Kutu Daun Myzus Persicae

Kutu Daun Myzus Persicae merupakan hama utama pada tanaman, bersifat polyfag, hampir semua jenis tumbuhan terserang oleh serangga ini. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan mulai dari sedang hingga tinggi. Pada serangan berat, bisa mengakibatkan gagal panen. Kutu Daun Myzus Persicae merupakan serangga vektor penular berbagai jenis virus pada tanaman, sehingga keberadaannya sangat membahayakan petani.

Klasifikasi Kutu Daun Myzus Persicae

Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Hemiptera
Family: Aphididae
Genus: Myzus
Species: M. persicae

Anggota family Aphididae ini selalu berwarna hijau ketika fase bersayap (dewasa). Sedangkan pada fase aptarae bisa berwarna kuning, hijau atau merah. Keturunannya mengikuti warna induknya. Siklus hidupnya identik dengan family aphididae lain (lihat pada artikel Kutu Daun Aphis Gossypii). Serangga betina bersifat partenogenesis, mampu menghasilkan keturunan meskipun tanpa kehadiran serangga jantan. Kutu betina bagaikan mesin, akan menghasilkan keturunan setiap 20 menit.

Jenis Tanaman Terserang

Kutu Daun Myzus Persicae menjadi momok bagi petani, terutama petani hortikultura. Resiko kerugian akibat serangan hama ini sangat tinggi, karena menjadi penular virus. Jika populasi tidak terkendali, area pertanaman bisa habis tertular virus. Beberapa jenis tanaman terserang antara lain kentang, tembakau, cabe, tomat, terung, jagung, kacang panjang, buncis, semangka, melon, timun, anggrek, jambu, jeruk, dll.

Geala Serangan

Biasanya terdapat sekumpulan serangga terutama pada daun muda. Pertumbuhan tunas akan terganggu, daun mengerupuk, tanaman tampak mengerdil. Serangan pada bunga dapat mengakibatkan kerontokkan. Serangga ini tergolong sangat rakus, bagian tanaman yang sudah terpotong tetap dihisap cairannya. Biasanya bersembunyi pada permukaan daun bagian bawah atau pada lipatan tunas yang baru tumbuh.

Pengendalian Serangan Kutu Daun Myzus Persicae

Upaya pengendalian dapat dilakukan dengan penggiliran tanaman, sanitasi lahan (pembersihan gulma), pemasangan yellow trap, dll. Jika serangan masih sirang, dapat dilakukan dengan membunuh kutu langsung menggunakan tangan. Jika tanaman terlanjur terserang virus, segera musnahkan dari lahan.

Kutu Daun Myzus Persicae

Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, dimetoad, fipronil, lamdasihalotrin, dan klorpirifos. Penyemprotan dilakukan secara rutin dengan interval 5 hari sekali, terutama pada musim kemarau. Lakukan penggantian bahan aktif setiap kali penyemprotan secara bergilir untuk menghindari resistensi terhadap bahan aktif tertentu.

Kutu Putih Pseudococcus sp.

Kutu Putih Pseudococcus sp. merupakan salah satu hama utama yang harus dikendalikan oleh petani atau pembudidaya tanaman. Bersifat polifag, hampir semua jenis tanaman berpotensi terserang oleh kutu putih. Tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh serangan Pseudococcus sp. mulai dari sedang hingga tinggi. Pada serangan tinggi, resiko yang ditimbulkan bisa mengakibatkan kegagalan budidaya.

Klasifikasi Kutu Putih Pseudococcus sp.

Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Hemiptera
Suborder: Sternorrhyncha
Family: Pseudococcidae
Genus: Pseudococcus

Anggota family Pseudococcidae memiliki serbuk putih menyerupai lilin yang membungkus seluruh bagian tubuhnya. Serbuk lilin tersebut melindunginya dari serangan predator, bahkan bisa membuat aplikasi pestisida tidak efektif jika tidak disertai surfaktan yang kuat. Biasanya hama ini bersarang di buku-buku tanaman atau permukaan daun muda, dan bisa merusak ujung akar maupun batang bawah tanaman. Berbagai jenis tanaman bisa terserang oleh kutu putih, terutama tanaman buah dan tanaman hias.

Gejala Serangan

Tanaman gagal membentuk tunas baru, daun tua akan menguning, layu, dan rontok satu per satu. Bagian akar menjadi kempis, permukaan cekung, dan tampak kurus. Pada serangan parah, tanaman akan menguning, layu, lalu mati.

Kutu Putih Pseudococcus sp

Penyebab

Karena berukuran sangat ringan, kutu putih mudah berpindah tempat, sehingga tingkat penyebarannya sangat tinggi, terutama pada musim kemarau. Selain mampu berpindah sendiri, penyebaran juga bisa dibantu oleh angin, manusia, atau burung. Adanya lapisan lilin di tubuhnya membuat kutu putih mudah melekat pada apa saja, termasuk pakaian, alat kebun, dan kaki burung.

Siklus hidupnya berlangsung antara 1-5 bulan, tergantung pada spesies, iklim, dan tempat tumbuh. Setiap tahun, kutu putih mampu menurunkan 2-4 generasi. Imago betina dapat menghasilkan telur sebanyak 300-500 butir, dan akan menetas 6-20 hari kemudian.

Upaya Pengendalian

Jika tampak kutu putih di media tanam atau tanah, kemungkinan akar sudah terserang. Bagian tanaman yang rusak biasanya dijadikan sebagai tempat persembunyian. Musnahkan segera tanaman terserang. Lakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif imidakloprid, asetamiprid, lamda sihalotrin, dan klorpirifos. Penyemprotan dilakukan dengan interval 4 hari sekali, dengan menyelingan bahan aktif setiap kali semprot.

Busuk Akar Dan Rebah Semai Rhizoctonia solani

Penyakit Busuk Akar dan Rebah Semai biasanya menyerang tanaman saat masih di pembibitan dan tanaman muda di lahan. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani, yang biasanya menyerang tanaman berbatang lunak, seperti anggrek, kubis, kentang, cabai, tomat, serta beberapa jenis tanaman hortikultura lain. Tingkat kerusakan akibat serangan Rhizoctonia solani antara sedang hingga berat. Jika terjadi serangan berat, dan penanganan terlambat, maka bisa mengakibatkan bibit tanaman di area persemaian habis. Jika terjadi serangan berat di lahan, maka harus dilakukan penanaman ulang, sehingga biaya produksi akan membengkak. Rhizoctonia solani merupakan cendawan yang sangat berbahaya, oleh karena itu, pembudidaya harus mewaspadai kehadiran cendawan ini, dengan melakukan berbagai upaya pencegahan, sehingga kerugian tidak terlalu besar.

Penyakit Rhizoctonia solani bisa menyerang umbi, akar, dan batang tanaman. Penyakit ini memang begitu tersohor lantaran bisa menggagalkan kegiatan dan tujuan budidaya. Begitu seringnya menyerang tanaman, baik di pembibitan, lahan, sehingga petani sudah cukup familiar dengan nama busuk Rhizoctonia. Bukan hanya menyerang pada fase penanaman, bahkan umbi kentang di gudang penyimpanan juga bisa terinfeksi oleh cendawan ini.

Gejala Serangan

Tanaman terserang akan menunjukkan gejala fisiologis, seperti daun menguning, keriput, dan beberapa waktu kemudian akan layu. Gejala lain yang ditunjukkan adalah tanaman kerdil, pertumbuhan tidak sehat dan tidak sempurna, dan akhirnya mati. Pada tanaman kentang, umbi yang terserang akan kerdil, karena cendawan ini menyerap sebagian besar nutrisi yang mengalir. Tunas-tunas baru yang muncul akan membusuk sebelum mampu keluar dari permukaan tanah. Pada tanaman jagung, akan mengalami hawar pelepah, sedangkan pada tanaman cabai, terong, dan tomat, biasanya menyerang pada fase pembibitan dan tanaman muda. Batang tanaman yang masih kecil akan mengerut, kemudian mati.

Rhizoctonia solani

Penyebab

Spora cendawan yang berada di permukaan tanah menempel pada tanaman, melalui perantara air, peralatan, maupun manusia. Spora akan berkembang menjadii miselium yang menyerang jaringan tanaman. Sirkulasi udara yang kurang baik, sehingga berpotensi meningkatkan kelembaban, disertai drainase yang buruk di sekitar area penanaman, dapat memicu dan memberikan peluang cendawan untuk terus berkembang dan menginfeksi tanaman lain.

Upaya Pengendalian

Agar tidak terjadi serangan parah yang berpotensi menimbulkan kerugian besar, pembudidaya harus melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan serangan cendawan Rhizoctonia solani. Secara teknis dapat dilakukan dengan cara mengatur drainase agar tidak terjadi genangan di sekitar area penanaman. Perbaiki sirkulasi udara, terutama di sekitar rumah pembibitan, bila perlu gunakan kipas angin secara berkala. Jangan lakukan penyiraman secara berlebihan, yang berpotensi meningkatkan kelembaban media tanam.

Secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida ada pembibitan dan tanaman muda di lahan yang baru saja pindah tanam. Namun perlu diingat, pada saat melakukan penyemprotan dosis dan konsentrasi pestisida jangat terlalu pekat, usahakan hanya memberikan setengah dari dosis tanaman dewasa, agar daun tanaman yang masih muda tidak terbakar. Alternatif bahan aktif yang bisa digunakan adalah azoksistrobin, difenokonazol, tebuconazole, simoksanil, atau propamokarb hidroklorida.

Kutu Daun Aphis Gossypii

Kutu Daun Aphis Gossypii merupakan hama penghisap yang sangat membahayakan tanaman, karena serangga ini juga berperan sebagai vektor penular berbagai macam virus. Kutu Aphis bersifat polifag, menyerang berbagai jenis tanaman, termasuk gulma. Kerugian akibat serangan hama ini bisa sangat besar, apalagi jika tanaman terserang sudah terinfeksi virus pada fase-fase awal pertumbuhan. Oleh karena itu, pembudidaya harus mewaspadai munculnya kutu daun Aphis Gossypii, terutama pada musim kemarau.

Kutu Aphis Gossypii menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan, sehingga mengakibatkan bagian tanaman terserang akan terhambat pertumbuhannya. Selain kerusakan pada tanaman, hama ini juga menjadi vektor utama beberapa jenis virus, sehingga sangat berbahaya. Seperti halnya kutu-kutu penghisap lain, Aphis Gossypii juga menghasilkan kotoran berupa cairan manis yang disukai semut. Serangga betina dapat menghasilkan keturunan tanpa adanya serangga jantan (partenogenesis). Dalam satu musim, kutu ini selalu ada dalam berbagai stadium.

Klasifikasi Aphis Gossypii

Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Hemiptera
Family: Aphididae
Genus: Aphis
Species: Aphis Gossypii

Gejala Serangan

Aphis Gossypii menghisap cairan tanaman, terutama pada bagian daun, sehingga bagian tepi daun akan mengerut dan menggulung. Bentuk daun akan mengeriting, kerdil, dan akhirnya rontok. Pertumbuhan tunas, daun, dan bunga akan terganggu, sehingga tanaman akan mengalami keterlambatan pertumbuhan. Kutu ini akan mengeluarkan cairan kental manis, sehingga berpotensi menimbulkan serangan cendawan jelaga di permukaan daun yang mengakibatkan proses fotosintesis terganggu.

Penyebab Serangan

Serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau. Populasi kutu bisa meledak sangat besar, lantaran serangga betina bisa berpartenogenesis untuk menghasilkan keturunan. Oleh karena itulah Aphis Gossypii mampu bereproduksi setiap saat. Di daerah tropis, terutama dataran rendah hingga menengah, Aphis Gossypii berkembang sangat pesat. Ledakan populasi kutu ini terutama terjadi pada musim kemarau. Tumbuhnya tunas-tunas baru pada tanaman akan menarik serangga penghisap ini untuk datang.

Siklus Hidup Aphis Gossypii

Reproduksi kutu ini terjadi dalam dua cara, yaitu seksual dan aseksual. Pada kondisi udara dingin, proses reproduksi biasanya terjadi secara aseksual, serangga betina mampu menghasilkan ribuan Aphis baru tanpa kawin dan terjadi dalam waktu 4-6 minggu. Nimfa yang dihasilkan akan melewati empat fase sebelum menjadi serangga dewasa dalam waktu 8-10 minggu. Serangga dewasa akan bereproduksi dalam 2-3 hari kemudian. Serangga dewasa bersayap, sehingga mampu berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain secara cepat, dan tentu akan mempercepat kerusakan di area budidaya.
Kutu Daun Aphis Gossypii

Pengendalian Kutu Daun Aphis Gossypii

Upaya pengendalian kutu ini harus dilakukan secara komprehensif, baik secara mekanis, teknis budidaya maupun kimiawi. Secara mekanis dapat dilakukan dengan memusnahkan bagian tanaman yang sudah terserang parah. Secara teknis budidaya dapat dilakukan dengan melakukan penanaman serempak untuk memutus siklus perkembangan hama. Selain itu, juga harus memilih tanaman yang tahan terhadap serangan kutu daun dan infeksi virus. Tempatkan perangkap kuning di sekitar area budidaya. Secara kimiawi, bisa dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif lamda sihalotrin, tiametoksam, dimetoat, fipronil, dan imidakloprid. Lakukan penggantian bahan aktif setiap kali penyemprotan. Interval penyemprotan 5 hari sekali pada musim kemarau, dan 7 hari sekali pada musim hujan, dengan dosis dan konsentrasi sesuai pada kemasan. Lihat Petunjuk Aplikasi Pestisida dan Daftar Bahan Aktif Pestisida.

Ulat Kubis (Plutella xylostella)

Ulat Kubis (Plutella xylostella) merupakan hama utama pada taman kubis dengan tingkat serangan mulai dari sedang hingga berat. Pada serangan berat bisa mengakibatkan kerugian yang sangat signifikan, terutama menurunnya kualitas produksi. Ilat ini dikenal juga dengan nama Ulat Tritip, dan menjadi salah satu hama yang paling ditakuti oleh petani kubis. Ulat berukuran kecil ini biasanya bersembunyi di balik daun, dan menyerang jaringan daun sehingga jaringan daun kosong, hanya tersisa epidermis saja. Daun yang terserang ditandai dengan bercak-bercak putih.

Gejala Serangan

Gejala serangan dapat diketahui melalui kelainan fisiologis pada daun, dimana terdapat bercak putih akibat jaringan daun kehilangan isinya. Serangan berat membuat daun tidak mampu melakukan proses fotosintesis, sehingga pertumbuhan tanaman bisa terhambat.

Penyebab Serangan Ulat Kubis (Plutella xylostella)

Serangan berat hama utama pada tanaman kubis ini dipicu oleh suhu dan kelembaban udara tinggi. Pada kondisi tersebut, serangga dewasa akan terangsang untuk kawin dan berkembang biak. Imago akan menghasilkan telur, yang kemudian menetas dan berubah menjadi larva. Pada instar satu, larva akan menggorok dan memakan bagian dalam jaringan daun. Pada instar berikutnya, larva akan memakan dan membuat lubang pada daun. Daun yang terluka berpotensi terserang penyakit sekunder, yang disebabkan oleh cendawan maupun bakteri.
Ulat Kubis Plutella xylostella
Di dataran rendah, kurang lebih pada ketinggian 100-80 meter di atas permukaan laut, daur hidup ulat ini lebih pendek dibanding dengan dataran tinggi, di atas 100 mdpl. Nengat betina tanpa sayap akan bertelur pada satu atau beberapa daun secara mengelompok. 2-4 hari akan menetas dan berubah menjadi larva. Setelah 9-12 hari, larva berubah menjadi kepompong atau pupa, kemudian menjadi ngengat dewasa dalam 4-7 hari. Ngengat jantan bersayap, sedangkan ngengat betina tidak bersayap, dan akan bertelur dalam waktu 7-20 hari.

Upaya Pengendalian Serangan Ulat Kubis (Plutella xylostella)

Secara teknis budidaya, serangan ulat ini dapat dikendalikan dengan memutus siklus hidupnya, yaitu dengan penggiliran atau rotasi tanaman. Selain itu, petani juga bisa mengamati tanaman secara manual dan memusnahkan telur, ulat, dan serangga dewasa. Buat perangkap bercahaya, misalnya menggunakan obor, karena ngengat tertarik dengan cahaya pada malam hari.

Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan rutin menggunakan insektisida. Namun perlu diingat, bahwa ulat ini mudah sekali resisten terhadap bahan aktif pestisida, sehingga diusahakan melakukan menggantian bahan aktif setiap kali melakukan penyemprotan. Beberapa pilihan bahan aktif yang bisa digunakan antara lain deltametrin, betasiflutrin, emamektin benzoat, klorantaniliprol, tiametoksam, klorfluazuran, dan fipronil. Lihat Petunjuk Aplikasi Pestisida dan Daftar Bahan Aktif Pestisida.

Bercak Daun Alternaria Sp.

Bercak Daun Alternaria Sp. merupakan salah satu penyakit pada tanaman yang sangat merugikan petani. Penyakit ini terutama menyerang tanaman hortikultura, seperti tanaman cabai, tomat, semangka, melon, timun, kentang, bawang merah, bawang putih, dll. Tak hanya di lahan, menyakit ini juga mampu menyerang kentang pada gudang penyimpanan. Hal yang paling menakutkan dari serangan bercak daun ini adalah rontoknya daun secara besar-besaran, sehingga tanaman tidak mampu melakukan proses fotosintesis. Kerugian paling fatal akibat berhentinya proses fotosintesis adalah pertumbuhan yang terhambat. Tanaman menjadi kerdil, kurang nutrisi, dan produksi bisa mengalami kegagalan.

Klasifikasi Ilmiah Alternaria Sp.

Kingdom: Fungi
Phylum: Ascomycota
Subdivision: Pezizomycotina
Class: Dothideomycetes
Order: Pleosporales
Family: Pleosporaceae
Genus: Alternaria
Spesies:
  • Alternaria alternata
  • Alternaria alternantherae
  • Alternaria arborescens
  • Alternaria arbusti
  • Alternaria blumeae
  • Alternaria brassicae
  • Alternaria brassicicola
  • Alternaria burnsii
  • Alternaria carotiincultae
  • Alternaria carthami
  • Alternaria celosiae
  • Alternaria cinerariae
  • Alternaria citri
  • Alternaria conjuncta
  • Alternaria cucumerina
  • Alternaria dauci
  • Alternaria dianthi
  • Alternaria dianthicola
  • Alternaria eichhorniae
  • Alternaria euphorbiicola
  • Alternaria gaisen
  • Alternaria helianthi
  • Alternaria helianthicola
  • Alternaria hungarica
  • Alternaria infectoria
  • Alternaria japonica
  • Alternaria limicola
  • Alternaria linicola
  • Alternaria longipes
  • Alternaria molesta
  • Alternaria panax
  • Alternaria perpunctulata
  • Alternaria petroselini
  • Alternaria radicina
  • Alternaria raphani
  • Alternaria saponariae
  • Alternaria selin
  • Alternaria senecionis
  • Alternaria solani
  • Alternaria smyrnii
  • Alternaria tenuissima
  • Alternaria triticina
  • Alternaria zinniae
Bercak Daun Alternaria Sp.

Gejala Serangan Bercak Daun Alternaria Sp.

Adanya bercak kering berwarna coklat tua pada daun tanaman. Mula-mula bercak berukuran kecil, makin lama melebar di permukaan daun. Serangan awal biasanya terjadi pada daun tua di bagian bawah, lalu serangan meluas ke seluruh daun. Makin lama daun akan menguning, dan rontok. Pada serangan parah, seluruh daun habis, sehingga pertumbuhan tanaman merana. Cendawan ini juga menyerang buah tomat, baik tua maupun muda, sehingga mengakibatkan buah rontok, dan produksi terancam gagal.

Penyebab Serangan

Cendawan Alternaria Sp. biasanya menyerak pada kondisi udara dengan kelembaban diatas 60% dan suhu 26-32 derajat Celcius. Kondisi tersebut bisa dipicu karena hujan terus menerus, drainase buruk, atau terlalu lama melakukan penggenangan pada musim kemarau. Percikan air hujan dapat membantu penyebaran spora, sehingga penularan penyakit bercak daun semakin cepat. Spora cendawan bisa bertahan dalam benih atau sisa tanaman terserang.

Upaya Pengendalian Bercak Daun Alternaria Sp.

Upaya pengendalian harus dilakukan secara komprehensif, baik teknis maupun kimiawi. Secara teknis dapat dilakukan dengan berbagai upaya, antara lain menggunakan bibit tahan terhadap penyakit Alternaria Sp., pengaturan jarak tanam, penggiliran tanaman, memusnahkan bagian tanaman terserang, dan tidak melakukan pengairan berlebihan, terutama pada sore hari. Upaya tersebut harus dilakukan secara menyeluruh, untuk menghindari terciptanya kondisi yang memicu serangan bercak daun Alternaria Sp.

Secara kimiawi, dapat menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, karbendazim, klorotalonil, atau tembaga. Gunakan bahan aktif tersebut secara berseling, dengan dosis atau konsentrasi sesuai pada kemasan. Penyemprotan fungisida dilakukan secara rutin, tiga hari sekali pada musim hujan, dan seminggu sekali pada musim kemarau. Lihat Petunjuk Aplikasi Pestisida dan Daftar Bahan Aktif Pestisida.

Erythricium salmonicolor (Cendawan Upas)

Erythricium salmonicolor atau lebih dikenal dengan istilah cendawan upas (jamur upas) sering menyerang tanaman-tanaman keras, seperti karet, mimosa hias, albasia, dll. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan serangan cendawan ini tergolong sedang hingga berat. Pada serangan berat, bisa mengakibatkan tanaman mati. Selain dikenal dengan istilah cendawan upas, Erythricium salmonicolor juga dikenal dengan sebutan pink fungus desease. Hampir semua jenis tanaman berkayu dapat terserang oleh cendawan ini, termasuk kopi dan kakao. Bagian tanaman yang biasa terserang adalah batang, cabang, dan ranting. Cendawan ini mampu bertahan hidup dan berkembang pada daerah tropis hingga subtropis. Biasanya Erythricium salmonicolor menyerang tanaman pada kondisi lembab, dan kurang sinar matahari.

Klasifikasi Erythricium salmonicolor

Kingdom: Fungi
Phylum: Basidiomycota
Class: Basidiomycetes
Subclass: Agaricomycetidae
Order: Corticiales
Family: Corticiaceae
Genus: Erythricium
Species: Erythricium salmonicolor
Erythricium salmonicolor (Cendawan Upas)

Gejala Serangan

Gejala serangan Cendawan upas ditandai dengan munculnya bercak putih, terutama pada bagian batang yang lembab dan tidak terkena serangan matahari. Pada serangan awal, cendawan ini mengeluarkan miselium yang menyerupai benang-benang halus berwarna putih seperti sarang laba-laba. Lama-kelamaan miselium akan menyebar dan tumbuh menjadi kerak berwarna merah muda. Pada stadium ini, cendawan juga memproduksi spora tidak sempurna, dan permukaan kayu yang tertutup akan membusuk. Pada tanaman karet, lateks akan keluar menetes pada daerah yang terinfeksi, namun pada bagian kering akan memunculkan tunas-tunas baru. Cendawan yang berwarna merah muda lama kelamaan akan memucat dan berubah menjadi keputihan. Pada stadium lanjut, batang/dahan/ranting yang terserang akan mati. Jika serangan terjadi di pangkal batang, maka seluruh tanaman akan mati.

Penyebab

Kelembaban merupakan pemicu utama serangan cendawan upas (Erythricium salmonicolor), terutama jika kelembaban melebihi 80%. Hembusan angin dan percikan air dapat berperan membawa spora cendawan, dan menular kebagian lain pada tanaman.

Mengatasi Serangan Cendawan Upas

Secara teknis dapat mengurangi resiko serangan dengan menjaga kelembaban di sekitar tanaman, terutama jika tajuk terlalu rindang, maka perlu dilakukan pemangkasan agar sinar matahari bisa masuk dan sirkulasi udara lancar. Selain itu, jarak tanam juga harus dijaga, jangan terlalu rapat. Pada tanaman perkebunan, usahakan untuk menanam varietas yang tahan terhadap cendawan upas. Bagian tanaman yang sudah terlanjur terserang dipangkas dan buang dari area pertanaman, kemudian olesi bekas pangkasan tersebut menggunakan fungisida.

Secara kimiawi dapat dilakukan dengan mengoleskan bubur bordeaux, yaitu bubur yang dibuat dari campuran tembaga sulfat dan kapur. Cara membuat bubur bordeaux cukup mudah, campurkan 1 kg tembaga sulfat dan 1,25 kg kapur, kemudian tambahkan air sebanyak 100 liter, aduk hingga rata. Oleskan bubur tersebut pada permukaan batang yang terserang. Sebaiknya batang dikerok terlebih dahulu sebelum pengolesan. Untuk tanaman karet, sebaiknya bubur bordeaux digunakan pada 6 bulan sebelum masa sadap, karena kandungan tembaga yang tinggi dapat merusak lateks. Jika sudah memasuki masa sadap, sebaiknya gunakan fungisida lain, misalnya fungisida berbahan aktif tridemorf. Lihat Petunjuk Aplikasi Pestisida dan Daftar Bahan Aktif Pestisida.

CARA MENANAM CABE DALAM POT

Bagaimana cara menanam cabe dalam pot? Bagi anda para ibu rumah tangga yang kreatif, pertanyaan ini akan muncul di benak Anda. Bagaimana memanfaatkan lahan sempit di rumah agar lebih berdaya guna? Menanam cabe dalam pot selain bertujuan memanfaatkan lahan terbatas, secara ekonomi juga dapat menghasilkan keuntungan tinggi. Budidaya cabe secara intensif juga diperlukan ketika kita berorientasi profit, sehingga cara menanam cabe dengan benar, mulai dari penanaman cabe, pemeliharaan tanaman cabe hingga pengendalian hama dan penyakit cabe perlu dipelajari. Seperti saat kita menanam cabe di lahan, keberhasilan budidaya cabe dalam pot dipengaruhi bagaimana cara menanam cabe yang benar, selain harga jual cabe tentunya. Menanam cabe dalam pot umumnya dilakukan untuk mengoptimalkan lahan sempit, seperti di pekarangan rumah maupun green house dengan lahan terbatas. Namun, sebenarnya jika budidaya cabe dilakukan di area pertanian, menanam cabe dalam pot ini justru dapat menghasilkan keuntungan tinggi asalkan kita dapat melakukan perawatan tanaman cabe dengan benar.

Ada beberapa keuntungan yang didapatkan saat kita menanam cabe dalam pot untuk skala besar, antara lain:
1. Menanam cabe dalam pot dapat mingkatkan nilai manfaat lahan. Lahan dapat ditumpangsari dengan tanaman pendek yang berumur pendek juga, seperti buncis bayi (baby bean), caisim, bayam cabut, kangkung, kubis, bunga kol, dll.
2. Menanam cabe dalam pot dapat meningkatkan kesehatan lahan. Lahan utama diberakan hingga minimal 3 bulan jika menanam cabe dalam pot dilakukan menggunakan sistem tumpangsari, dan 5 bulan jika tidak dilakukan tumpangsari. Hal ini dapat mengembalikan tingkat kesehatan tanah.
3. Jika menanam cabe dalam pot dilakukan di bekas bedengan, kemungkinan tergenangnya pangkal akar tanaman cabe relatif kecil, karena secara otomatis posisi tanaman cabe menjadi lebih tinggi.
4. Menanam cabe dalam pot dapat mengoptimalkan produksi cabe. Media tanam cabe lebih gembur karena komposisi media tanam dapat diatur. Tanah gembur mampu meningkatkan perkembangan akar tanaman cabe, sehingga penyerapan unsur hara menjadi lebih baik yang berakibat pada peningkatan hasil produksi cabe.

Bagi para petani cabe dengan modal kecil, pot yang dipakai untuk menanam cabe dapat menggunakan polybag, tas plastik (kresek=jawa) ukuran besar, maupun karung (bagor). Bagi yang memilih menanam cabe menggunakan tas kresek, usahakan menanam cabe menggunakan kresek warna hitam, atau minimal doreng hitam putih. Menanam cabe menggunakan media warna hitam bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma (gulma tidak mendapatkan sinar matahari).

TEKNIK DAN CARA MENANAM CABE DALAM POT

Pemahaman tentang iklim ideal untuk tanaman cabe, cara memilih bibit cabe unggul, persiapan media semai, perlakuan benih tanaman cabe, serta cara pengendalian hama dan penyakit tanaman cabe tidak akan kami bahas disini. Anda bisa melihat pada artikel kami lainnya yang membahas secara khusus malasah tersebut. Sebagai tambahan referensi, bisa juga dibaca artikel tentang budidaya cabe.



Syarat tumbuh tanaman cabe dalam pot sama seperti cara menanam cabe di lahan. Tanaman cabe membutuhkan tanah gembur supaya dapat berproduksi dengan baik, dengan kisaran pH 6,5-6,8.

Persiapan Media Tanam Cabe dalam Pot

Cara menanam cabe dalam pot atau polybag secara sederhana dapat dimulai dengan mempersiapkan media tanam, adalah sebagai berikut:
  • Pengadaan tempat media tanam cabe, bisa berupa pot, tas plastik warna hitam, maupun polybag.
  • Pengadaan pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik bisa berupa pupuk kandang, humus, maupun pupuk kompos. Sedangkan pupuk anorganiknya menggunakan pupuk NPK.
  • Pengadaan kapur pertanian untuk tanah masam. Cara mudah untuk mengetahui apakah jenis tanah yang dipakai terlalu masam atau tidak adalah dengan cara mengamati pertumbuhan alang-alang di areal lahan yang akan diambil tanahnya. Salah satu ciri tanah masam yaitu banyak ditumbuhi rumput alang-alang.
  • Cara pencampuran media tanah dan pupuk kandang untuk menanam cabe dalam pot perlu diperhatikan, terutama komposisinya. Perbandingan tanah dan pupuk kandang ideal 2:1 (Tetapi bisa juga 1:1 bagi petani peternak yang banyak memiliki pupuk kandang, atau mudah mendapatkan pupuk kandang dengan harga murah). Tambahkan kapur pertanian dan pupuk NPK sebanyak 100g. Aduk-aduk biar rata, lalu masukkan ke dalam pot.
  • Untuk menanam cabe dalam pot skala luas, letakkan pot dengan jarak 60x60 cm di atas tanah atau bedengan bekas budidaya tomat, budidaya terong, atau budidaya tanaman lainnya yang menggunakan bedengan. Jika menginginkan menanam cabe dengan sistem tumpangsari, pada lahan dapat ditanami tanaman pendek (sebaiknya berumur pendek juga). Kalau lahan yang digunakan untuk menanam cabe dalam pot adalah bekas budidaya tanaman hortikultura, tanaman penyela bisa langsung ditanam di lahan, tetapi jika pada lahan baru, sebaiknya dilakukan olah tanah dan pemupukan dasar sesuai jenis komoditas yang akan ditanam.
  • Buat lubang tanam seperti pada cara menanam cabe di lahan.

Cara Mempersiapkan Bibit dan Menanam Cabe dalam Pot

  • Sebelumnya buat rumah pembibitan, bisa menggunakan sungkup plastik untuk menghemat biaya.
  • Cara pembuatan media semai untuk tanaman cabe komposisinya sama seperti budidaya tanaman hotikultura, terutama yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Komposisi media semai cabe terbuat dari campuran 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, dan 150 g pupuk NPK yang sudah dihaluskan.
  • Penyemaian benih cabe. Cara menanam benih cabe ke dalam plastik semai agar efisien cukup menggunakan tangan kering, usahakan media untuk menanam benih cabe dalam keadaan lembab saja, jangan terlalu basah. Masukkan benih cabe satu per satu lalu tutup lagi menggunakan tanah tipis-tipis.
  • Pemeliharaan bibit cabe. Cara memelihara bibit cabe juga sama untuk bibit lainnya. Sungkup dibuka pukul 07.00-09.00, dan 15.00-17.00. Penguatan tanaman penting untuk diperhatikan agar bibit cabe lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru setelah pindah tanam, cara penguatan tanaman cabe dengan membiarkan bibit cabe terkena sinar matahari penuh selama 5 hari menjelang waktu menanam. Tetapi saat malam hari, sungkup harus ditutup lagi agar terhindar dari serangan hama dan penyakit cabe, terutama hama ulat. Siram bibit cabe setiap pagi hingga basah agar saat sore hari bibit cabe tidak kekurangan air. Namun, jika terik matahari terlalu panas, sore hari bisa disiram lagi, tetapi jangan terlalu basah. Cara ini penting diperhatikan untuk mengurangi tingkat kelembaban di malam hari. Penyemprotan pestisida pada bibit cabe dilakukan pada umur 15 hss (hari setelah semai) dengan dosis cukup ½ dari dosis dewasa.
  • Pindah tanam. Bibit cabe yang telah memiliki 4 helai daun sejati siap dipindah tanam ke dalam pot atau polybag. Cara menanam bibit cabe sama seperti menanam cabe di lahan.
  • Setelah bibit cabe dipindah tanam ke dalam pot, segera lakukan pemasangan ajir. Cara memasang ajir sedini mungkin bertujuan untuk menghindari kerusakan akar cabe, sehingga diharapkan tidak ada luka akar yang dapat menyebabkan infeksi sekunder (terhindar dari penyakit akar).

Cara Memelihara Tanaman Cabe dalam Pot

Cara memelihara tanaman cabe dalam pot sebetulnya sama seperti cara menanam cabe di lahan, kecuali sanitasi lahan. Secara garis besarnya sebagai berikut:

Cara Menyulam Tanaman Cabe

Seperti pada cara menanam cabe di lahan, penyulaman dilakukan sampai umur tanaman cabe 3 minggu. Jika tanaman cabe mati karena penyakit akar, seperti misalnya rebah semai, usahakan tanah di sekitar lubang tempat menanam cabe dibuang secukupnya.

Cara Merempel dan Mengikat Tanaman Cabe

Cara melakukan perempelan dilakukan pada daun cabe tua dan tunas samping. Cara merempel daun cabe dan tunas samping sama seperti cara menanam cabe di lahan. Perempelan daun cabe tua dan terserang hama penyakit ini dilakukan ketika tanaman cabe memasuki umur 80 hst (hari setelah tanam).

Sanitasi Lahan

Cara melakukan sanitasi lahan untuk budidaya cabe dalam pot lebih mudah dilakukan, yaitu dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di dalam pot. Untuk budidaya cabe sistem tumpangsari, cara membersihkan gulma tanaman penyelang sesuai dengan cara pemeliharaan untuk tanaman yang ditumpangsarikan.

Cara Mengairi Tanaman Cabe

Cara mengairi tanaman cabe dalam pot tidak sama seperti saat menanam cabe di lahan. Pengairan tanaman cabe ini dengan cara menyiram tanaman setiap 2-3 hari sekali saat tidak turun hujan. Pada budidaya cabe skala luas, cara mengairi tanaman cabe bisa dilakukan pengeleban untuk memudahkan mendapatkan air. Saat pengeleban tersebut, air dapat disiramkan ke dalam pot. Hindari pengeleban dan penyiraman tanaman cabe pada waktu siang hari untuk menghindari penguapan tinggi.

Cara Melakukan Pemupukan Susulan

Pupuk Akar diberikan dengan cara pengocoran setiap 5 hari sekali, mulai tanaman cabe berumur 5 hst sampai 105 hst. Saat umur tanaman cabe 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 hst dikocor menggunakan pupuk NPK dengan dosis 1kg NPK 15-15-15 yang dilarutkan ke dalam 200 lt air. Larutan ini untuk 1000 tanaman, masing-masing tanaman cabe mendapatkan kocoran sebanyak 200 ml. Saat tanaman cabe berumur 35 hingga 60 hst (interval 5 hari) dikocor menggunakan pupuk NPK dengan dosis 2kg NPK 15-15-15 yang dilarutkan ke dalam 200 lt air. cara ini untuk 1000 tanaman, masing-masing tanaman cabe 200 ml. Selanjutnya, memasuki usia 65 hingga 105 hst juga dikocor menggunakan pupuk NPK, dengan cara dan interval yang sama larutkan 3kg NPK 15-15-15 ke dalam 200 lt air.
Selain pupuk akar, untuk mempercepat pertumbuhan dan pembuahan tanaman cabe, perlu juga diaplikasikan pupuk daun. Cara aplikasi pupuk daun ini melalui penyemprotan, bisa bersamaan pada waktu melakukan penyemprotan pestisida. Tanaman cabe dalam pot membutuhkan nitrogen tinggi untuk pertumbuhan saat tanaman cabe berumur 14 dan 21 hst. Sedangkan saat pembuahan, tanaman cabe membutuhkan pupuk kandungan phospat, kalium dan pupuk mikro tinggi. Cara aplikasinya juga bisa bersamaan saat penyemprotan pestisida, diberikan ketika tanaman cabe berumur 35 dan 75 hst.

CARA MENGENDALIKAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABE DALAM POT

Cara pengendalian hama dan penyakit tanaman cabe dalam pot bisa mengadopsi cara pengendalian hama dan penyakit tanaman cabe pada budidaya cabe di lahan.

PANEN CABE DALAM POT

Cara memanen Cabe di pot sama seperti menanam cabe di lahan, buah cabe dipanen saat umur tanaman cabe antara 90-110 hst. Buah cabe yang dipanen adalah buah cabe 80% masak.

HAMA ULAT TANAH (Agrotis sp.) DAN CARA PENGENDALIANNYA

Hama Ulat Tanah (Agrotis sp.) merupakan salah satu jenis hama ulat perusak tanaman yang banyak dikeluhkan para petani, terutama petani hortikultura. Hama ulat tanah seringkali menyerang batang tanaman muda, baik di persemaian maupun setelah pindah tanam. Ulat tanah (Agrotis sp.) bersembunyi di dalam tanah, pada bongkahan tanah, dan terkadang juga dijumpai di balik mulsa PHP (plastik hitam perak) pada budidaya tanaman secara intensif, sehingga ulat tanah dengan mudah merusak akar dan pangkal batang tanaman. Tanaman yang terserang ulat tanah keesokan harinya akan rebah, terkadang hanya tersisa batang bawahnya saja. Seperti halnya jenis hama ulat lainnya, hama ulat tanah menyerang tanaman pada malam hari. Ulat tanah (Agrotis sp.) menyerang tanaman budidaya dengan cara memotong batang, sehingga hama ulat tanah juga dikenal dengan nama ulat pemotong (cut worm). Selain menyerang batang muda, ulat tanah juga menyerang bagian tanaman lain, seperti bagian akar, dan daun tanaman.
Hama ulat tanah banyak dijumpai pada tanaman budidaya, seperti saat kita sedang budidaya cabe, budidaya kentang, budidaya terong, budidaya bawang putih, budidaya bawang merah, budidaya tomat, budidaya melon, budidaya jagung, dan budidaya tanaman hortikultura lainnya. Tingkat serangan hama ulat tanah (Agrotis sp.) tergolong tinggi, bahkan jika hal ini tidak diantisipasi, kemungkinan serangan ulat tanah bisa mencapai 50% dari total tanaman budidaya. Alhasil, pertumbuhan tanaman tidak seragam karena banyak tanaman sulaman. Apalagi jika tanaman lebih dari 2 minggu masih disulam, dapat meningkatkan tingkat kesulitan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Untuk ini, pengetahuan tentang hama ulat tanah (Agrotis sp.) maupun cara pengendalian yang tepat guna perlu diketahui oleh seorang petani, terutama petani hortikultura. Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko kegagalan produksi, diharapkan produksi yang dihasilkan tinggi sesuai tingkat produktifitas masing-masing komoditas pertanian.

Klasifikasi Ulat Tanah (Agrotis sp.)

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Agrotis
Organisme pengganggu tanaman dari spesies Agrotis sp. adalah Agrotis ipsilon, Agrotis segetum dan Agrotis interjectionis.

Siklus Hidup Ulat Tanah (Agrotis sp.)




Siklus hidup ulat tanah sama dengan jenis hama ulat lainnya. Dalam satu generasi, diselesaikan dalam waktu antara 28-42 hari. Ngengat dewasa meletakkan telurnya di permukaan daun tanaman, tangkai daun, maupun tangkai batang. Kemudian telur menetas dan berubah menjadi larva. Saat malam hari, larva memakan tanaman muda untuk melangsungkan hidupnya, sedangkan siang harinya bersembunyi di dalam tanah, dibalik mulsa, maupun pada bongkahan tanah. Selanjutnya ulat besar akan berubah menjadi kepompong, dan keluar menjadi ngengat dewasa yang akan segera bertelur lagi, demikian seterusnya.

Gejala Serangan Ulat Tanah (Agrotis sp.)

Gejala serangan hama ulat tanah ditandai dengan terpotongnya batang tanaman, terutama tanaman muda di persemaian. Tanaman yang baru saja pindah tanam terpotong hingga putus dan menyisakan pangkal batangnya saja.

Pengendalian Ulat Tanah (Agrotis sp.)

Seperti halnya jenis hama ulat bulu, ulat grayak, ulat kubis dan jenis hama ulat lainnya, hama ulat tanah Agrotis sp. dapat dikendalikan dengan beberapa cara juga, yaitu bisa secara teknis, mekanis maupun kimiawi.

Pengendalian Secara Teknis

Pengendalian secara teknis untuk ulat tanah dapat dengan penggenangan lahan selama sehari penuh. Hal ini bertujuan untuk membunuh hama ulat tanah maupun pupa yang masih bersembunyi di dalam tanah. Penggunaan mulsa PHP juga dianjurkan, terutama untuk budidaya intensif karena mulsa plastik ini mampu meningkatkan suhu di dalam tanah sehingga ulat tanah maupun pupa yang tersisa di dalam tanah akan musnah.

Pengendalian Secara Mekanis

Pengendalian mekanis untuk ulat tanah dilakukan dengan cara memusnahkan seluruh tanaman terserang dengan mencabut sampai ke bagian akarnya, sehingga telur-telur yang masih menempel segera dimusnahkan.

Pengendalian Secara Kimiawi

Pembuatan lubang tanam pada tanah dilakukan 1 minggu sebelum tanam, kemudian masukkan 1 sendok makan pestisida berbahan aktif karbofuran ke dalam lubang tanam. Setelah itu, ditutup dengan tanah tipis-tipis. Aplikasi pestisida ini dapat dilakukan bersamaan dengan pemupukan dasar maupun aplikasi lainnya pada lubang tanam.
Jika setelah tanaman tumbuh dan serangan ulat tanah belum melebihi ambang batas pengendalian, maka diupayakan untuk melakukan pengendalian mekanis. Hal ini bertujuan mengurangi tingkat resistensi hama ulat tanah terhadap jenis bahan aktif pestisida. Namun jika serangan cukup tinggi, bisa dilakukan penyemprotan menggunakan bahan aktif pestisida, seperti klorpirifos, sipermetrin, lamda sihalotrin, deltametrin, profenofos, tiodikarb, klorantraniliprol, amamektin benzoat, metomil, betasiflutrin, kartophidroklorida, atau dimehipo sesuai petunjuk pada kemasan.
Pilih beberapa bahan aktif tersebut untuk penyelingan saat penyemprotan. Yang perlu diperhatikan saat mengendalikan ulat tanah adalah jangan menggunakan hanya 1 bahan aktif saja, minimal 2 bahan aktif, namun lebih banyak lebih baik. Gunakan dosis terendah seperti yang tertera di kemasannya terlebih dahulu, baru ditingkatkan jika tidak ada perubahan signifikan. Hal ini bertujuan mengurangi resistensi hama ulat tanah (Agrotis sp.) terhadap jenis bahan aktif tertentu.

Penyebaran Dan Habitan Ikan Nila

Penyebaran Dan Habitan Ikan Nila - Ikan Nila berasal dari daerah Afrika bagian timur, terutama di Sungai Nil dan perairan yang terhubung dengan sungai tersebut, seperti Danau Tanganyika. Oleh karena itulah ikan nila memiliki nama latin sesuai dengan nama asal habitatnya, Orechromis Niloticus. Ikan tersebut kemudian mulai menyebar ke daerah Timur Tengah, Amerika, Eropa dan negara-negara Asia, setelah dibawa oleh bangsa Eropa. Saat ini, ikan nila telah dibudidayakan di semua propinsi di Indonesia.

Habitat atau lingkungan tempat tumbuh dan berkembang biak ikan nila sangat bervariasi. Memang, ikan ini dikenal memiliki daya adaptasi yang sangat bagus terhadap perubahan lingkungan hidup. Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan di berbagai tempat dengan kondisi perairan yang bervariasi, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Kondisi perairan yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk pemeliharaan ikan nila adalah air tawar, air payau, bahkan masih mampu bertahan hidup di air asin, dengan nilai pH air berkisar antara 6-8,5. Kadar garam yang ideal untuk pertumbuhannya antara 0-35 permil. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan adaptasi yang bertahap, dengan kadar garam yang ditingkatkan sedikit demi sedikit. Jika pemindahan dilakukan secara mendadak, dari air tawar ke air asin dengan kadar garam tinggi, dapat mengakibatkan stress, bahkan berpotensi menimbulkan kematian dalam jumlah besar.

Ikan nilai kecil relatif lebih mudah beradaptasi dibanding dengan ikan nila dewasa, oleh sebab itu, pemindahan ikan nila ke habitat lain sebaiknya dilakukan saat masih anakan. Ikan ini juga mampu bertahan hidup baik di perairan dangkal maupun dalam. Oleh sebab itu, ikan ini juga sering dibudidayakan di waduk-waduk yang memiliki perairan relatif dalam, dengan sistem budidaya Karamba Jaring Apung. Bahkan akhir-akhir ini, budidaya ikan nila sudah dilakukan dengan sistem Karamba Jaring Apung di laut.

Suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya antara 25-30 derajat Celcius, sehingga budidaya ikan nila akan lebih efisien jika dilakukan di dataran rendah hingga menengah. Untuk mengetahui bagaimana cara budidaya ikan nila yang efektif, silahkan baca pada artikel Budidaya Ikan Nila.

ARTIKEL POPULER