daun cabe menyebabkan daun tanaman menguning dan gugur.
Upaya pengendalian : Secara kimiawi semprotkan fungisida sistemik, contoh bahan aktifnya seperti benomil, difenokonazol, karbendazim, metil tiofanat, atau tebukonazol, dan fungisida kontak bahan aktif azoksistrobin, klorotalonil, atau mankozeb.
Dosis : Lihat di kemasan.

Penyakit Bercak Bakteri (Xanthomonas campestris)

Penyakit ini menyerang daun, buah dan batang tanaman cabai. Penyakit bercak bakteri dikenal juga dengan sebutan Bacterial spot. Serangan pada daun tanaman cabai terdapat bercak kecil kebasah-basahan kemudian menjadi nekrotis kecoklatan di bagian tengahnya. Serangan parah akan mengakibatkan daun tanaman cabai gugur. Serangan penyakit bercak bakteri pada buah cabai terdapat bercak putih dikelilingi warna cokelat kehitaman. Pengendalian penyakit Xanthomonas campestris secara kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga atau bakterisida golongan antibiotik.
Dosis : Lihat di kemasan.

Penyakit Antraknosa (Patek)

Penyakit antraknosa disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici dan Gloeosporium piperatum. Di kalangan petani, penyakit ini lebih familiar disebut patek. Penyakit Colletotrichum capsici menginfeksi buah cabai dengan membentuk bercak cokelat hitam kemudian meluas menjadi busuk lunak. Serangan berat menyebabkan buah cabai mengering keriput. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam dari koloni cendawan. Penyakit Gloeosporium piperatum menyerang tanaman cabai mulai buah cabai masih hijau. Biasanya mengakibatkan mati ujung. Pada buah cabai terserang terlihat bintik-bintik kecil kehitaman dan berlekuk. Bintik-bintik ini pada bagian tepi berwarna kuning, membesar serta memanjang. Ketika kondisi lembab, cendawan Gloeosporium piperatum membentuk lingkaran memusat berwarna merah jambu. Buah cabai terserang harus dimusnahkan dari area penanaman cabe. Pengamatan terhadap tanaman cabai harus dilakukan setiap hari, terutama saat musim hujan.
Upaya pengendalian : Secara kimiawi semprotkan fungisida sistemik, contoh bahan aktifnya seperti benomil, difenokonazol, karbendazim, metil tiofanat, atau tebukonazol, dan fungisida kontak bahan aktif azoksistrobin, klorotalonil, atau mankozeb.
Dosis : Lihat di kemasan.

Penyakit Virus

Penyebab kegagalan pada budidaya cabe disebabkan oleh virus jenis TMV, TRV, CTV, CMV, TEV, TRSV dan PVY. Serangan penyakit ini parah biasanya terjadi di musim kemarau, dan hingga kini sebetulnya belum ada penangkalnya. Serangan penyakit virus ditularkan oleh vektor (penular), bisa melalui serangga ataupun manusia. Gejala serangan penyakit ditandai daun cabai mengeriting, tanaman cabai menjadi kerdil, timbul bercak berwarna kuning kebasah-basahan pada daun. Serangga penular penyakit virus di lapangan diantaranya adalah jenis kutu-kutuan seperti kutu kebul, kutu daun, thrips, maupun tungau. Penularan oleh manusia biasanya terjadi saat melakukan perempelan daun cabai, meskipun terkadang dapat juga melalui alat-alat pertanian.
Upaya penanganan : Beberapa cara penangan penyakit virus adalah dengan mengendalikan serangga vektor, sanitasi lingkungan, mencabut dan memusnahkan tanaman cabai terserang, sterilisasi alat-alat pertanian, serta tidak ceroboh saat melakukan penangan terhadap tanaman, terutama saat perempelan daun dan buah cabe.

LIHAT FOTO HAMA PENYAKIT TANAMAN CABE DI fototanijogonegoro.blogspot.com

CARA MEMBUAT JAHE INSTAN

Membuat Jahe Instan - Jahe memiliki manfaat yang luar biasa bagi kesehatan manusia. Tanaman Jahe mengandung minyak atsiri dan oleoresin yang bisa digunakan untuk bahan kecantikan maupun obat-obatan. Selain itu, jahe juga dapat berfungsi sebagai peluruh lambung, mengobati sakit pinggang dan ecok yang sering menyerang otot, mengobati demam, nyeri, dan muntah-muntah, serta bermanfaat untuk menambah stamina agar tubuh tetap bugar. Oleh karena itu, mengkonsumsi jahe secara ruting sangat baik pengaruhnya bagi kesehatan dan kebugaran tubuh.

JAHE INSTAN

Jahe selain dapat digunakan untuk bumbu masakan, juga sering dikonsumsi sebagai wedang jahe, terutama di daerah dingin untuk menghangatkan tubuh. Di daerah bersuhu dingin, meminum wedang jahe hangat memiliki kenikmatan tersendiri. Namun, kadang kala kita sedikit malas untuk membuat wedang jahe karena memang sediki rumit, apalagi harus membersihkan rimpang terlebih dahulu, kemudian dibakar, sebelum akhirnya jahe direbus. Untuk mengatasi kemalasan itu, salah satu upaya pengolahan jahe adalah dengan membuat jahe instan. Sehingga jahe bisa dibuat minuman dengan mudah sewaktu-waktu membutuhkan.

Jahe Instan merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari subsektor pengolahan hasil pertanian. Selain yang mudah dalam pembuatannya, jahe instan juga memiliki peluang usaha yang cukup besar. Pergeseran pola hidup masyarakat yang cenderung memilih segala sesuatu yang bersifat instan, akan memberi peluang tersendiri untuk pemasaran produk jahe instan. Selain itu, kebutuhan masyarakat terhadap jahe instan juga sangat tinggi, hal ini terbukti dari peningkatan kebutuhan bahan baku jahe dari perusahaan-perusahaan yang memproduksi jahe instan. Disamping itu, pembuatan jahe instan ini juga bertujuan memberikan nilai tambah terhadap produk pertanian terutama pada pelaku usaha budidaya jahe ketika harga jahe sedang jatuh. Dengan teknik pengolahan jahe instan ini, diharapkan petani memiliki peluang untuk meningkatkan penghasilan, dan merupakan kegiatan subsektor pertanian yang dapat dikerjakan oleh ibu-ibu yang notabenenya berasal dari keluarga petani. Namun, sebetulnya usaha pengolahan hasil ini juga bisa dilakukan secara profesional oleh setiap orang yang mau dan berkeinginan untuk terjun di bidang ini dan memiliki peluang pemasaran yang besar.

BAHAN MEMBUAT JAHE INSTAN




Jahe 1 kilogram
Gula Pasir 1 kilogram
Serai 5 batang
Cengkeh 10 butir
Daun Pandan 5 helai
Kayu Manis 3 ruas jari
Air 1 gelas ukuran sedang

CARA MEMBUAT JAHE INSTAN

  1. Kupas rimpang jahe hingga bersih, kemudian rimpang tersebut dipotong-potong dengan ukuran agak besar agar mudah dibersihkan. Cuci rimpang tersebut hingga bersih.
  2. Rimpang jahe yang sudah dibersihkan lalu dipotong kecil-kecil.
  3. Campur potongan jahe yang telah dipotong kecil-kecil tersebut dengan air, kemudian blender sampai halus.
  4. Jahe halus yang sudah diblender kemudian diperas menggunakan saringan halus. Air perasan jahe tersebut digunakan sebagai bahan pokok.
  5. Cuci hingga bersih semua bahan lain.
  6. Masukkan air perasan jahe, daun pandan, kayu manis, cengkeh, gula pasir ke dalam panci, kemudian tambahkan 1 gelas air, lalu aduk hingga rata.
  7. Campuran bahan yang telah diaduk kemudian direbus. Api yang digunakan untuk merebus jangan terlalu besar. Aduk terus agar tidak lengket/gosong.
  8. Jika bahan yang direbus sudah mulai masak, tandanya telah mengkristal dan berwarna putih agak coklat muda, segera angkat lalu biarkan hingga dingin.
  9. Ayaklah jahe instan hingga kristalnya halus dan rata. Kristal jahe yang masih kasar dihaluskan lalu diayak lagi sampai halus dan rata.
  10. Jahe instan siap disajikan atau dikemas.
Demikian, semoga sajian cara membuat jahe ini bisa bermanfaat terutama bagi pelaku budidaya jahe. Salam Tani Indonesia !

BAHAYA PESTISIDA BAGI KESEHATAN

Bahaya Pestisida Bagi Kesehatan - Selain berdampak pada kerusakan lingkungan, residu pestisida juga berbahaya bagi kesehatan, baik dalam jangka panjang atau pun pendek. Salah satunya adalah menghambat perkembangan kognitif. Pada kehamilan bisa beresiko terjadinya kelainan bawaan. Residu pestisida ini bisa terdapat dalam jenis buah dan sayuran segar, sehingga kita memerlukan kehati-hatian dalam mengkonsumsinya. Penggunaan pestisida bisa terjadi pada saat proses produksi di lahan atau selama pasca panen.
Dibawah ini beberapa bahaya pestisida yaitu :

Pestisida Menyebabkan Kemandulan

Salah satu pestisida adalah atrazine, pembunuh gulma yang banyak digunakan di pertanian tebu dan terdeteksi dalam air keran. Para ilmuwan dan dokter mengemukakan bahwa pestisida ini meningkatkan risiko keguguran dan kemandulan (kualitas dan mobilitas sperma menurun).

Bahaya Pestisida Pada Kehamilan, Bayi, dan Anak

Pestisida yang tidak sengaja termakan oleh ibu hamil dapat menyebabkan bayi cacat lahir. Cacat lahir seperti spina bifida, bibir sumbing, kaki pengkor, dan sindrom down bisa diakibatkan paparan pestisida. Untuk memperkecil resiko, ibu hamil harus selektif dalam mengkonsumsi makanan dan minuman.

Paparan pestisida selama 3 bulan sebelum konsepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan resiko keguguran spontan pada ibu hamil. Selain itu, bayi yang dilahirkan juga beresiko terkena leukimia dan kecerdasannya bisa terganggu.

Bila terpapar pestisida sejak kehamilan akan berpengaruh pada pembentukan janin dalam kandungan. Residu pestisida bisa meningkatkan risiko kelainan bawaan tertentu selama perkembangan janin. Apalagi selama perkembangannya janin belum mampu mendetoksifikasi racun yang ada. Sementara otak dan sistem saraf sendiri masih terus berkembang hingga anak berusia 12 tahun.

Pada anak, paparan pestisida dapat menurunkan stamina tubuh serta perhatian dan konsentrasinya. Begitu pun memori dan koordinasi tangan mata yang terganggu, serta semakin besar kesulitan anak dalam membuat gambar garis sederhana.

Anak yang terpapar residu pestisida sejak balita, ketika usia SD kecerdasannya akan menurun. Sebuah penelitian yang dilakukan di Meksiko terhadap anak yang mengkonsumsi anggur disemprot pestisida dan yang tidak disemprot pestisida, menunjukkan perbedaan kognitif yang signifikan.

Pengaruh Pestisida Terhadap Perubahan Hormon




Jangka panjang dari paparan pestisida secara terus menerus dalam waktu sekitar 20-30 tahun akan terjadi perubahan hormonal dan sistem reproduksi. Pada anak laki-laki diistilahkan dengan demasculinisation, yaitu hilangnya sifat-sifat maskulin. Sementara pada anak perempuan disitilahkan dengan defeminisasion. Jadi anak mengalami perubahan orientasi s3ksualnya.

Pestisida Menyebabkan Diabetes

Bertahun-tahun ilmuwan percaya ada hubungan antara diabetes dengan pestisida. Menurut jurnal yang diterbitkan di Diabetes Care, orang yang mengalami kelebihan berat badan dan dalam tubuhnya terdapat pestisida golongan organoklorin berisiko tinggi terkena diabetes. Untuk menghindarinya, konsumsi makanan organic dan hindari penyegar udara kimia dan produk-produk artifisial yang beraroma.

Pestisida Menyebabkan Kanker

Pestisida cukup erat hubungannya dengan kanker. Lebih dari 260 pestisida berkaitan dengan beragam jenis kanker seperti limfoma, leukemia, sarcoma, jaringan lunak, otak, kanker hati, dan kanker paru-paru.

Pestisida Menyebabkan Autisme

Perpaduan antara gen dan polutan yang masuk ketika ibu hamil dipercaya para peneliti sebagai penyebab autisme. Kebanyakan insektisida membunuh hama dengan mengganggu fungsi saraf. Mekanisme yang sama terjadi pada janin yang terpapar insektisida. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 oleh Universitas Harvard menunjukkan urin yang mengandung pestisida berbahan aktif organofosfat pada anak-anak lebih mungkin mengalami ADHD dan hiperaktif dibanding urin pada anak-anak yang tidak tercemar pestisida.

Pestisida menyebabkan Obesitas

Kadang pestisida bertindak sebagai hormon palsu dalam tubuh. Hormon ini mengganggu kemampuan tubuh untuk mengatur pengeluaran hormon yang sehat. Menurut penelitian yang dimuat jurnal Environmental Health Perspectives, lebih dari 50 jenis pestisida diklasifikasikan sebagai pengganggu hormon, di antaranya dapat memicu sindrom metabolik dan obesitas.

Pestisida Menyebabkan Parkinson

Penyakit gangguan degeneratif sistem saraf pusat atau yang sering mengganggu penderita keterampilan motorik, pidato, dan fungsi-fungsi lainnya atau Parkinson sangat berhubungan dengan paparan pestisida. Penelitian yang dilakukan menunjukkan penyakit ini berkaitan erat dengan paparan insektisida dan herbisida dalam jangka waktu yang panjang.

Dengan bertambah pengetahuan kita mengenal berbagai macam bahaya dari pestisida ini maka sudah sewajarnya kalau kita memang harus berhati-hati terhadap pengaruh negatif dari pestisida apalagi bila penggunaannya berlebihan.

Peneliti Kesehatan Masyarakat dari Universitas Gajah Mada, Nurul Kodriati, M.Med Sc., mengatakan bahwa saat ini banyak petani menggunakan berbagai bahan kimia untuk menjaga tanaman dari serangan hama. Tak cukup satu macam, kata Nurul, satu jenis buah atau sayuran bisa menggunakan 17 - 55 macam bahan kimia yang berbeda.

Menurut Nurul, buah yang paling banyak terpapar pestisida sehingga banyak residu yang menempel di kulitnya adalah apel, pir, serta anggur. Pada sayuran, jenis yang paling banyak terpapar pestisida adalah seledri, bayam, paprika, dan wortel.

Ambil contoh buah apel. Meski terlihat segar dan menggoda, kata Nurul,setidaknya ada tiga kandungan pestisida yang paling sering ditemui pada apel, yakni thiabendazole, diphenylamine, dan acetamiprid. Dampak bahan kimia tersebut bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis bahan kimianya dan seberapa banyak kita terpapar. Apa saja efeknya? Sedikitnya ada empat efek, yakni efek karsinogen (bisa menimbulkan kanker), hormone disruptor (mengganggu sistem hormonal), neurotoxin (mempengaruhi sistem saraf), dan mengganggu pertumbuhan serta fungsi reproduksi.

Berikut ini contoh bahaya bahan aktif pestisida terhadap kesehatan
  1. Asefat beresiko menyebabkan kanker, mutasi gen, kelainan alat reproduksi.
  2. Aldikard sangat beracun pada dosis rendah.
  3. BHC beresiko menyebabkan kanker, beracun pada alat reproduksi.
  4. Kaptan beresiko menyebabkan kanker, mutasi gen.
  5. Karbiral beresiko menyebabkan mutasi gen, kerusakan ginjal.
  6. Klorobensilat beresiko menyebabkan kanker, mutasi gen, keracunan alat reproduksi.
  7. Klorotalonil beresiko menyebabkan kanker, keracunan alat reproduksi.
  8. Klorprofam beresiko menyebabkan kanker, mutasi gen, pengaruh kronis.
  9. Siheksatin beresiko menyebabkan Karsinogen.
  10. DDT beresiko menyebabkan Cacat lahir, pengaruh kronis.

ARTIKEL POPULER