MENGENAL IKAN GURAMI

Ikan gurami adalah salah satu jenis ikan air tawar yang sangat populer dan memiliki banyak penggemar. Oleh karena itu nilai ekonomis ikan gurami juga sangat tinggi. Ikan ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat. Keungulan ikan gurami antara lain mudah dipelihara, dapat berkembang biak secara alami, dapat hidup di air tenang, serta harganya relatif mahal. Ikan ini memiliki organ pernapasan  tambahan sehingga bisa mengambil oksigen dari luar air tetapi sangat peka terhadap terhadap suhu rendah sehingga budidaya ikan gurami akan lebih produktif jika dilakukan di dataran rendah.

Orang Jawa mengenal ikan gurami dan menyebutnya dengan istilah grameh atau brami, sementara itu orang Sumatra dan Kalimantan menyebut ikan yang satu ini dengan nama kalui, sialui, kalua, kalau, dan kalwe.

Ikan gurami tersebar luas di berbagai negara dari Asia hingga ke Australia. Beberapa negara yang dikenal sebagai daerah penyebaran ikan gurami antara lain Thailand, Sri Langka, Malaysia, Australia, Cina, India, dan Indonesia. Sementara itu, di Indonesia ikan gurami banyak dibudidayakan di berbagai tempat antara lain pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.

Morfologi dan Taksonomi Ikan Gurami

Ikan gurami memiliki ukuran tubuh yang relatif panjang. Bentuk tubuhnya yang pipih memberikan kesan bentuk tubuh yang lebar meninggi. Seluruh permukaan tubuhnya tertutup oleh sisik-sisik yang besar, kasar, dan kuat. Pada tubuh bagian bawah terdapat sirip perut yang memiliki jari-jari dan berfungsi sebagai alat peraba. Jika dilihat dari samping, bentuk tubuh ikan gurami tampak meninggi dan terkesan membulat. Ikan gurami tergolong jenis ikan yang hidup dengan habitat di perairan yang dalam dan tenang. Ikan gurami muda memiliki bentuk kepala yang lancip atau terkesan meruncing pada bagian depannya, namun bentuk tersebut akan berubah menjadi agak bulat saat ikan gurami telah tubuh menjadi ikan dewasa. Mulut ikan gurami berukuran kecil dengan bibir bagian bawa berukuran lebih panjang dan lebih menonjol ke depan sehingga bibir bagian bawah ini terkesan menutupi bibir bagian atas. Pada ikan gurami jantan yang sudah berumur tua akan muncul tonjolan yang berbentuk seperti cula di bagian kepalanya.

Ikan gurami yang masih muda memiliki tubuh yang berwarna biru kehitaman dengan bagian bawah tubuhnya, yaitu bagian perut, berwana putih. Warna tersebut akan berubah pada saat ikan gurami berada pada fase menjelang dewasa. Tubuh bagian atas, punggung, berubah menjadi kecokelatan dan tubuh bagian bawah, perut, berubah menjadi keperakan atau kekuningan. Selain itu, ikan gurami muda juga memiliki garis tubuh yang berjumlah 7-8 buah, berwarna kehitaman dengan bentuk tegak vertikal, dan akan memudar setelah ikan gurami dewasa.

Jari-jari pertama pada sirip perut ikan gurami berbentuk benang memanjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Ikan gurami juga memiliki sirip punggung yang yang terdapat pada bagian atas tubuhnya membentang dari tengah punggung hingga mencapai pangkal bagian atas ekor. Sirip ekor berbentuk agak membulat seperti busur. Dibagian bawah depan sirip ekor terdapat sirip dubur yang membentang dari bagian perut hingga mencapai pangkal ekor bagian bawah. Ikan gurami juga memiliki sirip dada berjumlah dua buat. Pada ikan gurami betina, dasar atau pangkal sirip dada tersebut terdapat lingkaran hitam. Panjang tubuh ikan gurami dapat mencapai 65 cm dengan berat tubuhnya hingga 10 kg.

Klasifikasi Ikan Gurami




Filum : Chordata
Sub-filum : Vetrtebrata
Kelas : Pisces
Bangsa : Perciformes Labirinthici
Sub-bangsa : Anabantoidei
Suku : Osphronemidae  Anabantidae
Marga : Osphronemus
Jenis : Osphronemus gouramy

Pertumbuhan Ikan Gurami

Ikan gurami banyak hidup di perairan-perairan di Indonesia. Pada habitat alaminya, ikan ini dapat hidup cukup lama. Laju pertumbuhan ikan gurami tergolong lambat jika dibanding ikan-ikan budidaya komersial lainnya, seperti ikan nila dan ikan mas. Baca lebih lengkap pada artikel Kiat Memacu Pertumbuhan Ikan Gurami. Namun demikian, ikan gurami memiliki cita rasa daging yang sangat lezat dan banyak digemari masyarakat. Selain itu, ikan gurami juga memiliki pangsa pasar yang cukup besar dan tergolong ikan konsumsi papan atas.

Sebagai gambaran umum laju pertumbuhan ikan gurami, pada umur satu tahun ikan ini dapat tumbuh hingga panjang mencapai 15 cm. Pada tahun kedua, panjang tubuh ikan gurami mencapai 25 cm. Tetapi laju pertumbuhan tersebut mengalami penurunan pada tahun ketiga. Pada umur tiga tahun panjang tubuh ikan gurami kurang lebih 30 cm. Seperti ikan pada umumnya, ikan gurami juga memiliki kapasitas meneruskan pertumbuhan selama hidupnya, bila kondisi lingkungan hidupnya memenuhi persyaratan. Pertumbuhan ikan gurami yang sudah berumur tua lebih lambat dibanding dengan ikan gurami yang berumur muda.

Laju pertumbuhan ikan gurami akan berlansung cepat pada saat ikan gurami berumur 3-5 tahun. Setelah berumur lebih dari lima tahun, ikan gurami akan menggunakan sebagian besar energi dan nutrisi pada tubuhnya untuk pemeliharaan tubuhnya. Pada saat ikan gurami berada pada fase pematangan kelami pertama kalinya, pertumbuhan tubuhnya akan mengalami perlambatan karena sebagian besar energi dan nutrisi yang tersedia pada tubuhnya digunakan untuk perkembangan kelamin. Laju pertumbuhan ikan gurami juga akan mengalami penurunan selama preses pembuatan sarang dan selama periode mengasuh anak-anaknya. Selama periode tersebut ikan gurami hanya sedikit mencari makanan dan bahkan bisa tidak makan sama sekali.

KANDUNGAN DAN MANFAAT PISANG BAGI KEHIDUPAN

Kandungan dan Manfaat Pisang Bagi Kehidupan - Buah pisang merupakan buah yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Buah ini banyak ditemukan di daerah tropis, terutama di daerah-daerah yang memiliki tanah subur. Jenis buah pisang pun sangat beragam, sehingga kita bisa memilih buah tersebut sesuai kebutuhan dan selera kita. Kelebihan lain dari tanaman buah ini adalah dapat dikonsumsi secara langsung sebagai buah segar atau dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan olahan.

Kandungan Buah Pisang

Energi yang terkandung dalam buah pisang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan buah lain. Selain mengandung energi cukup tinggi, buah pisang juga kaya akan kandungan mineral. Seperti kita ketahui bahwa mineral merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan mineral pada buah pisang diantaranya adalah kalsium, kalium, magnesium, phosphor, dan besi. Disamping itu, buah pisang juga mengandung vitamin B, B6, dan vitamin C serta mengandung serotin yang aktif sebagai neutransmitter untuk kelancaran fungsi otak. Bila dibandingkan dengan buah apel, nilai energi buah pisang jauh lebih tinggi, yaitu 136 kal/100 g, sedangkan buah apel hanya 54 kal/100 g. Karbohidrat dalam buah pisang juga mampu menyuplay energi lebih cepat dibanding nasi atau biskuit, sehingga para atlet olah raga banyak mengkonsumsi buah pisang pada saat jeda istirahat sebagai mengganti energi yang terkuras.

Kandungan energi buah pisang merupakan energi instan yang mudah tersedia dalam waktu singkat sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Buah pisang memiliki kandungan karbohidrat bersifat kompleks dan tersedia secara bertahap. Sehingga dengan mengkonsumsi karbohidrat dari buah pisang dapat menyediakan energi dalam waktu singkat bahkan lebih tahan lama, serta menjadi cadangan energi cukup baik bagi tubuh.
Selain kandungan di atas, buah pisang juga banyak mengandung gula, terutama gula buah yang terdiri dari gula fruktosa berindeks sistemik lebih rendah bila dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik dimanfaatkan sebagai penyimpan energi karena metabolismenya lebih lambat. Untuk memenuhi kebutuhan energi bagi otak yang harus tersedia dengan cepat, terutama pada saat aktivitas biologis, maka buah pisang merupakan pilihan tepat sebagai penyuplai energi tersebut. Kandungan lemak pada buah pisang yang rendah, kurang lebih hanya 0.13% (lebih rendah dibandingkan buah apel), menjadikan buah ini sangat cocok dikonsumsi oleh orang bertubuh gemuk atau orang yang takut mengalami obesitas.
Kandungan mineral yang terdapat pada buah pisang, seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium, dan zat besi, lebih tinggi bila dibandingkan dengan bahan makanan nabati lainnya. Mineral yang terkandung pada buah pisang, khususnya zat besi, hampir 100% dapat diserap oleh tubuh. Kandungan zat besi tersebut mencapai 2 mg per 100 g berat kering. Sementara itu kandungan sengnya sebesar 0,8 mg per 100 g berat kering.

Tidak hanya itu, kandungan vitamin pada buah pisang pun sangat tinggi, terutama provitamin A berupa betakaroten sebanyak 45 mg per 100 gram berat kering. Selain vitamin A, buah pisang juga mengandung vitamin B, yaitu tiamin (Vitamin B1), riboflavin (Vitamin B2), niasin (vitamin B3), serta vitamin B6 atau piridoksin. Kandungan vitamin B6 cukup tinggi, yaitu sebanyak 0,5 mg per 100 gram berat kering. Selain berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam metabolisme, vitamin B6 berperan dalam proses sintesis serta metabolisme protein, khususnya serotin. Serotin berperan aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak. Bukan hanya itu, vitamin B6 juga berperan dalam metabolisme energi yang berasal dari karbohidrat. Lebih lanjut, peran vitamin B6 sangat mendukung ketersediaan energi bagi otak untuk aktivitas sehari-hari.
Kandungan mineral utama pada buah pisang adalah kalium. Kalium sangat besar peranannya bagi tubuh manusia, terutama berfungsi sebagai penjaga keseimbangan air, stabilitas kesehatan jantung, pengontrol tekanan darah, serta membantu transportasi oksigen ke otak. Kandungan vitamin dan kalori yang tinggi pada buah pisang menjadikan buah ini sangat baik digunakan sebagai makanan awal bagi bayi.



Pisang selain mengandung zat gizi seperti diuraikan di atas juga mengandung senyawa fructooligosaccharide. Fructooligosaccharide merupakan salah satu senyawa yang mampu mendorong bakteri probiotik, yaitu salah satu bakteri menguntungkan pada sistem pencernaan manusia. Senyawa ini berfungsi mengoptimalkan penyerapan kalsium dalam tubuh, sehingga sangat baik dikonsumsi oleh para lansia.

Kandungan gizi pada beberapa varietas buah pisang di Indonesia:
Pisang Ambon:
Kalori : 99 kal
Karbohidrat : 25,8 %
Vitamin A : 140 SI
Air : 72 %

Pisang Angleng :
Kalori : 68 kal
Karbohidrat : 17,2 %
Vitamin A : 76 SI
Air : 80,3 %

Pisang Lampung :
Kalori : 99 kal
Karbohidrat : 25,6 %
Vitamin A : 61,8 SI
Air : 72,1 %

Pisang Mas :
Kalori : 127 kal
Karbohidrat : 33,6%
Vitamin A : 79 SI
Air : - (sumber tidak terbaca)

Pisang Raja :
Kalori : 120 kal
Karbohidrat : 31,80 %
Vitamin A : 950 SI
Air : 65,80 %

Pisang Raja Sere :
Kalori : 118 kal
Karbohidrat : 31,1 %
Vitamin A : 112 SI
Air : 67 %

Pisang Raja Uli :
Kalori : 146 kal
Karbohidrat : 38,2 %
Vitamin A : 75 SI
Air : 59,1 %

Sumber : Direktorat gizi, 1977

Kandungan gizi pada buah pisang per 100 gram
Kalori : 90 kkal
Karbohidrat : 22,84 g
Gula : 12,23 g
Serat : 2,26 g
Lemak : 0,33 g
Protein : 1,09 g
Vitamin A : - (sumber tidak terbaca)
Tiamin (vit. B1) : 0,031 mg
Ribloflavin (vit. B2) : 0,073 mg
Niasin (vit. B3) : 0,665 mg
Asam Fantothanik (vit. B5) : 0,334 mg
Vitamin B6 : 0,367 mg
Folat (vit. B9) : - (sumber tidak terbaca)
Kalsium : 8,7 m9
Besi : 5 mg
Vitamin C : 0,26 mg
Magnesium : 27 mg
Fosfor : 22 mg
Potasium : 358 mg
Seng : 0,15 mg

Sumber : USDA Nutrient data base, 2007

Manfaat Pisang

Tanaman pisang merupakan salah satu jenis tanaman buah yang banyak dimanfaatkan dalam aktivitas kehidupan manusia, terutama untuk berbagai keperluan hidup sehari-hari. Oleh karena itulah, tanaman buah ini dikenal sebagai tanaman multiguna. Bagian buah pisang memiliki manfaat besar terutama dalam membantu menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain manfaat buahnya, hampir seluruh bagian tanaman juga memiliki manfaat besar bagi kehidupan, mulai dari bonggol pisang, batang, kulit buah, hingga daunnya. Bahkan dalam dunia pertanian pun memberikan sumbangan cukup signifikan, terutama pada pertanian organik. Seluruh bagian tanaman juga baik dimanfaatkan sebagai bahan campuran dalam pembuatan pupuk organik, karena kandungan kalium dalam tanaman pisang sangat tinggi, bahkan seluruh bagian tanaman pisang mudah terdekomposisi sehingga lebih cepat tersedia di dalam tanah. Barbagai manfaat dan khasiat pisang dalam aktivitas kehidupan manusia dapat Anda simak seperti berikut:

Bonggol Pisang

Bonggol pisang adalah bagian dari tanaman pisang yang terdapat di bawah pangkal batang serta berupa umbi batang. Dengan teknologi pengolahan yang benar, bonggol pisang muda dapat dimanfaatkan maupun diolah menjadi bahan pangan olahan seperti keripik pisang yang merupakan bahan makanan kaya akan serat. Oleh masyarakat desa, air dari umbi batang pisang juga mempunyai manfaat sebagai obat tradisional, terutama dalam mengobati disentri dan pendarahan usus besar.

Batang Pisang

Batang pisang banyak dimanfaatkan untuk pembuatan tali dalam pengolahan pascapanen tembakau. Selain itu manfaat batang pisang juga sering ditemui pada pembuatan pupuk kompos oleh para petani organik. Selain memiliki manfaat besar di dunia pertanian, batang tanaman pisang juga bermanfaat di sektor peternakan. Para peternak kini sudah banyak yang memanfaatkannya untuk diolah menjadi pakan ternak ruminansia terutama pada musim kemarau saat persediaan pakan terbatas. Manfaat lain dari batang pisang adalah pada bagian air atau getahnya. Air atau getah pisang juga bisa dijadikan sebagai penawar racun maupun bahan baku dalam industri obat tradisional. Selain itu, batang pisang dari jenis abaca dapat diolah menjadi serat untuk bahan dasar pembuatan pakaian atau kertas.

Daun Pisang

Oleh masyarakat pedesaan, daun pisang yang masih bagus sering dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan karena diyakini mampu menambah cita rasa. Selain itu, pemanfaatan daun pisang untuk menghias makanan juga banyak dilakukan. Sementara daun-daun tua serta robek digunakan sebagai pakan ternak, karena banyak mengandung mineral yang dibutuhkan oleh hewan ternak.

Bunga Pisang (Jantung Pisang)

Jantung pisang banyak dimanfaatkan sebagai bahan sayur oleh para ibu rumah tangga karena memiliki kandungan protein, vitamin, lemak, maupun karbohidrat dalam jumlah tinggi. Selain dijadikan sayur, manfaat jantung pisang juga sebagai olahan makanan, manisan, acar, pecel maupun lalapan.

Kulit Pisang

Kulit buah pisang juga memiliki manfaat sangat banyak, diantaranya adalah sebagai bahan pencampur cream antinyamuk serta dapat digunakan untuk membuat pactin dengan cara diekstrak serta diambil cairannya. Pemanfaatan kulit buah pisang yang paling sederhana adalah sebagai pakan ternak. Selain itu, kulit pisang bagian dalam dapat digunakan sebagai bahan pembuatan nata pisang, dengan cara dikerok kemudian dihancurkan. Manfaat lainnya dapat digunakan sebagai pembunuh larva serangga, yakni dengan menambahkan sedikit pupuk urea serta pemberian bakteri dekomposer. Dengan kata lain, kulit pisang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pestisida nabati. Berdasarkan hasil temuan dari Taiwan, diketahui bahwa kulit pisang yang mengandung vitamin B6 dan serotin dapat diekstrak serta dimanfaatkan untuk kesehatan mata, yaitu menjaga retina mata dari kerusakan akibat cahaya berlebih.

Buah Pisang

Buah pisang merupakan bagian dari tanaman pisang yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia. Selain itu juga merupakan bagian utama dari produksi tanaman pisang. Buah pisang sering dijadikan sebagai sumber vitamin, mineral, buah meja, maupun produk olahan seperti tepung pisang, keripik, sale, selai, sari buah, sirup, maupun berbagai jenis kue dari pisang.

Manfaat Pisang Untuk Pengobatan Alternatif

Seluruh bagian pisang memiliki manfaat besar bagi kehidupan di bumi ini, mulai dari tumbuhan, hewan, sampai manusia pun merasakan manfaatnya. Bagi manusia, selain bagian buahnya dikonsumsi sebagai buah-buahan, juga dapat dijadikan alternatif pengobatan. Bahkan para leluhur seringkali memanfaatkan pisang sebagai ramuan obat herbal alami untuk mengobati berbagai macam penyakit. Manfat pisang dalam hal ini, diantaranya adalah sebagai obat gurah alami, mengurangi resiko terserang penyakit stroke, sebagai obat sembelit, mengobati anemia, mencegah terserang penyakit jantung, membantu mengobati liver, mengurangi rasa nyeri saat datang bulan pada wanita, obat maag, mengobati gatal-gatal akibat gigitan nyamuk maupun luka karena terbakar, sebagai obat bagi penderita penyakit diabetes melitus, membantu melangsingkan tubuh, menghaluskan kulit wajah, membantu menghilangkan jerawat maupun kutil, membantu meningkatkan konsentrasi dan daya tangkap pada otak, sebagai sumber energi penambah stamina, serta membantu menguatkan tulang. Semuanya akan kami jelaskan satu per satu berikut ini :

1. Obat Gurah Alami

Manfaat buah pisang hijau dalam kesehatan adalah sebagai bahan utama saat melakukan gurah atau menghilangkan dahak. Jika Anda ingin memanfaatkannya untuk gurah hidung atau mengencerkan dahak secara alami, caranya adalah dengan membelah buah pisang hijau, lalu pada bagian tengahnya diberi minyak kelapa. Kemudian, pisang dibakar hingga matang. Setelah matang, kupas kulit buahnya lalu makan. Caranya yang sangat sederhana serta mudah untuk obat gurah membuat siapapun bisa mencobanya. Apakah Anda juga ingin mencoba?

2. Mengobati Penyakit Stroke

Kandungan buah pisang atas kalium dan potasiumnya menjadikan buah ini mempunyai manfaat besar untuk memperlancar sistem peredaran darah di tubuh manusia. Sirkulasi dalam tubuh menjadi lancar sehingga juga memperlancar peredaran oksigen ke otak. Lebih dari itu, kandungan kaliumnya membantu memperlancar denyut jantung sehingga mampu mengurangi resiko serangan penyakit stroke. Hal ini dikuatkan oleh adanya penelitian The New England Journal of Medicine, hasil studi mengatakan bahwa konsumsi buah pisang setiap hari mampu menurunkan resiko kematian akibat serangan stroke hingga 40%.

3. Mengobati Sembelit

Manfaat buah pisang sebagai obat sembelit disebabkan adanya kandungan serat cukup tinggi pada buah, yaitu sekitar 2,26 gram per 100 gram buah. Seperti diketahui, bahwa serat berfungsi memperlancar kerja usus dalam tubuh manusia, bahkan lebih dari itu serat juga mampu menyehatkan usus sehingga konsumsi buah pisang secara rutin sangat dianjurkan. Selain itu, buah pisang yang dicampur susu cair juga dapat membantu penderita penyakit usus.

4. Mengobati Anemia

Manfaat buah pisang lainnya juga ditemui pada penderita anemia. Penderita anemia dapat diobati dengan mengkonsumsi secara rutin buah pisang. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan zat besi dalam pisang cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan hemoglobin darah. Konsumsi buah pisang secara rutin sehari dua kali (2 buah) cukup membantunya.

5. Mengurangi Resiko Terserang Penyakit Jantung

Kandungan mineral berupa kalium buah pisang mampu memperlancar denyut jantung. Konsumsi buah pisang secara rutin dapat membantu menstabilkan kesehatan jantung. Dalam hal ini, karena peredaran darah lancar sehingga suplai oksigen ke otak juga menjadi lancar, alhasil resiko terserang penyakit jantung dapat diminimalisir.

6. Mengobati Penyakit Liver

Bagi penderita penyakit liver, cukup mengkonsumsi buah pisang secara rutin dapat mengurangi derita yang dialaminya. Konsumsi pisang sebanyak dua buah bersama satu sendok madu selain akan meningkatkan nafsu makan juga mempunyai manfaat besar untuk meningkatkan stamina.

7. Mengurangi Nyeri Haid bagi Wanita

Manfaat buah pisang bagi wanita terlihat besar terutama bagi para wanita yang sering mengalami gangguan nyeri sewaktu haid datang. Konsumsi buah pisang setiap hari secara rutin mampu membantu mengurangi rasa sakit. Hal ini terjadi karena adanya kandungan vitamin B6 dalam buah pisang mampu mengurangi kadar gula dalam darah sehingga rasa sakit berkurang saat datang bulan.

8. Mengobati Sakit Maag

Buah pisang memiliki zat penangkal asam sehingga baik dikonsumsi bagi penderita sakit maag. Saat maag sedang menyerang, Anda dapat makan buah pisang untuk membantu mengurangi rasa sakit. Zat penangkal asam pada buah pisang berupa serat yang mampu membantu mentralkan asam lambung.

9. Mengobati Gatal dan Luka Terbakar

Manfaat dan khasiat buah pisang untuk mengobati gigitan serangga terletak di bagian kulit buah. Kulit pisang dapat dimanfaatkan seperti lotion antinyamuk. Selain aman, cara pemakaiannya pun cukup mudah, yaitu cukup mengoleskan bagian dalam kulit buah pisang di bentolan akibat gigitan nyamuk. Sedangkan khasiatnya untuk mengobati luka bakar terletak di bagian daun pisang. Mengoleskan abu daun pisang yang dicampur minyak kelapa dapat mengobati luka karena terbakar.

10. Mengobati Penyakit Diabetes Melitus

Cara pengobatan tradisional ini sering dimanfaatkan oleh rakyat Sulawesi untuk mengobati penyakit diabetes melitus. Adapun jenis pisang yang digunakan dari varietas goroho. Caranya ambil beberapa buah pisang goroho tua tetapi masih belum matang, kemudian kupas, cuci sampai bersih, lalu kukus bersama parutan buah kelapa yang belum terlalu tua. Makan secara rutin sampai sembuh.

11. Obat Pelangsing Tubuh

Rasa kenyang yang ditimbulkan setelah makan buah pisang mampu mengurangi nafsu makan sehingga sangat baik membantu menurunkan berat badan. Kandungan karbohidratnya juga mampu meningkatkan stamina tubuh, tubuh menjadi tidak mudah lemas. Selain itu, adanya kandungan serat pada buah pisang, baik untuk membantu program diet, karena efeknya mengakibatkan rasa kenyang lebih lama. Konsumsi empat buah pisang setiap hari dianjurkan selama melakukan program diet.

12. Manfaat Buah Pisang untuk Kecantikan

Manfaat buah pisang dalam hal ini adalah membantu menghaluskan kulit wajah. Pemakaian secara teratur membantu kulit lebih cepat halus dan mulus. Caranya yang sangat mudah dapat dijadikan alternatif menjaga kecantikan kulit wajah terutama bagi para wanita, yaitu cukup melumatkan buah pisang matang, lalu tambahkan madu murni dan sedikit susu atau dapat diganti dengan minyak zaitun. Aduk hingga bercampur rata. Setelah itu oleskan ramuan pisang pada wajah secara rutin, diamkan selama kurang lebih setengah jam baru bilas menggunakan air dingin. Lakukan setiap hari secara rutin agar kulit lebih cepat halus mulus.

13. Mengobati Jerawat

Bubur buah pisang selain bagus dimanfaatkan untuk menghaluskan kulit wajah seperti telah disebut di atas juga dapat membantu mengobati jerawat. Oleskan buah pisang yang sudah dilumatkan tersebut di bagian tubuh berjerawat. Lakukan secara rutin sampai jerawat Anda hilang. Selain mengobati jerawat, manfaat buah pisang lainnya juga membantu menghilangkan kutil, seperti ulasan di bawah ini.

14. Mengobati Kutil

Seperti telah disebutkan pada manfaat kulit pisang, selain sebagai lotion antinyamuk maupun membunuh larva serangga. Kulit pisang juga dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan kutil di kulit. Caranya pun cukup mudah, yaitu cukup mengoleskan bagian dalam kulit buah pisang pada kutil di tubuh setiap hari secara rutin.

15. Kesehatan Otak

Manfaat buah pisang dalam hal ini disebabkan adanya kandungan serotin dan vitaminnya seperti vitamin B, B6, maupun vitamin C. Penelitian mengenai kesehatan otak pernah dilakukan pada 200 siswa yang mengonsumsi buah pisang. Diketahui dari hasil penelitian bahwa konsumsi buah pisang sebanyak tiga kali sehari mengalami peningkatan konsentrasi maupun daya tangkap lebih baik.

16. Sumber Energi

Konsumsi dua buah pisang setiap hari dapat meningkatkan stamina tubuh. Kandungan karbohidrat maupun gula dalam buah pisang berfungsi menyimpan energi tahan lama dalam tubuh sehingga stamina selalu tetap terjaga. Begitu besar manfaat buah pisang sebagai pembangkit energi sehingga dianjurkan mengonsumsinya di sela-sela kegiatan berolahraga atau saat bekerja berat.

Penguat Tulang

Adanya kandungan senyawa fructooligosaccharide menjadikan buah pisang sangat bermanfaat dalam mengurangi resiko akibat gangguan tulang. Hal ini terjadi karena senyawa fructooligosaccharidenya mampu membantu menyerap kalsium cukup baik, sehingga kebutuhan tulang akan kalsium terpenuhi. Konsumsi buah pisang secara rutin pada anak maupun lansia sangat dianjurkan untuk membantu penguatan tulang.

17. Manfaat Lainnya

Manfaat buah pisang lainnya bagi kesehatan tubuh manusia juga dalam mengobati penyakit seperti menurunkan tekanan darah tinggi (penderita hipertensi), penyumbatan pembuluh darah, mengurangi resiko stress, memberikan energi untuk berpikir serta menghindari kepikunan atau mudah lupa. Hal ini disebabkan adanya kandungan kalium tinggi pada buah pisang bisa dimanfaatkan sebagai nutrisi untuk menghindari berbagai macam penyakit tersebut. Selain itu manfaat buah pisang juga baik dalam membantu mempertajam penglihatan pada lansia, terutama bagian kulit buahnya. Kandungan vitamin B6 dan serotin membantu menjaga kerusakan retina mata akibat cahaya berlebih. Sementara serat yang terkandung dalam buah pisang bermanfaat membantu pecandu rokok berhenti merokok, mengontrol suhu badan, khususnya pada ibu hamil.

Demikian informasi terbaik yang dapat kami sajikan, semoga Kandungan Dan Manfaat Pisang, bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih atas kunjungannya, Salam Tanijogonegoro!

BUDIDAYA BUAH NAGA ORGANIK

Budidaya Buah Naga Organik merupakan salah satu budidaya tanaman buah dengan menerapkan cara-cara alamiah (organik) serta memanfaatkan bahan maupun tanaman organik selama proses budidayanya. Buah Naga memiliki kandungan maupun khasiat luar biasa bagi kesehatan manusia sehingga selain sebagai tanaman buah juga bermanfaat sebagai tanaman herbal. Banyak keunggulan buah naga sehingga komoditas buah-buahan ini diburu oleh konsumen untuk berbagai macam keperluan. Tingginya permintaan konsumen terhadap buah ini memberikan angin segar bagi petani, serta peluang besar bagi pengembangan agribisnis buah naga.

PELUANG USAHA BUAH NAGA

Buah naga akhir-akhir ini banyak dibudidayakan oleh masyarakat, karena tingginya permintaan terhadap buah berasal dari gurun tersebut. Penanaman buah naga tersebar di pulau Jawa hingga ke Kalimantan. Kebun-kebun buah ini juga banyak ditemui. Memang, budidaya buah ini tergolong mudah bahkan minim perawatan. Budidaya buah naga bisa diusahakan di lahan luas dalam skala usaha besar maupun di lahan-lahan sempit seperti di kebun maupun halaman rumah (menggunakan pot). Oleh karena itu, para petani mampu meraup keuntungan besar, disamping produksinya tinggi, juga harga jualnya sangat bagus.

CARA BUDIDAYA BUAH NAGA

Penanaman buah naga kini banyak diarahkan pada sistem menanam buah naga organik. Produk dari hasil budidaya organik memiliki kualitas buah lebih baik dibandingkan produk dari hasil budidaya secara kimiawi. Selain itu, keuntungan dari teknik bercocok tanam buah naga secara organik lainnya adalah buah hasil produksi lebih sehat tanpa adanya residu bahan kimia, dimana residu kimia sangat berbahaya baik bagi kesehatan tubuh manusia maupun lingkungan sekitar. Pencemaran lingkungan baik air, udara, maupun tanah oleh paparan pestisida juga bisa dikurangi. Di samping itu, penggunaan bahan organik juga dapat mengembalikan kesuburan tanah, baik sifat fisik, biologi, maupun kimia tanah, sehingga tanah bisa digunakan untuk proses budidaya pertanian berkelanjutan.
Sejauh ini, di Indonesia sistem penanaman buah naga masih menggunakan bahan kimia dalam pemeliharaannya, baik itu pemupukan maupun penggunaan pestisidanya. Penggunaan pupuk kimia dalam jumlah berlebihan tetapi tidak diimbangi pemberian pupuk organik justru dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah selama kurun waktu tertentu. Tekstur tanah pertanian menjadi kurang subur, keras bahkan tandus akibat aplikasi pupuk kimia berlebihan serta berlangsung secara terus menerus. Selain itu, penggunaan pestisida dosis tinggi dapat menimbulkan residu bahan kimia pada hasil produksi buah. Jika buah dengan paparan residu pestisida tinggi dikonsumsi oleh manusia secara terus menurus, maka residu pestisida tersebut akan terakumulasi, selanjutnya menjadi racun dalam tubuh. Lihat selengkapnya tentang bahaya pestisida bagi kesehatan.

SYARAT TUMBUH TANAMAN BUAH NAGA




Syarat tumbuh tanaman buah naga tidak berbeda jauh dari tanaman kaktus atau tanaman gurun pasir lainnya. Karena berasal dari daerah gurun pasir berkondisi panas kering maka buah ini umumnya tumbuh baik di dataran rendah hingga menengah. Buah spesies Hylocereus undatus, merupakan buah naga berdaging putih, buah ini akan tumbuh baik di ketinggian kurang dari 300 mdpl, sedangkan spesies Hylocereus costaricensis, merupakan buah naga berdaging super merah (super red), buah ini tumbuh baik di ketinggian 0-100mdpl. Sementara itu spesies Selenicereus megalanthus, merupakan buah naga berkulit kuning, daging putih tanpa sisik, buah ini akan tumbuh baik di daerah dingin (ketinggian lebih dari 800 mdpl).
Tanaman buah naga lebih cocok ditanam di daerah kering, dibandingkan daerah beriklim basah, curah hujan ideal untuk pertumbuhannya adalah 720 mm/tahun. Namun, tanaman buah naga masih dapat berproduksi serta tumbuh baik pada curah hujan tinggi, berkisar antara 1.000-1.300 mm/tahun, meskipun selama pertumbuhannya tersebut rentan terserang penyakit, terutama penyakit busuk akar maupun penyakit busuk batang. Hal ini disebabkan tanaman buah naga tidak tahan terhadap genangan air, sehingga jika kondisi tanahnya tergenang, maka akar tanaman kesulitan mendapatkan suplai oksigen. Karena perakaran tidak mendapatkan suplai oksigen normal, mengakibatkan tanaman buah asli gurun ini sangat mudah terserang penyakit.
Tanaman buah naga merupakan jenis tanaman buah dengan kebutuhan terhadap intensitas penyinaran cahaya matahari penuh. Oleh karena itu, lokasi penanaman buah naga sebaiknya dilakukan di lahan terbuka tanpa naungan. Lahan terbuka juga lebih memberi peluang memberikan sirkulasi udara cukup bagi pertumbuhan tanaman, sehingga kelembaban areal pertanaman lebih terjaga. Suhu udara ideal untuk pertumbuhan tanaman buah ini adalah antara 26-36°C.
Kondisi tanah ideal untuk menanam buah naga adalah tanah gembur dan porous, serta banyak mengandung bahan organik maupun unsur hara. Hindari menanam buah naga pada tanah berkandungan logam berat dan garam cukup tinggi. pH tanah optimal untuk pertumbuhan tanaman buah ini antara 6-7. Penanaman buah naga pada tanah masam, yaitu memiliki nilai pH tanah di bawah 6, akan menyebabkan pertumbuhan akar tanaman menjadi pendek tidak sempurna. Akibatnya, akar tanaman tidak mampu menyerap unsur hara sehingga tanaman mengalami kekurangan unsur hara serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan.
Meskipun tahan terhadap kekeringan, bukan berarti tanaman buah ini tidak memerlukan air. Air merupakan kebutuhan vital bagi semua tanaman. Oleh karena itu, air harus tersedia terus baik. Namun, pemberian air secara berlebihan juga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, hindari lokasi penanaman di daerah-daerah beresiko tergenang air saat musim hujan, karena tanaman buah naga merupakan jenis tanaman sensitif terhadap kelebihan air. Genangan air akan menyebabkan kelembaban tanah menjadi tinggi sehingga berpotensi menjadi tempat potensial untuk pertumbuhan penyakit.

PERSIAPAN TEKNIS BUDIDAYA BUAH NAGA ORGANIK

Pemilihan lokasi penanaman buah naga perlu diperhatikan, hal ini bertujuan untuk memenuhi syarat tumbuh optimal bagi pertumbuhan tanaman buah ini. Pemilihan lokasi budidaya ideal, akan menjadi faktor pertama penentu keberhasilan bercocok tanam buah naga.
Setelah menentukan lokasi penanaman buah naga, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran pH tanah untuk menentukan jumlah pemberian kapur pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa dilakukan menggunakan kertas lakmus, PH meter, atau cairan PH tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan secara zigzag.

PELAKSANAAN BUDIDAYA BUAH NAGA

Persiapan Lahan

Setelah lokasi penanaman ditentukan serta melakukan pengukuran terhadap derajat keasaman tanah (pH tanah) maka dilanjutkan persiapan lahan untuk budidaya. Persiapan tersebut mencakup pemasangan tiang panjatan, pembersihan lahan, serta pengolahan lahan.
Buah naga merupakan tanaman merambat sehingga selama penanamannya dibutuhkan tiang panjatan untuk menopang pertumbuhan batang maupun cabangnya. Bentuk serta model tiang panjatan ada dua macam, yaitu bentuk tunggal dan bentuk kelompok atau pagar. Tiang panjatan harus dipastikan kuat sehingga mampu bertahan selama beberapa tahun karena tanaman buah naga tergolong tanaman berumur panjang.
1. Tiang Panjatan Buah Naga Bentuk Tunggal
Tiang panjatan bentuk tunggal bisa menggunakan tiang buatan dari beton atau tiang panjatan hidup dengan memanfaatkan batang tanaman hidup. Tiang panjatan tunggal dapat digunakan untuk menopang empat tanaman yang berproduksi dengan produktifitas rata-rata 3 kg per-tanaman. Para petani biasanya menggunakan tiang panjatan terbuat dari beton atau pipa PVC. Bentuk tiang panjatan bisa persegi, bulat, segitiga atau bentuk lain sesuai selera petani. Untuk tiang panjatan berbentuk persegi dibuat berukuran 10 cm x 10 cm, bentuk bulat dibuat berdiameter 10 cm, sedangkan bentuk segitiga dibuat dengan panjang sisi 15 cm. Tinggi tiang panjatan antara 1,5-2 meter. Jika jarak tanam 2,5 m x 2 m, setiap tiang panjatan ditanami 4 tanaman, maka untuk lahan seluas 1 ha dibutuhkan sekitar 2.000 tiang panjatan dan 8.000 bibit tanaman.
Alternatif lain selain menggunakan tiang beton, petani bisa menggunakan tiang panjatan hidup, yaitu memanfaatkan batang pohon hidup, misal tanaman angsana, jati, jaranan, atau Clerecedae. Artinya tiang panjatan berupa tanaman hidup yang memiliki perakaran cukup dalam, tanaman tersebut juga harus tahan pemangkasan berat karena tanaman buah ini harus terkena sinar matahari langsung agar bisa berproduksi secara optimal. Oleh karena itu, tiang panjatan hidup harus sering dipangkas apabila sudah menutupi batang maupun cabang tanaman. Tiang panjatan hidup harus memiliki tinggi minimal 2 m, berdiameter minimal 10 cm karena jika diameter kurang dari 10 cm dikhawatirkan tidak kuat menopang pertumbuhan tanaman buah ini. Penggunaan tiang jenis ini lebih menghemat biaya daripada tiang beton meskipun tidak sekuat dan tahan lama seperti tiang beton. Namun demikian, adanya tiang panjatan hidup juga membutuhkan tambahan pupuk sehingga juga akan menambah biaya pemeliharaan.
Tiang panjatan ditancapkan ke dalam tanah, kedalaman sekitar 50 cm agar tiang berdiri kokoh serta kuat selama menyangga tanaman. Ujung tiang bagian atas diberi besi melingkar berdiameter 30-60 cm berbentuk seperti stir mobil. Tujuan pemasangan besi melingkar ini adalah menyediakan tempat sebagai penopang cabang maupun anak cabang tanaman buah naga. Apabila besi beton dirasa cukup mahal bisa menggunakan ban sepeda motor, ban mobil, atau bisa juga para-para dari kayu berbentuk menyilang. Jika menggunakan ban, agar kuat perlu dimasukkan ke dalam besi penyangga. Bila menggunakan belahan ban luar mobil, maka ban tersebut perlu diikat pada besi penyangga agar lebih kuat.
2. Tiang Panjatan Buah Naga Bentuk Kelompok (Double Rowing)
Berbeda dengan tiang panjatan tunggal, model tiang panjatan double rowing pada budidaya buah naga mirip tiang penjemur pakaian. Dalam hal ini, tiang panjatan tersebut bisa digunakan sebagai tempat rambatan lebih dari satu tanaman. Kelebihan dari tiang panjatan kelompok adalah biaya pembuatannya lebih murah serta teknik pembuatannya juga lebih efisien jika dibanding tiang panjatan tunggal, karena bisa digunakan sebagai tempat rambatan untuk banyak tanaman. Namun, tiang panjatan kelompok ini juga memiliki kelemahan yaitu perawatannya sulit karena cabang tanaman buah ini bisa saling terkait satu sama lain serta kurang tahan terhadap berat beban tanaman lebat.
Cara pembuatan tiang panjatan ini adalah dengan menghubungkan dua buah tiang menggunakan kawat tebal sebagai penyangga batang tanaman, jarak antartiang dibuat sepanjang 4 meter, tinggi tiang 2-2,5 meter, kemudian dipendam sedalam kurang lebih 50 cm. Tebal tiang kurang lebih 15 x 15 cm, tiang terbuat dari beton (cor). Agar tidak mudah roboh saat menopang beban sulur atau cabang tanaman, maka perlu dibuatkan penguat dari besi. Ujung tiang diberi palang, dipasang melintang serta menyatu dengan tiang beton tersebut. Palang terbuat dari besi, panjang kurang lebih 50-60 cm, sehingga antara tiang beton-palang besi membentuk huruf T. Ujung palang tersebut dihubungkan dengan ujung palang pada tiang lainnya menggunakan kawat yang kuat serta tahan karat, sehingga bentuk hubungan kedua tiang tersebut menyerupai tempat jemuran. Dari kedua kawat penghubung tiang panjatan ini dipasang kawat vertikal menuju ke arah masing-masing titik tanam. Kawat vertikal inilah yang akan digunakan sebagai penopang batang utama.
Sistem panjatan double rowing dengan panjang 4 meter dapat digunakan untuk menampung buah sebanyak 20-26 buah tanaman. Jarak tanam antarbaris 30 cm, antartanaman 1 m (model penanaman zigzag). Tujuan penataan tata letak penanaman buah naga tersebut untuk mengoptimalkan intensitas sinar matahari sehingga cahaya tersebar lebih merata.
3. Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan perlu dilakukan agar proses penanaman maupun persiapan tidak mengalami kesulitan. Rimbunan semak maupun pohon kecil di lahan dipotong sampai pangkal batang atau dapat dicabut sampai ke akarnya agar tidak tumbuh kembali. Sementara bagian cabang maupun ranting pohon besar dipotong sampai pangkal cabang atau ranting. Gulma di lahan juga harus dibersihkan dengan cara dicangkul tipis-tipis.
4. Pengolahan Lahan dan Pemupukan Dasar
Setelah bersih, lahan kemudian dicangkul di sekitar daerah penanaman buah naga. Pencangkulan bertujuan memecah tanah menjadi agregat-agregat kecil serta membalik tanah agar aerasi tanah menjadi lebih baik. Selain itu pecangkulan juga bertujuan agar lapisan tanah bawah bisa tercampur dengan lapisan tanah atas sehingga penyebaran humus atau bahan organik bisa merata ke seluruh lapisan tanah. Tanah menjadi gembur, subur, sehingga akar tanaman dapat menyerap unsur hara secara sempurna.
Lahan bernilai pH tanah di bawah 6 harus dilakukan pengapuran (dosis 1,2 ton/ha ditabur merata ke seluruh lahan). Selanjutnya pembuatan lubang tanam sesuai model tiang panjatan yang digunakan.
Untuk penanaman buah naga sistem panjatan tunggal, pengolahan tanah hanya dilakukan di sekitar tiang panjatan saja. Buat lubang tanam di sekitar tiang panjatan berukuran 40 cm x 40 cm, kedalaman lubang kurang lebih 30 cm. Masukkan media tanam ke dalam lubang tanam, terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang, pasir/sekam bakar dengan perbandingan 1:1:1. Setelah itu lakukan penyiraman media tanam hingga basah, lalu biarkan terkena sinar matahari selama satu minggu. Agar pertumbuhan maupun produksi tanaman buah naga optimal, berikan asam humat dan asam fulvat. Tambahkan juga agensia hayati, seperti fungisida/bakterisida organik untuk mencegah serangan penyakit setelah penanaman. Langkah selanjutnya adalah membuat drainase berupa parit diantara baris tanaman. Pembuatan drainase bertujuan menampung kelebihan air saat musim hujan.
Berbeda dengan pengolahan tanah sistem panjatan tunggal. Pada sistem panjatan kelompok (double rowing) pengolahan tanah dilakukan dengan membuat alur penanaman diantara dua tiang beton yang sudah dipersiapkan. Alur ini berfungsi sebagai lokasi atau tempat penanaman buah naga, alur dibuat kurang lebih sepanjang 4 m, lebar galian 40-60 cm. Arah alur sesuai arah kawat pengikat batang, yaitu diantara dua tiang betong. Kemudian media tanam ditebar merata ke dalam alur yang telah dibuat. Komposisi media tanam dalam satu alur terdiri dari 20 kg tanah top soil, 20 kg pupuk kandang, 20 kg sekam bakar. Aduk bahan tersebut hingga merata kemudian dimasukkan ke dalam lubang alur. Setelah semua media dimasukkan ke dalam alur kemudian dilakukan penyiraman media hingga basah. Biarkan media tanam terkena sinar matahari selama satu minggu. Pengeringan bertujuan agar media tanam terbebas dari patogen atau penguapan akibat proses dekomposisi. Agar pertumbuhan maupun produksi tanaman buah naga optimal, berikan asam humat dan asam fulvat. Tambahkan juga agensia hayati, seperti fungisida/bakterisida organik untuk mencegah serangan penyakit setelah penanaman.

Persiapan Pembibitan

Keberhasilan budidaya buah naga tidak terlepas dari usaha penyiapan bibit berkualitas. Bibit vigor, sehat, serta bebas hama penyakit merupakan beberapa ciri bibit berkualitas bahkan memenuhi syarat. Bibit yang telah dipersiapkan dengan baik akan menghasilkan tanaman sehat serta mampu berproduksi optimal.
Selain itu kualitas bibit juga bisa ditentukan dari kualitas induk. Jika induk tanaman memiliki tingkat pertumbuhan cepat berkualitas buah bagus, maka besar kemungkinan hasil bibit juga memiliki sifat tidak jauh berbeda dari induknya. Jumlah kebutuhan bibit untuk menanam buah naga tergantung sistem budidaya yang diterapkan. Jika menggunakan sistem tiang panjatan tunggal maka dibutuhkan bibit sebanyak 1.000 batang/ha. Tetapi jika menggunakan sistem panjatan kelompok maka kebutuhan bibit akan lebih banyak lagi, yaitu sekitar 10.400 batang/ha. Oleh karena itu, pengadaan maupun penyiapan bibit harus dilakukan secara intensif agar tidak terjadi kekurangan bibit setelah penanaman.
Ada dua cara perbanyakan bibit, yaitu perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif. Perbanyakan generatif adalah perbanyakan menggunakan biji buah naga. Keuntungan menggunakan teknik perbanyakan generatif yaitu dapat diperoleh bibit dalam jumlah banyak serta biaya murah. Setiap butir buah minimal berisi 1.000 biji. Namun cara ini kurang populer serta jarang dilakukan oleh petani karena membutuhkan waktu sangat lama bahkan sedikit lebih sulit jika dibandingkan dengan teknik perbanyakan vegetatif. Disamping itu untuk mendapatkan biji bernas serta berkualitas juga agak susah, karena harus dibutuhkan buah yang benar-benar tua serta sehat. Seleksi biji berkualitas juga sulit dilakukan karena ukuran bijinya sangat kecil bahkan memiliki penampakan sama. Oleh karena itu, artikel ini hanya akan membahas tentang teknik dan cara perbanyakan vegetatif.
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman menggunakan bagian dari tanaman itu sendiri. Teknik perbanyakan ini membutuhkan biaya mahal, tetapi tingkat keberhasilannya lebih tinggi, disamping itu selama fase pemeliharaan dibutuhkan waktu lebih singkat. Keuntungan lain dari perbanyakan vegetatif yaitu kemungkinan tanaman mengalami penyimpangan genetik sangat kecil sehingga hasil bibit tanaman tidak jauh menyimpang dari induknya.
Metode perbanyakan vegetatif paling mudah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bibit adalah teknik stek batang. Perbanyakan tanaman menggunakan stek memiliki tingkat keberhasilan bibit bertahan hidup lebih tinggi, pertumbuhannya lebih cepat, serta hasil bibit berkualitas tinggi, memiliki genetik serupa dengan induknya. Selain itu teknik stek batang juga mudah dilakukan.
Sebelum melakukan penyetekan harus dipilih batang atau cabang tanaman sehat, tua, berwarna hijau gelam, serta sudah pernah berbuah paling tidak 3-4 kali (memiliki panjang minimal 30 cm). Keberhasilan stek ditentukan oleh calon batang. Batang tanaman buah naga yang pernah berbuah pertumbuhannya akan cepat, kokoh, serta mudah membentuk tunas. Sedangkan batang atau cabang muda mengandung banyak air sehingga lebih rentan terserang penyakit tanaman. Batang atau cabang tanaman buah naga sesuai kriteria tersebut akan lebih cepat keluar akar sehingga pertumbuhan tanaman juga lebih cepat, ditandai keluarnya tunas-tunas baru.
Setelah menentukan batang atau cabang tanaman buah naga, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemotongan terhadap calon batang atau cabang tanaman buah naga. Untuk membedakan bagian bawah maupun atas batang yang telah dipotong, maka potongan dibuat meruncing di bagian bawah (bekas potongan di bagian atas batang akan membentuk huruf V). Kemudian angin-anginkan batang stek hingga getahnya mengering (kurang lebih selama 2-3 hari).
Stek ditanam di polibag berisi media, komposisi media terdiri dari 1 tanah, 1 pupuk kandang, 1 sekam bakar. Polybag diletakkan di atas bedengan, jarak antarpolybag 20 cm x 20 cm. Bedengan dibuat selebar 100 cm. Langkah selanjutnya tempat persemaian ditutup menggunakan plastik sungkup transparan dengan ditopang menggunakan bambu (bambu dipasang melengkung). Selama pembibitan kondisi media harus dijaga agar tidak kekeringan. Tunas baru akan muncul setelah bibit berumur kurang lebih 2 minggu.
Umumnya batang atau cabang stek sehat akan mengeluarkan lebih dari satu tunas secara bersamaan. Sisakan satu tunas paling besar serta sehat (memiliki pertumbuhan kokoh). Perempelan tunas harus dilakukan secara rutin agar suplai nutrisi bisa dioptimalkan untuk pertumbuhan tunas peliharaan. Setelah 3 minggu, stek mulai mengeluarkan akar, tanaman juga sudah tampak vigor. Kemudian plastik sungkup sudah bisa dibuka di pagi hari serta ditutup lagi saat menjelang petang agar bibit memperoleh sinar matahari langsung. Penyinaran bertujuan agar tanaman menjadi kuat. Namun jika kondisi hujan, plastik sungkup tetap dibiarkan menutupi bibit agar media penanaman tidak terlalu basah. Bibit siap ditanam saat berumur 3-5 bulan.
Cara pengendalian hama dan penyakit diantaranya menjaga sanitasi lingkungan, baik di bedengan maupun polybag. Kelembaban di sekitar areal penanaman harus selalu dijaga agar bibit stek tidak mengalami kekeringan. Namun perlu diperhatikan bahwa saat melakukan penyiraman, harus dihindari pemberian air secara berlebihan agar tidak terjadi genangan air, karena genangan berpotensi menimbulkan serangan penyakit, terutama penyakit akar. Atau penyiraman bibit bisa dilakukan setiap pagi saja sampai benar-benar lembab agar keesokan harinya kondisi tanahnya masih cukup untuk pertumbuhan bibit tanaman. Namun, jika siang hari matahari sangat terik, penyiraman bisa dilakukan lagi sore harinya secukupnya saja agar saat malam hari kelembaban tanahnya tidak terlalu tinggi. Gulma di sekitar arel pembibitan juga harus dibersihkan agar tidak terjadi persaingan dalam memperoleh intensitas sinar matahari maupun penyerapan unsur hara. Selain itu, gulma di sekitar areal pembibitan juga berpotensi menjadi inang hama dan penyakit. Jika bibit terserang hama penyakit lakukan pengendalian secara terpadu. Jika serangan ringan, pengendalian hama penyakit cukup dilakukan secara manual. Sebagai pencegahan, lakukan penyemprotan rutin menggunakan pestisida organik maupun agensia hayati 1 minggu sekali.

Penanaman

Setelah lahan penanaman buah naga selesai dipersiapkan, pemindahan bibit stek yang telah siap, kurang lebih berumur tiga bulan, bisa segera dilakukan. Penanaman harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari kerusakan akibat teknik penanaman yang tidak benar, sehingga dapat mengakibatkan bibit stress serta pertumbuhannya terhambat. Perhatikan saat penanaman media dalam polybag jangan sampai pecah karena akan membuat bibit kesulitan beradaptasi akibat mengalami kerusakan akar. Penanaman jangan terlalu dalam karena dapat mengakibatkan bibit mudah terserang penyakit busuk batang. Penanaman ideal kurang lebih 20% dari panjang bibit.
Teknik penanaman sistem tiang panjat tunggal berbeda dengan penanaman sistem tiang panjat berkelompok. Pada penanaman sistem tiang panjatan tunggal penanaman dilakukan berjarak tanam 10 cm dari tiang panjatan. Keempat bibit ditanam mengelilingi tiang panjatan. Ikat keempat bibit tersebut pada tiang panjatan menggunakan tali lunak agar bibit tidak mudah jatuh. Lakukan pengikatan secara hati-hati, jangan terlalu kuat agar tidak mengakibatkan batang tanaman terluka. Batang tanaman terluka akan mudah terserang penyakit, terutama busuk batang. Lakukan penyiraman setelah penanaman selesai agar bibit bisa cepat beradaptasi di lingkungan barunya.
Sedangkan teknik penanaman sistem double rowing dilakukan dengan cara mengikuti lajur di antara dua tiang panjatan. Bibit buah ini ditanam tidak jauh dari kawat yang dipasang secara vertikal dengan titik tanam berpola zigzag.

Pemeliharaan Tanaman Buah Naga

Pemeliharaan harus tetap dilakukan secara teratur selama proses budidaya. Pemeliharaan tanaman merupakan faktor penting dalam mendukung keberhasilan usahatani. Upaya pemeliharaan secara intensif meliputi pengairan, penyulaman, pengikatan batang atau cabang, pemupukan susulan, pemangkasan, seleksi buah, sanitasi kebun, serta pengendalian hama penyakit tanaman.
1. Pengairan
Sebetulnya tanaman buah naga tidak membutuhkan irigasi khusus. Umumnya pengairan dilakukan menggunakan sistem pengairan tadah hujan. Oleh karena akarnya sangat lebat, sehingga tanaman buah ini tahan terhadap kekeringan. Namun, hal ini tidak berarti bahwa tanaman buah naga tidak memerlukan air. Pengairan harus diberikan secara terukur untuk menopang pertumbuhan maupun perkembangannya. Kekurangan air selama fase vegetatif dapat membuat tanaman layu bahkan sulit bertunas. Oleh karena itu penyiraman tetap dilakukan seminggu sekali hingga tanaman buah naga berumur 6 bulan. Bila kondisi tanah terlalu kering, maka penyiraman dilakukan 2-4 hari sekali, tergantung kondisi di lahan. Pada fase generatif, ditandai munculnya bunga dan buah, maka penyiraman dilakukan setiap 10-14 hari sekali atau menyesuaikan kondisi bila tanah terlalu kering. Kekurangan air di fase ini bisa mengakibatkan bunga rontok serta buah akan terbentuk tidak sempurna. Waktu penyiraman sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari. Hindari penyiraman tanaman saat siang hari ketika matahari terik.
Selain penyiraman, pengairan juga bisa dilakukan dengan cara penggenangan. Caranya yaitu dengan perendaman air di parit sedalam kurang lebih 20 cm. Pengeleban dilakukan selama 1-1,5 jam, setelah itu air di parit harus segera dibuang atau dialirkan keluar. Pada sistem agribisnis pertanian berteknologi modern, kegiatan pengairan biasanya dilakukan menggunakan sprinkler dengan bantuan instalasi pompa air menggunakan motor.
2. Penyulaman Tanaman
Penyulaman merupakan kegiatan pemeliharaan yang menitikberatkan pada penggantian tanaman mati disebabkan karena serangan hama, penyakit, maupun sebab lain. Tujuan dari penyulaman yaitu melakukan efisiensi lahan agar tidak terjadi kekosongan akibat adanya kematian bibit di lahan. Selain itu, penyulaman juga bertujuan mengoptimalkan hasil produksi. Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam hingga tanaman berumur 2 bulan setelah tanam.
3. Pengikatan Batang atau Cabang
Letak dan posisi pertumbuhan batang atau cabang tanaman buah naga perlu diatur agar pertumbuhannya normal, tertata, serta tidak salah bentuk. Disamping itu, pengaturan letak maupun posisi batang atau cabang juga bertujuan mempermudah pemeliharaan, sehingga biaya pemeliharaan lebih efisien. Pengaturan letak turut berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman. Dengan pengaturan pertumbuhan batang atau cabang, maka peluang tanaman buah ini untuk memperoleh intensitas sinar matahari lebih optimal. Pengaturan dilakukan dengan pengikatan batang atau cabang ke tiang panjatan. Pengikatan harus dilakukan tepat waktu, yaitu saat batang atau cabang masih dalam kondisi lemas, sehingga mudah diarahkan. Jika pengikatan terlambat dilakukan, akan membuat pertumbuhan batang atau cabang melengkung tidak teratur. Akibatnya cabang produktif tidak tumbuh ke atas.
Pengikatan dilakukan setiap 20-25 cm ke tiang panjatan. Tali pengikat bisa menggunakan tali rafia atau tali lunak lainnya membentuk angaka 8. Pengikatan jangan terlalu kencang agar batang atau cabang tidak terjepit karena dapat mengakibatkan luka atau bahkan patah. Selain itu tujuan pengikatan juga mempermudah akar udara menempel pada tiang panjatan sehingga memperkokoh posisi tanaman.
4. Pemupukan Susulan
Meskipun tanah telah menyediakan hara, akan tetapi ketersediaan haranya tidak mencukupi untuk menunjang pertumbuhan maupun perkembangan tanaman selanjutnya. Oleh karena itu, perlu diberi pupuk susulan (pupuk tambahan). Pemberian pupuk tambahan dilakukan menggunakan pupuk kandang atau bahan organik lain (sudah matang/sudah difermentasi). Dosis pemberian pupuk organik sebanyak 2-5 kilogram/tanaman (fase vegetatif) dan 5-10 kilogram/tanaman (fase generatif). Frekuensi pemberian pupuk dilakukan dua bulan sekali. Pupuk diberikan dengan cara menggali lubang di sekitar tanaman, tetapi jangan terlalu dekat batang karena bisa melukai akar tanaman, kemudian taburkan pupuk lalu segera ditutup tanah. Setelah semua pupuk tertutup tanah, lakukan penyiraman agar pupuk mudah bereaksi serta mudah terserap oleh akar tanaman. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan maupun hasil produksi berikan nutrisi tanaman organik, asam humat dan asam fulvat, maupun hormon organik 7 hari sekali. Untuk penggunaan hormon tumbuhan (ZPT) sintesis, sebaiknya memahami fungsi dari hormon (ZPT) sintesis tersebut. Pemberian hormon tumbuhan secara berlebihan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (kerugian lebih lanjut dapat menurunkan produksi karena terjadi kerontokan bunga maupun buah secara besar-besaran), penyerapan unsur hara terjadi secara berlebihan, sehingga jika tidak diimbangi kecukupan hara menyebabkan tanaman menggugurkan bunga beserta buahnya karena makanan tidak cukup tersedia untuk melakukan pertumbuhan, pembuahan, maupun pembesaran buah.
5. Pemangkasan Tanaman Buah Naga
Pemangkasan tanaman bertujuan memperoleh bentuk yang baik sehingga menunjang pertumbuhan tanaman. Selain itu, pemangkasan juga bertujuan membuang bagian tanaman tidak produktif seperti cabang kerdil, kurus. Batang atau cabang tanaman tidak produktif akan menghambat pertumbuhan maupun perkembangan tanaman, terutama dalam pembentukan tunas baru dan buah, karena batang atau cabang tidak produktif tersebut akan berkompetisi dengan batang produktif dalam hal suplai nutrisi atau serapan unsur hara oleh tanaman.
- Pemangkasan Vegetatif Cabang Tanaman
Pemangkasan vegetatif untuk membentuk batang pokok dilakukan setelah bibit ditanam. Tunas dari hasil pembibitan dipertahankan hanya 1-2 tunas saja. Pilih tunas atau cabang sehat, kokoh serta berwarna hijau gelap. Tunas berbentuk tidak sempurna, ujungnya membulat, juga harus dipangkas. Tunas peliharaan akan menjadi batang utama untuk dipertahankan hingga berukuran 130-150 cm. Jika tinggi tanaman sudah sesuai keinginan maka segera dipangkas sekitar 5-10 cm dari ujung batang. Bekas pangkasan dioles menggunakan larutan fungisida/bakterisida organik untuk menghindari infeksi cendawan maupun bakteri. Pemangkasan batang akan merangsang tumbuhnya cabang produktif seragam. Tunas baru (muncul di bagian bawah) juga harus dipangkas.
- Pemangkasan Generatif Cabang Tanaman
Setelah pemangkasan vegetatif di bagian pangkal batang utama, maka akan muncul cabang produktif secara alami pada ujung batang tersebut. Umumnya akan muncul 4-5 cabang produktif. Lakukan seleksi cabang produktif tersebut, pilih 3-4 cabang paling besar, sehat, kekar, serta berwarna hijau gelap. Pemangkasan tetap dilakukan pada setiap tunas baru yang muncul di cabang produktif hingga cabang produktif mencapai ukuran 70-100 cm. Saat cabang produktif telah mencapai ukuran tersebut, segera pangkas 5-10 cm dari ujung cabang. Setelah dilakukan pemotongan pada ujung cabang produktif, maka pemangkasan dilakukan terhadap semua tunas baru yang muncul pada tanaman buah naga. Pemotongan tunas tersebut bertujuan agar serapan nutrisi tanaman digunakan secara optimal untuk pembentukan bunga maupun buah. Perlu diperhatikan bahwa setiap kali melakukan pemangkasan harus segera diikuti pengolesan larutan pestisida organik di bekas pangkasan tersebut.
6. Seleksi Bunga dan Buah
Tanaman mulai berbunga ditandai munculnya bunga pada cabang produktif. Biasanya akan muncul lebih dari satu bunga. Oleh karena itu, seleksi bunga dilakukan saat bunga masih kecil, sehingga nutrisi tidak digunakan untuk perkembangan bunga yang akan dibuang. Pilih 2-3 bunga terbesar, sehat, berwarna cerah, serta segar pada setiap cabang produktif (jarak antarbunga kurang lebih 30 cm).
7. Sanitasi Kebun
Sanitasi kebun merupakan kegiatan membersihkan kebun dari gulma (tumbuhan pengganggu), batang atau cabang bekas pangkasan, serta perawatan saluran irigasi agar tidak menimbulkan genangan air saat musim hujan. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit, menjaga kelembaban areal pertanaman, serta pengurangi perebutan unsur hara antara tanaman buah naga dengan gulma.
Batang atau cabang bekas pangkasan segera dikumpulkan lalu dimusnahkan saat melakukan pemangkasan. Caranya sediakan wadah, saat melakukan pemangkasan, hasil pangkasan langsung dimasukkan ke dalam wadah agar tidak tercecer. Tujuan pengumpulan bekas pangkasan adalah untuk menghindari terjadinya infeksi penyakit pada bekas tanaman tersebut karena berpotensi menulari tanaman sehat. Pengendalian gulma dilakukan dengan melakukan penyiangan secara rutin. Pengendalian gulma dianjurkan tidak menggunakan herbisida, karena bagaimanapun herbisida mengandung bahan aktif yang berpotensi mencemari lingkungan. Penyiangan dilakukan secara kultur teknis menggunakan cangkul atau mencabut langsung terhadap gulma di sekitar titik tanam. Pencangkulan di sekitar titik tanam dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman buah naga.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT BUDIDAYA BUAH NAGA ORGANIK

Tanaman buah ini tergolong jenis tanaman tahan terhadap serangan hama dan penyakit, seperti halnya tanaman kaktus lain yang memiliki ketahanan cukup tinggi terhadap serangan hama dan penyakit. Namun, hal ini tidak berarti bahwa tanaman buah naga yang kita budidaya selamanya terhindar dari hama penyakit. Oleh karena itu, upaya pengendalian hama penyakit tersebut tetap harus diterapkan sebagai sebuah kesatuan dalam proses bercocok tanam buah naga. Kerusakan akibat serangan hama dan penyakit tidak hanya menurunkan kualitas maupun kuantitas produksi, tetapi bila tidak dikendalikan bahkan serangan semakin parah juga dapat mematikan tanaman. Oleh karena itu, sejak dini harus dilakukan pengontrolan tanaman serta identifikasi terhadap serangan organisme pengganggu tanaman.

HAMA TANAMAN BUAH NAGA

Hama Tungau (Tetranycus sp.)

Hama Tungau berukuran sangat kecil, berbentuk menyerupai laba-laba serta bersifat polyfag, yaitu menyerang hampir segala jenis tanaman. Serangga dewasa berukuran kurang lebih 1 mm. Hama tungau aktif di siang hari. Siklus hidup tungau diselesaikan antara 14-15 hari. Hama tungau menyerang tanaman buah naga dengan cara menghisap cairan batang maupun cabang. Akibatnya di permukaan kulit batang atau cabang tanaman terserang akan muncul bintik-bintik kuning atau cokelat. Serangan berat akan menyebabkan tanaman buah naga tumbuh tidak normal.
Pengendalian hama tungau pada budidaya organik bisa dilakukan penyemprotan menggunakan pestisida nabati 3-4 hari sekali, seperti nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut. Untuk memulihkan tanaman terserang hama tungau diberikan nutrisi tanaman organik, baik melalui akar (melalui pengocoran), maupun melalui tubuh tanaman (melalui penyemprotan).

Hama Kutu Kebul (Bemisia tabaci)

Salah satu hama utama buah naga adalah kutu kebul. Imago serangga dewasa berukuran 1-1,5 mm, berwarna putih, serta sayapnya ditutupi lapisan lilin bertepung. Serangga dewasa biasanya berkelompok di permukaan bagian bawah cabang. Jika tanaman disentuh biasanya serangga akan beterbangan seperti kabut (kebul putih). Gejala serangan kutu kebul pada tanaman buah naga ditandai adanya bercak nekrotik akibat rusaknya sel-sel serta jaringan tanaman pada batang atau cabang terserang. Ekskresi kutu kebul berupa madu yang merupakan media tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesis berlangsung tidak normal. Selain kerusakan langsung pada tanaman, hama kutu kebul merupakan serangga sangat berbahaya karena berperan sebagai vektor penular virus tanaman. Kerugian akibat serangan kutu kebul dapat mencapai 20-100%. Hingga saat ini, tercatat sebanyak 60 jenis virus yang berpotensi ditularkan oleh kutu kebul.
Pengendalian hama kutu kebul pada budidaya organik dapat dilakukan secara kultur teknis, yaitu menerapkan metode strip-planting (penerapan tanaman perangkap). Tanaman perangkap bisa ditanam mengelilingi areal budidaya sehingga membentuk pagar yang rapat. Beberapa tanaman yang efektif digunakan sebagai perangkap hama kutu kebul antara lain, jagung, bunga matahari, kacang panjang, maupun buncis. Selain penerapan strip planting, pengendalian gulma juga harus dilakukan secara rutin. Gulma sangat berpotensi sebagai inang kutu kebul.
Untuk mengurangi populasi serangga bisa melakukan pemasangan alat perangkap yellow trap sebanyak 40 buah/ha. Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami hama kutu kebul, antara lain sebagai berikut :
  • Kumbang predator Menochilus sexmaculatus (Coccinelidae) yang memiliki siklus hidup 18-24 hari memiliki kemampuan memangsa nimfa kutu kebul sebanyak 200-400 ekor. Satu ekor kumbang betina mampu menghasilkan telur sebanyak 3.000 butir.
  • Parasitoid Encarcia formosa, satu ekor serangga betinanya mampu menghasilkan telur sebanyak 100-200 butir.
Penyemprotan pestisida nabati seperti nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut harus dilakukan secara rutin (interval penyemprotan 3-4 hari sekali).
Untuk memperkuat kondisi tanaman agar mampu bertahan dari infeksi virus yang ditularkan oleh hama kutu kebul maka diperlukan penyemprotan mengunakan nutrisi organik secara rutin, interval penyemprotan setiap 7 hari sekali. Pemberian nutrisi organik bertujuan memberikan asupan yang cukup pada tanaman, sehingga tanaman tetap sehat. Tanaman sehat memiliki daya tahan baik dari serangan hama dan penyakit.

Hama Kutu Sisik (Pseudococcus sp.)

Hama ini lebih menyukai bagian batang atau cabang tanaman buah naga yang tidak terkena sinar matahari. Batang atau cabang tanaman terserang akan telihat kusam.
Pengendalian hama Peudococcus sp. pada buah naga bisa dilakukan penyemprotan menggunakan pestisida nabati 3-4 hari sekali, seperti nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut. Untuk memulihkan tanaman terserang, berikan nutrisi tanaman organik, baik melalui akar (melalui pengocoran), maupun melalui tubuh tanaman (melalui penyemprotan).

Hama Kutu Batok (Aspidiotus sp.)

Hama kutu batok menyerang tanaman buah naga dengan cara mengisap cairan batang atau cabang, sehingga bagian tanaman terserang menjadi berwarna kuning.
Pengendalian hama (Aspidiotus sp.) pada budidaya organik bisa dilakukan penyemprotan menggunakan pestisida nabati 3-4 hari sekali, seperti nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut. Untuk memulihkan tanaman terserang, berikan nutrisi tanaman organik, baik melalui akar (melalui pengocoran), maupun melalui tubuh tanaman (melalui penyemprotan).

Bekicot

Hama bekicot menyerang tanaman buah naga terutama ketika musim hujan. Bekicot menyerang tanaman buah ini di malam hari dengan cara menggerogoti batang atau cabang tanaman sehingga bagian tanaman terluka berpotensi terinfeksi oleh penyakit sekunder. Penyakit sekunder bisa disebabkan oleh fungi maupun bakteri.
Pengendalian hama bekicot bisa dilakukan secara fisik yaitu melakukan pengontrolan lahan, mengambil berkicot yang menempel di tanaman (cara ini lebih efektif dilakukan saat malam hari, karena bekicot memiliki aktifitas tinggi di malam hari).

Semut

Umumnya, semut akan muncul saat tanaman buah naga mulai berbunga. Bunga memiliki aroma khas serta mengeluarkan cairan berasa manis. Hama semut menyerang dengan mengerubungi bunga yang baru kuncup, selanjutnya mengakibatkan kulit buah akan berbintik-bintik cokelat. Hal tersebut tentunya mengakibatkan kualitas buah turun serta harganya pun menjadi rendah. Pengendalian hama semut pada buah naga organik dilakukan dengan menaburkan kapur di sekitar batang utama.

Burung

Gangguan burung umumnya jarang terjadi sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Biasanya hama burung menyerang buah masak. Pengendalian hama ini cukup melakukan pemanenan tepat waktu agar dapat mengurangi resiko serangan burung tersebut.

PENYAKIT TANAMAN BUAH NAGA

Tanaman buah ini tergolong tanaman agak tahan terhadap serangan penyakit. Namun, bukan berarti tanaman buah naga tidak berpotensi terserang penyakit, apalagi jika lingkungan budidaya tidak sesuai syarat pertumbuhannya. Umumnya penyakit mulai menyerang tanaman akibat sanitasi kebun tidak dijaga baik. Jika tanaman terserang penyakit maka harus segera dilakukan penanganan agar tidak menyebar ke tanaman lain. Berikut beberapa penyakit yang biasa ditemui pada tanaman buah naga berikut cara pengendaliannya :

Penyakit Busuk Pangkal Batang

Penyakit busung pangkal batang umumnya menyerang saat awal penanaman. Gejala serangan ditandai adanya pembusukan di pangkal batang sehingga menyebabkan batang berair serta berwarna kecokelatan. Di daerah terserang terdapat bulu-bulu putih halus yang merupakan miselium cendawan. Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Sclerotium rolfsii Sacc. (lebih sering menyerang tanaman saat cuaca lembab).
Upaya pengendalian Penyakit busuk pangkal batang pada buah naga dapat dilakukan dengan pengaturan drainase maupun kelembaban saat musim hujan. Penyemprotan tanaman menggunakan pestisida nabati, seperti daun serai, bawang putih, kunyit, serta bawang merah. Bahan-bahan tersebut direbus lalu disemprotkan pada seluruh bagian tanaman. Upaya lainnya adalah memanfaatkan agensia hayati, seperti Trichoderma sp. atau Gliocldium sp.

Penyakit Busuk Bakteri

Serangan penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Pseudomonas sp. Gejala tanaman terserang penyakit busuk bakteri ditandai adanya pembusukan pangkal batang, terdapat lendir putih kekuningan di daerah serangan, serta tanaman tampak kusam hingga layu.
Pengendalian terhadap serangan penyakit busuk bakteri ini dilakukan dengan melakukan sanitasi kebun secara rutin, perbaikan drainase untuk mencegah adanya genangan air, pencabutan tanaman terserang, serta membuang tanah disekitar titik tanam dari areal budidaya. Usahakan pembuangan tanah tersebut jangan sampai tercecer. Lubang bekas titik tanam ditaburi kapur agar pH tanah lokal meningkat. Penyemprotan tanaman menggunakan pestisida nabati, seperti daun serai, bawang putih, kunyit, serta bawang merah. Bahan-bahan tersebut direbus lalu disemprotkan ke seluruh bagian tanaman. Upaya lainnya adalah memanfaatkan agensia hayati, seperti Trichoderma sp. maupun Gliocldium sp.

Penyakit Layu Fusarium

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium. Gejala serangan antara lain cabang tanaman berkerut, layu, lalu membusuk berwarna cokelat. Secara umum gejala yang tampak hampir sama dengan serangan penyakit busuk bakteri.
Pengendalian terhadap serangan penyakit Fusarium oxysporium pada budidaya organik dilakukan dengan melakukan sanitasi kebun secara rutin, perbaikan drainase untuk mencegah adanya genangan air, pencabutan tanaman terserang, serta membuang tanah disekitar titik tanam dari areal budidaya. Usahakan pembuangan tanah tersebut jangan sampai tercecer. Lubang bekas titik tanam ditaburi kapur agar pH tanah lokal meningkat. Penyemprotan tanaman menggunakan pestisida nabati, seperti daun serai, bawang putih, kunyit, serta bawang merah. Bahan-bahan tersebut direbus lalu disemprotkan ke seluruh bagian tanaman. Upaya lainnya adalah memanfaatkan agensia hayati, seperti Trichoderma sp. maupun Gliocldium sp.

PANEN BUAH NAGA

Panen merupakan kegiatan memetik buah yang telah siap panen atau mencapai kematangan optimal sesuai standar permintaan pasar. Tujuan dari kegiatan panen ini adalah memperoleh hasil dari kegiatan budidaya, yaitu memetik buah sesuai tingkat kematangan yang dikehendaki. Umumnya produk hortikultura merupakan produk yang cepat sekali rusak. Meskipun mutunya bagus, tetapi jika pemanenan dilakukan tidak benar maka akan menurunkan kualitas buahnya. Bagian ini akan membahas tentang panen buah naga Super Red (Hylocereus costaricensis).
Setelah tanaman buah ini berumur 1,5-2 tahun, tanaman mulai berbunga. Jenis Super Red siap panen memerlukan waktu antara 50-55 hari sejak muncul bunga. Setelah bunga muncul pada bagian cabang atau tangkai buah diberi tanda tanggal munculnya bunga tersebut menggunakan kertas dan ditulis menggunakan spidol, lalu kertas dibungkus plastik bening agar tidak rusak. Biasanya pada 2 tahun pertama, setiap tiang mampu menghasilkan 8-10 buah dengan bobot 400-600 gram/buah. Umur produktif tanaman buah naga berkisar 15-20 tahun.

Ciri-Ciri Buah Siap Panen Antara Lain:

  • Umur buah sejak telah mencapai 50-55 hari setelah muncul bunga;
  • Warna kulit buah mengkilat, sisik berubah dari hijau menjadi kemerahan;
  • Mahkota buah telah mengecil;
  • Kedua pangkal buah keriput dan kering;
  • Bentuk buah bulat sempurna serta besar dengan bobot diperkirakan 400-600g.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pagi hari antara pukul 06.00-09.00 atau sore hari antara pukul 15.00-17.00. Pemanenan dilakukan saat cuaca cerah tidak sedang hujan. Hindari pemanenan kondisi lembab karena dapat memicu serangan patogen saat penyimpanan.
Pemanenan buah harus dilakukan secara benar untuk menjaga kualitas buah. Cara maupun tahap pemanenan adalah sebagai berikut :
  • Kenakan sarung tangan agar tidak melukai kulit buah.
  • Gunakan gunting atau alat potong lain yang tajam untuk memotong tangkai buah.
  • Potong buah tepat pada tangkainya, lakukan secara hati-hati, jangan sampai melukai kulit buah maupun percabangan tempat buah tersebut.
  • Bungkus buah hasil panenan menggunakan kertas koran lalu letakkan ke dalam keranjang dengan posisi tangkai buah menghadap ke bawah. Bagian bawah (dasar keranjang) diberi alas menggunakan daun kering atau kertas koran.
  • Bagian atas buah juga diberi alas untuk meletakkan buah pada lapisan di atasnya, bisa menggunakan daun kering/kertas koran, sehingga dapat mengurangi tekanan buah pada lapisan di atasnya.
  • Tinggi lapisan buah di keranjang tidak lebih dari tiga lapis agar buah bagian bawah tidak menerima beban terlalu berat.

JAGUNG (Zea mays)

MENGENAL TANAMAN JAGUNG, BUDIDAYA JAGUNG, HAMA PENYAKIT TANAMAN JAGUNG

MENGENAL TANAMAN JAGUNG

Jagung (Zea mays) merupakan tanaman pokok kedua setelah padi. Jagung mengandung kalori yang hampir sama dengan beras dan kaya akan protein sehingga merupakan sumber karbohidrat paling memenuhi syarat sebagai pengganti beras. Selain protein, tanaman jagung juga mengandung lemak, kalsium, fosfor, ferrum, serta vitamin A dan vitamin B1.
Klasifikasi Tanaman Jagung dan Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah bisa dilihat pada MENGENAL TANAMAN JAGUNG

BUDIDAYA JAGUNG

Budidaya jagung yang akan diulas di situs ini adalah cara budidaya jagung menggunakan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT). Cara menanam jagung sistem olah tanah ini bertujuan melakukan pergiliran tanaman serta memutus siklus hidup hama dan penyakit dalam tanah dengan memanfaatkan lahan bekasbudidaya padi, disamping itu juga untuk menghemat biaya produksi terutama biaya olah tanah.
Tanaman jagung tumbuh optimal pada pH tanah 6-7 dengan suhu udara berkisar 22-26°C. Ketinggian tempat untuk pertumbuhan optimal berkisar antara 200-800 mdpl, meskipun tanaman jagung masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah berketinggian sampai 1800 mdpl. Selama pertumbuhannya, sinar matahari penuh sangat dibutuhkan oleh tanaman jagung.
Tanaman jagung membutuhkan pemberian pupuk nitrogen dalam jumlah tinggi selama berlangsungnya proses budidaya jagung karena tanaman jagung ini tergolong jenis tanaman yang sensitif dan rakus akan unsur nitrogen.

Pelaksanaan Budidaya Jagung




Pada saat persiapan lahan, perlu diperhatikan pemberian pupuk kandang atau pupuk organik yang sudah matang (sudah difermentasi) agar selama proses pematangan pupuk kandang atau pupuk organik tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung. Dalam satu hektar lahan membutuhkan pupuk sebanyak 2 ton. Pada tanah asam (tanah dengan pH rendah) diperlukan aplikasi pengapuran untuk meningkatkan pH tanah menjadi normal atau mendekati normal (pH 7 = pH normal).
Drainase sangat perlu diperhatikan pada budidaya jagung terutama pada saat musim hujan untuk menghindari terjadinya genangan air. Pembersihan rumput liar (gulma) secara manual dengan mencangkul atau menggunakan herbisida pratumbuh. Perlu diperhatikan pada saat menggunakan herbisida pratumbuh yaitu setelah penyemprotan herbisida pratumbuh biarkan lahan diberakan (tidak ditanami) selama 10 hari.
Kebutuhan benih jagung dalam satu hektar kurang lebih 6 Kg, (termasuk cadangan sulaman). Untuk menghindari benih jagung agar tidak terserang hama terutama hama semut setelah benih ditanam, diperlukan tindakan perendaman benih.
Jarak tanam pada budidaya jagung 40 cm x 70 cm. Untuk menghemat perawatan, pada saat membuat lubang tanam sekaligus dibuatkan lubang sebagai tempat pemupukan. Jarak antara lubang pupuk dengan lubang tanaman adalah 10 cm, jadi penugalan dilakukan dua titik sekaligus. Penanaman benih jagung sebanyak dua butir perlubang tanam. Sedangkan pemupukan di lubang pemupukan dilakukan pada hari yang sama menggunakan pupuk NPK (15-15-15) dan pupuk urea dengan perbandingan 2 : 1. Masukkan 1 sendok makan pupuk campuran ke dalam lubang pupuk.

Pemeliharaan Tanaman Jagung

Penyulaman budidaya jagung dilakukan setelah tanaman jagung berumur 7 HST (Hari Setelah Tanam) dengan mengganti benih jagung yang terserang hama baik ulat tanah, semut maupun hama lainnya serta benih jagung yang tidak tumbuh.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara pencangkulan secara tipis-tipis (tujuannya untuk memotong rumput di bagian permukaan tanah), kemudian membalik tanah cangkulan untuk menimbun batang tanaman jagung. Hal ini bertujuan untuk memperkuat batang tanaman jagung terutama saat diterpa angin kencang. Secara kimiawi dapat juga menggunakan herbisida pratumbuh.
Pemupukan Susulan diberikan melalui akar, caranya buat lubang pupuk berjarak 15 cm dari batang jagung, masukkan pupuk pada lubang, untuk menghindari penguapan terutama unsur nitrogen, setelah melakukan pemupukan lubang pupuk ditutup lagi menggunakan tanah. Pemupukan susulan diberikan dua kali, pemupukan pertama pada saat tanaman jagung berumur 25 HST (2 NPK : 1 urea) sebanyak 1 sendok makan tiap tanaman. Pemupukan selanjutnya saat berumur 50 HST. Pemupukan kedua ini cukup dengan NPK 1 sendok makan per-lubang tanam.
Selain pupuk akar, untuk memacu pertumbuhan tanaman jagung, perlu juga diberikan pupuk daun. Berikan pupuk daun nitrogen tinggi saat tanaman jagung memasuki umir 15,22,29,dan36 HST. Sedangkan phosphat dan kalium tinggi diberikan saat tanaman jagung berumur 40,47,54, dan 61 HST.

HAMA TANAMAN JAGUNG

Ulat Tanah

Hama ulat tanah yang menyerang tanaman jagung adalah (Agrotis sp.).
Pengendalian hama ini dapat dilakukan menggunakan insektisida biologi dari golongan bakteri seperti Bacilius thuringiensis atau insektisida biologi dari golongan jamur seperti Beauvaria bassiana. Secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin, profenofos, atau lamdasihalortrin dengan dosis atau konsentrasi lihat saja pada kemasan.

Belalang

Hama belalang yang menyerang tanaman jagung adalah (Locusta sp., dan Oxya chinensis).
Pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan dengan melakukan penyemprotan pestisida insektisida berbahan aktif klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin, profenofos, atau lamdasihalortrin dengan dosis atau konsentrasi lihat saja pada kemasan.

Kumbang Bubuk

Hama kumbang bubuk yang menyerang jagung adalah (Sitophilus zeamais Motsch).
Pengendalian hama kumbang bubuk pada budidaya jagung :
a) Pengelolaan tanaman jagung dengan baik dapat menekan terjadinya serangan.
b) Penggunaan varietas resisten/tahan serangan hama kumbang bubuk.
c) Kebersihan dan pengelolaan gudang.
d) Persiapan biji jagung yang disimpan.
e) Perlakuan biji jagung baik secara fisik dan mekanis dengan penjemuran dan sortasi.
f) Memamfaatkan bahan tanaman.
g) Pengendalian hayati dengan memanfaatkan agensia patogen seperti Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml takaran 20 ml/kg biji dapat mencapai mortalitas 50%. Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae (Howard) mampu menekan kumbang bubuk.
h) Dilakukan fumigasi.

Lalat Bibit

Lalat bibit yang menyerang tanaman jagung adalah (Atherigona sp.).
Pengendalian hama lalat bibit pada budidaya jagung :
a) Pengendalian hayati dengan memanfaatkan agensia patogen.
b) Secara kultur teknis dengan penggiliran tanaman.
c) Penggunaan varietas resisten/tahan serangan hama lalat bibit.
d) Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan perlakuan benih jagung (seed dressing) yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15 g b.a./kg benih jagung atau karbofuran dengan dosis 6 g b.a./kg benih jagung, maupun penyemprotan pestisida pada tanaman jagung berumur 5-7 HST menggunakan karbosulfan dengan dosis 0,2 kg b.a./ha atau thiodikarb 0,75 kg b.a/ha. Penggunaan insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik .

Ulat Grayak

Hama ulat grayak yang menyerang tanaman jagung adalah (Spodoptera sp.).
Pengendalian hama ulat grayak pada budidaya jagung :
a) Pengendalian secara fisik dapat dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 2 minggu, dengan cara memasang alat perangkap ngengat sex feromonoid sebanyak 40 buah/Ha.
b) Penggunaan agensia hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami.
c) Pengendalian secara kimiawi dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin dengan dosis atau konsentrasi lihat saja pada kemasan.

Penggerek Tongkol

Hama penggerek tongkol yang menyerang tanaman jagung adalah (Heliotis armigera, Helicoverpa armigera.)
Pengendalian hama penggerek tongkol pada budidaya jagung :
a) Pemanfaatan musuh alami, seperti trichogramma sp.
b) Pengendalian secara kimiawi dilakukan setelah rambut tongkol terbentuk serta selang satu sampai dua hari sampai rambut berubah warnanya menjadi coklat.

Penggerek Batang

Hama penggerek batang yang menyerang tanaman jagung adalah (Ostrinia fumacalis).
Pengendalian hama penggerek batang pada budidaya jagung :
a) Waktu tanam jagung tepat.
b) Tumpangsari dengan tanaman legum (kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kedelai, dll).
c) Melakukan detasseling atau pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman).
d) Manfaatkan musuh-musuh alami seperti :
- Parasitoid Trichogramma spp.Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis.
- Predator Euborellia annulata memangsa larva dan pupa O. furnacalis.
- Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O. furnacalis,
- Cendawan Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva/tanaman.
e) Pengendalian secara kimiawi dengan penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dan karbofuran efektif untuk menekan serangan penggerek batang jagung.

Kutu Daun

Hama kutu daun pada tanaman jagung adalah (Mysus persicae).
Pengendalian hama Mysus persicae dengan penyemprotan pestisida insektisida berbahan aktif imidakloprid, sipermetrin, asetamiprid, abamektin, klorfenapir, atau lamdasihalotrin dengan dosis atau konsentrasi lihat saja pada kemasan.

PENYAKIT TANAMAN JAGUNG

Hawar Daun

Penyakit hawar daun pada tanaman jagung adalah (Helmithosporium turcicum).
Pengendalian penyakit hawar daun pada budidaya jagung :
a) Memilih varietas tahan hawar daun, contoh Pioner-2, pioner-14, Bisma, Semar-5 atau Semar-2.
b) Tanaman jagung yang terserang penyakit hawar daun dimusnahkan hingga ke akar-akarnya.
c) Pengendalian secara kimiawi menggunakan pestisida fungisida (bahan aktif dithiocarbamate atau mankozeb).

Busuk Pelepah

Penyakit busuk pelepah yang menyerang tanaman jagung adalah (Rhizoctonia solani).
Pengendalian penyakit busuk pelepah pada budidaya jagung :
a) Memilih varietas tahan busuk pelepah sampai agak tahan.
b) Jarak tanam jagung ideal, jangan terlalu rapat.
c) Menjaga drainase.
d) Pergiliran tanaman.
e) Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan karbendazim.

Penyakit Bulai

Penyakit bulai yang menyerang tanaman jagung adalah (Peronosclerospora maydis).
Pengendalian penyakit bulai pada budidaya jagung :
a) Memilih varietas tahan penyakit bulai.
b) Pergiliran tanaman.
c) Penanaman jagung serempak
d) Tanaman jagung yang terserang penyakit bulai dimusnahkan hingga ke akar-akarnya.
e) Pengendalian secara kimiawi menggunakan pestisida fungisida metalaksil dengan dosis 2g (0,7g bahan aktif) perkilogram benih.

Busuk Tongkol

Ada beberapa jenis penyakit busuk tongkol pada tanaman jagung
a. Busuk tongkol Fusarium
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium moniliforme.
b. Busuk tongkol Diplodia
Gejala busuk tongkol Diplodia disebabkan oleh infeksi cendawan Diplodia maydis.
c. Busuk tongkol Gibberella
Gejala busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh infeksi cendawan Gibberella roseum.
Pengendalian penyakit busuk tongkol :
a) Melakukan pemupukan berimbang.
b) Tidak membiarkan tongkol jagung terlalu lama mengering di lapangan, jika musim hujan bagian batang dibawah tongkol jagung dipotong agar ujung tongkol jagung tidak mengarah keatas.
c) Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan termasuk padi-padian, karena patogen ini mempunyai banyak tanaman inang.

Busuk Batang

Penyakit busuk batang yang menyerang tanaman jagung ada delapan spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium.
Pengendalian penyakit busuk batang pada budidaya jagung :
a) Memilih varietas tahan penyakit busuk batang.
b) Pergiliran tanaman.
c) Pemupukan dilakukan secara berimbang, kurangi pemberian pupuk N tinggi dan pupuk K rendah.
d) Menjaga drainase.
e) Pengendalian hayati dengan memanfaatkan cendawan Trichoderma sp.

Karat Daun

Penyakit karat daun pada tanaman jagung adalah (Puccinia polysora).
Pengendalian penyakit karat daun pada budidaya jagung :
a) Memilih varietas jagung tahan penyakit karat daun.
b) Tanaman jagung yang terserang penyakit dimusnahkan hingga ke akar-akarnya.
c) Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida dengan bahan aktif benomil

Bercak Daun

Penyakit bercak daun yang menyerang tanaman jagung adalah (Bipolaris maydis Syn.).
Pengendalian penyakit bercak daun pada budidaya jagung :
a) Memilih varietas tahan penyakit bercak daun.
b) Tanaman jagung yang terserang penyakit dimusnahkan hingga ke akar-akarnya.
c) Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim.

Virus Mosaik

Pengendalian virus mosaik
a) Memilih varietas jagung tahan virus.
b) Mengadakan pergiliran tanaman.
c) Pneyemprotan pestisida insektisida untuk mengendalikan serangga vektor.
d) Pengamatan terhadap tanaman jagung terserang virus. Cabut sedini mungkin untuk menghindari penyebaran.

MENGENAL TANAMAN JAHE

Mengenal Tanaman Jahe - Jahe merupakan salah satu jenis tanaman rempah-rempah yang ada di Indonesia. Komoditas ini dikenal sejak jaman panjajahan Belanda, konon alasan negeri Belanda datang ke Indonesia karena tanaman jahe. Rimpang jahe banyak dicari karena memiliki kelebihan dalam hal kesehatan, kesegaran, dan campuran untuk membuat masakan.

Indonesia sebagai negara tropis merupakan daerah yang cocok untuk tanaman jahe. Namun pada kenyataannya tidak mudah untuk mendapatkan jahe dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan, baik kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

MENGENAL TANAMAN JAHE

Jahe (Zingiber officinale Rosc) merupakan tanaman rempah yang dimanfaatkan sebagai minuman atau campuran pada berbagai bahan pangan. Rasa jahe yang pedas bila dibuat minuman bisa memberikan sensasi sebagai pelega dan penyegar tenggorokan, juga bisa memberikan rasa hangat pada tubuh.

Selain sebagai penyedap makanan dan minuman, rimpang jahe juga berkhasiat sebagai obat-obatan. Dewasa ini jahe banyak dimanfaatkan untuk asupan makanan, industri makanan/minuman, atau bahan obat. Oleh karena itu, rimpang jahe juga banyak dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Jahe (Zingiber officinale Rosc) termasuk kedalam kelas Monocotyledon yaitu tanaman berkeping satu dan famili Zingiberaceae atau famili temu-temuan. tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman rempah-rempah yang telah lama tumbuh di Indonesia. Bahkan bangsa asing mencoba mencari dan mendatangi negara Indonesia beberapa abad silam karena tanaman ini.

Asal Tanaman Jahe




Nama Zingiber merupakan nama latin yang berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu singibera, yang mempunyai makna berbentuk tanduk. Hal itu dikarenakan percabangan rimpang jahe memiliki bentuk yang menyerupai tanduk rusa. Biasanya tanaman ini banyak tumbuh di pekarangan rumah maupun di kebun. Bahkan sekarang tanaman jahe banyak dibudidayakan di daerah tegalan.

Sejak jaman dahulu, tanaman jahe sudah dikenal dan dibutuhkan banyak orang. Namun sayangnya pada saat itu merka belum mengenal cara budidaya jahe yang baik dan benar sehingga hasil panen waktu itu tidak maksimal. Tanaman jahe diperkirakan berasal dari India dan Cina yang terkenal sebagai negara yang memanfaatkan jahe untuk obat-obatan. Bangsa Yunani dan Romawi memperoleh jahe dari para pedagang Arab yang membawa jahe dari India. Sementara itu orang-orang Jamaica mulai mengenal jahe sekitar tahun 1952 yang kemudian dibawa oleh orang-orang Karibia.

Klasifikasi Jahe

Jahe adalah tanaman rimpang yang sudah sangat dikenal sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpang jahe ada yang berbentuk seperti jemari. Adanya rasa pedas yang sangat dominan dalam rimpang jahe disebabkan oleh senyawa keton zingeron. Klasifikasi tanaman jahe digolongkan sebagai berikut :

Filum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale

Deskripsi Tanaman Jahe

Akar tanaman jahe keluar dari garis lingkaran sisik rimpang, berwarna putih sampai cokelat, berbentuk bulat ramping serta berserat. Akar tumbuh mendatar dekat perpukaan tanan dan bercabang. Jahe merupakan tanaman berbatang semu, berbentuk silindris dengan tinggi tanaman berkisar antara 30-100 cm. tanaman jahe memiliki rimpang berwarna putih, putih kekuningan, dan jingga.

Daun berpasangan berbentuk menyerupai pedang, dan tersusun berseling-seling secara teratur dengan panjang 15 – 23 cm, lebar 1– 3 cm, dengan panjang tangkai daun berkisar 2–4 mm. Tulang daun tersusun sejajar serta permukaan daun bagian atas berbulu putih. Ujung daun berbentuk runcing yang membulat pada bagian pangkal. Daun terdiri atas upih dan helaian, pada setiap buku terdapat dua daun.

Bunga tanaman jahe tersusun dalam rangkaian malai atau bulir yang berbentuk silinder seperti jagung. Bunga tersebut tumbuh dari rimpang yang keluar dari permukaan tanah diantara batang tanaman dan terpisah dari batang dan daunnya. Bunga tersebut berbentuk seperti tongkat, tetapi kadang-kadang keluar juga bunga dengan bentuk bulat telur. Panjang malai sekitar 4-7 cm dengan lebar 1,5–2,5 cm. Setiap bunga dilindungi oleh daun pelindung (bractea) berwarna hijau cerah berbentuk bulat telur (ovatus) atau jorong(elliptic). Di dalam daun pelindung terdapat 1-8 bunga jahe yang memiliki mahkota berbentuk tabung dengan helaian agak sempit berwarna kuning kehijauan. Bibir mahkota bunga berwarna ungu gelap dan berbintik-bintik putih kekuningan. Bunga tanaman jahe memiliki benang sari semu (staminodium) yang menyerupai mahkota bunga. Tangkai putiknya berjumlah dua buah dengan kepala sari berwarna ungu berkukuran 9 mm. Kepala putik berada di atas kepala sari sehingga kecil kemungkinan untuk terjadi penyerbukan sendiri. Namun peluang untuk terjadi penyerbukan buatan masih terbuka.

Jenis Tanaman Jahe

Secara umum terdapat tiga jenis tanaman jahe yang dapat dibedakan dari aroma, warna, bentuk, dan besar rimpang. Ketiga jenis tanaman jahe tersebut adalah jahe putih besar, jahe putih kecil, dan jahe merah. Jahe putih besar biasa disebut juga dengan jahe gajah atau jahe badak, hal itu dikarenakan jahe putih besar memiliki ukuran rimpang yang lebih besar dengan bentuk yang gemuk.

Jahe Putih Besar

Jahe putih besar memiliki rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Rimpang jahe ini berwarna putih kekuningan. Jahe putih besar bisa dikonsumsi dalam bentuk oalah maupun jahe segar, baik berumur muda ataupun tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan. Rasa rimpang jahe gajah tidak begitu pedas dibanding jahe merah ataupun jahe putih kecil. Jahe ini memiliki kandungan minyak atsiri sekitar 0,18-1,66% dari berat kering.

Jahe Putih Kecil

Jahe putih kecil atau disebut juga jahe emprit memiliki ruas kecil dengan warna rimpang putih. Bentuknya agak pipih dan berserat lembut. Saat ini telah diciptakan varietas unggul jahe putih kecil atau jahe emprit, yaitu JPK 3 dan JPK 6 yang mampu berproduksi hingga 16 ton/ha. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Minyak atsirinya lebih tinggi jika dibandingkan jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan dan memiliki kandungan minyak atsiri yang tinggi yaitu 1,7-3,8% berat kering dan kadar oleoresin 2,39-8,87%.

Jahe Merah

Jahe merah yang memiliki nama latin Zingiber offocinale var. rubrum biasa disebut juga dengan nama jahe sunti. Jahe merah memiliki rasa yang sangat pedas dengan aroma yang sangat tajam sehingga sering dimanfaatkan untuk pembuatan minyak jahe dan bahan obat-obatan. Jahe merah memiliki rimpang yang berwarna kemerahan dan lebih kecil jika dibandingkan dengan jahe putih kecil atau sama dengan jahe kecil dengan serat yang kasar. Jahe ini memiliki kandungan minyak atsiri sekitar 2,58-3,90% dari berat kering.

Kebutuhan Jahe

Kebutuhan permintaan jahe dari Indonesia ke negara pengimpor jahe beberapa tahun terakhir ini cukup meningkat. Volume permintaan dalam negeri juga terus meningkat seiring dengan semakin berkembangnya industri makanan dan minuman yang menggunakan bahan baku jahe. Sayangnya, adanya peningkatan permintaan jahe belum dapat diimbangi dengan peningkatan produksi jahe.

Adapun negara tujuan jahe dari Indonesia antara lain Jepang, Arab Saudi, serta Malaysia dalam bentuk jahe segar, jahe kering, dan jahe olahan. Komoditas ekspor olahan seperti asinan (jahe putih besar), jahe kering (jahe putih besar, jahe putih kecil, dan jahe merah), maupun minyak atsiri dari jahe merah dan jahe putih kecil.

Berdasarkan hal tersebut di atas, jahe layak dijadikan sebagai salah satu komoditas unggulan dalam usaha mengembangan agribisnis dan agroindustri. Selain itu, jahe juga memiliki peluang cukup besar untuk dikembangkan. Hal itu dikarenakan selain iklim, kondisi tanah, dan letak geografis, Indonesia sangat cocok untuk bertanam jahe. Dengan demikian Indonesia bisa menjadi salah satu negara penyuplai jahe terbesar di dunia.

BUDIDAYA SEMANGKA

Bagi petani, budidaya semangka mampu memberikan keuntungan cukup besar karena produktivitas tanaman semangka tinggi, apalagi masa budidaya buah semangka juga singkat. Semangka merupakan salah satu jenis buah berkadar air tinggi serta banyak digemari oleh masyarakat karena buah semangka memiliki cita rasa khas serta cara penyajiannya juga mudah. Kemajuan teknologi yang semakin berkembang pesat membuat kualitas dan daya adaptasi tanaman semangka terus meningkat. Disamping bentuk buah beragam, baik warna maupun ukuran buah semangka juga semakin bervariasi. Selain itu, sekarang bahkan sudah banyak dibudidayakan varietas semangka nonbiji, harganya pun relatif terjangkau sehingga membuat buah semangka semakin digemari oleh semua lapisan masyarakat.

TEKNIK DAN CARA BUDIDAYA SEMANGKA

Teknik dan cara menanam semangka yang baik merupakan kunci utama keberhasilan budidaya, untuk itu sebagai seorang petani tentunya petunjuk mengenai teknik dan cara budidaya tanaman terutama tanaman hortikultura menjadi syarat dasar yang harus dipenuhi. Penguasaan teknik budidaya semangka menentukan tingkat keberhasilan petani selama proses penanaman semangka berlangsung, meskipun faktor harga juga berperan dominan. Setidaknya keberhasilan budidaya mampu meninimalkan tingkat kerugian saat harga jual sedang jatuh di pasaran.

SYARAT TUMBUH TANAMAN SEMANGKA

Tanaman semangka memerlukan curah hujan antara 40-50 mm/bulan, ketinggian tempat optimal 300 mdpl. Selain itu, tanaman semangka membutuhkan intensitas sinar matahari penuh sepanjang hari tanpa naungan untuk membantu proses fotosintesis. Agar diperoleh kualitas buah tinggi, penanaman semangka membutuhkan suhu optimal berkisar 25-30 derajat C. Kelembaban udara terlalu tinggi akan mendorong perkembangan penyakit, terutama cendawan patogen.

Sebelum budidaya semangka berlangsung, juga perlu diperhatikan jenis tanahnya, tanaman semangka membutuhkan tanah gembur serta subur untuk menopang pertumbuhan serta berproduksi optimum, seperti tanah bertekstur lempung berpasir serta kaya akan kandungan bahan organik. Oleh karena itu, pengolahan tanah secara intensif disertai penambahan pupuk organik dalam jumlah cukup merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan budidaya semangka. Jika budidaya semangka dilakukan di tanah berat, maka akan menekan laju pertumbuhan, kualitas buahnya pun rendah, buah semangka pecah-pecah. Usahatani semangka membutuhkan air dalam pemeliharaannya karena 90% kandungan buah semangka terdiri dari air.

Lokasi budidaya semangka sebaiknya dipilih bukan bekas lahan penanaman semangka atau tanaman sefamili. Usahakan lahan telah diberakan (tidak ditanami tanaman sefamili) selama 2 tahun agar diperoleh hasil optimal.

PERSIAPAN TEKNIS

Pengukuran pH tanah diperlukan dalam menentukan pengapuran, terutama pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran nilai pH ini dapat berbagai cara, yaitu dengan pH meter, kertas lakmus, atau cairan pH tester. Penentuan titik sampel dilakukan secara zigzag dan diusahakan sudah mewakili keseluruhan lokasi budidaya semangka.

PELAKSANAAN BUDIDAYA SEMANGKA




Persiapan Lahan

Persiapan lahan sebelum melakukan budidaya semangka, diantaranya pembajakan tanah dilanjutkan penggaruan, pembuatan bedengan, pemberian kapur pertanian sebanyak 1,5 ton/ha untuk pH tanah di bawah 6, pemberian pupuk kandang fermentasi 40 ton/ha serta pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 1,5 ton/ha. Kemudian dilakukan pengadukan/pencacakan agar pupuk yang sudah diberikan bercampur dengan tanah.

Pembuatan bedengan pada saat budidaya semangka dilakukan dengan cara mencangkul tanah di bagian parit kemudian menaikkan tanah tersebut ke bagian atas bedengan sehingga permukaan bedengan menjadi lebih tinggi. Bedengan dibuat selebar 5 meter, jarak antar bedengan 60 cm serta tinggi bedengan 40-60 cm. Langkah selanjutnya, tanah di bagian tengah bedengan dibagi menjadi dua bagian lalu diangkat ke masing-masing tepi bedengan sehingga kedua tepi bedengan akan membentuk bedengan tanam dengan lebar 1 meter. Cara budidaya sistem ini, dalam satu bedengan selebar 5 meter terdapat dua bedengan tanam selebar 1 meter. Kedua bedengan tanam tersebut dibuat miring ke arah tengah, pada titik tengah pertemuan kedua bedengan dibuat saluran air selebar 20 cm, kedalaman 10 cm.
Setelah bedengan siap, persiapan selanjutnya adalah pemasangan mulsa PHP (Plastik Hitam Perak). Mulsa PHP dipasang pada bedengan tanam yang berada di masing-masing tepi bedengan, sedangkan pada bagian yang miring ke arah tengah bedengan ditutup rapat menggunakan jerami. Maksud dari perlakuan ini untuk menekan pertumbuhan gulma. Mulsa PHP berukuran lebar 120 cm, sisi berwarna perak menghadap ke atas, sedangkan sisi berwarna hitam menghadap ke tanah. Pemasangan mulsa dilakukan saat terik matahari agar mulsa PHP mudah ditarik serta lebih hemat pemakaian. Setelah mulsa terpasang dilakukan pembuatan lubang tanam di bagian tepi luar bedengan, jarak antartanaman 60 cm. Masing-masing bedengan tanam terdapat satu baris lubang tanam.

Persiapan Pembibitan dan Penanaman Semangka

Persiapan pembibitan untuk budidaya tanaman semangka membutuhkan rumah atau sungkup pembibitan untuk melindungi bibit muda. Kemudian menyediakan media semai dengan komposisi 10 ltr pupuk kandang, 20 ltr tanah, 150 g NPK halus. Setelah itu masukkan media campuran tersebut ke dalam polibag semai.
Benih semangka yang akan ditanam harus dipersiapkan secara benar sehingga setelah ditanam di lahan, tanaman semangka memiliki pertumbuhan optimal dan menghasilkan buah semangka berkualitas. Jumlah bibit semangka dengan cara budidaya seperti ini kurang lebih 8.000 tanaman/ha termasuk cadangan bibit penyulam. Kebutuhan benih kurang lebih 500-600 gram. Sebelum penyemaian, benih semangka direndam dalam larutan simokanil atau metalaksil, dosis/konsentrasi ½ dari dosis terendah sesuai anjuran di kemasan selama 6 jam. Untuk mempercepat perkecambahan benih, tutup permukaan media dengan kain goni (bisa juga menggunakan mulsa PHP) serta usahakan kondisi tanahnya tetap dalam keadaan lembab.
Pembukaan penutup kain goni atau mulsa dilakukan ketika terlihat benih sudah mulai berkecambah, kemudian diganti dengan sungkup plastik transparan. Buka sungkup setiap pagi hari, pukul 07.00 dan ditutup pukul 09.00, dibuka sore harinya pukul 15.00 dan ditutup pukul 17.00. Buka sungkup secara penuh menjelang tanam, kira-kira 5-7 hari sebelum penanaman. Selama di pembibitan, bibit perlu disiram setiap hari agar kelembaban tanahnya tetap terjaga, tetapi penyiraman jangan terlalu basah. Penyiraman yang baik dilakukan setiap pagi saja, perkirakan kelembabannya selalu terjaga sampai keesokan harinya. Jika sore hari tanah terlihat kering, bisa disiram lagi secukupnya. Tetapi jika kondisi tanahnya masih lembab, penyiraman cukup satu kali saja. Pada umur 8 hss (hari setelah semai) semprot bibit semangka menggunakan bahan aktif simoksanil (fungisida) dan berbahan aktif imidakloprid untuk insektisidanya. Penyemprotan jangan terlalu pekat, cukup setengah dosis terendah sesuai anjuran kemasann.
Bibit berdaun sejati 4 helai siap dipindah tanam ke lahan. Penanaman sebaiknya dilakukan saat pagi hari sebelum jam 10.00 atau sore hari setelah jam 15.00 untuk menghindari tanaman mengalami stress tinggi akibat sengatan terik matahari. Cara penanamannya mula-mula lepaskan bibit semangka beserta medianya dari polybag semai. Lakukan secara hati-hati agar media tidak pecah, setelah itu masukkan bibit ke dalam lubang tanam yang sudah dipersiapkan hingga leher akar tertutup tanah. Kemudian tanah di sekitar bibit sedikit dipadatkan menggunakan tangan. Usahakan posisi bibit setelah ditanam dalam keadaan tegak supaya tidak ada bagian bibit tanaman semangka yang menyentuh mulsa. Untuk memudahkan pemeliharaan, pastikan bibit semangka berukuran sama ditanam pada satu lokasi tertentu.

PEMELIHARAAN TANAMAN SEMANGKA

Perawatan tanaman harus dilakukan secara rutin semenjak setelah selesai penanaman hingga buah semangka dipanen. Upaya pemeliharaannya antara lain penyulaman, pemangkasan dan pembentukan tajuk, sanitasi lahan dan pengairan, pemupukan susulan, pemeliharaan buah, serta pengendalian hama penyakit tanaman.

Penyulaman Tanaman Semangka

Penyulaman tanaman semangka paling lambat dilakukan umur 3 hari setelah tanam (HST) sampai umur tanaman 10 hari. Tanaman semangka yang sudah terlalu tua apabila masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhannya menjadi tidak seragam, hal ini akan berpengaruh terhadap perawatan tanaman semangka serta pengendalian hama penyakit ketika berumur dewasa.

Pemangkasan dan Pembentukan Tajuk

Pemangkasan merupakan kegiatan membuang cabang tidak produktif untuk membentuk percabangan optimum. Kegiatan ini bertujuan menyeragamkan pertumbuhan tanaman semangka, menjamin proses produksi berlangsung maksimal, menekan resiko serangan hama penyakit, serta merangsang tumbuhnya tunas-tunas produktif.
Umur 10-12 HST tanaman semangka mulai membentuk 5-6 helai daun sejati. Tahap ini merupakan waktu paling baik untuk melakukan pemangkasan bentuk. Pemotongan titik tumbuh dilakukan dengan menggunting sekitar 2 cm bagian paling pucuk menggunakan gunting, sebelumnya gunting dicelupkan ke dalam larutan fungisida. Tujuan pencelupan gunting ke dalam larutan fungisida untuk menghindari infeksi penyakit setelah pemotongan, terutama serangan cendawan. Sisa pemotongan jangan sampai berserakan di lahan karena berpotensi menjadi penular penyakit, sisa potongan tersebut harus dikumpulkan dan dimusnahkan segera setelah kegiatan pemangkasan selesai. Pemangkasan pucuk atau titik tumbuh jangan sampai terlambat karena akan berdampak terhadap produktivitas.
Tunas baru akan muncul 4-5 hari setelah pemotongan pucuk. Setelah tunas baru membentuk 4-5 ruas, lakukan pemilihan 3 tunas dengan pertumbuhan cepat dan seragam, tunas-tunas ini terus dipelihara menjadi tunas produktif. Ketiga tunas produktif tersebut diatur membentuk huruf W berjarak antarcabang 15-20 cm. Arahkan menjalar sesuai arah kemiringan bedengan. Tunas atau cabang yang tidak terpilih dipotong menggunakan gunting, gunting potong sebelumnya dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan fungisida. Sisa potongan tunas tersebut dikumpulkan lalu segera dimusnahkan.
Agar hasil fotosintesis tidak digunakan untuk membentuk tunas tidak produktif, maka seluruh cabang sekunder di bawah ruas atau daun ke-14 dipotong, sebaiknya proses pemotongan dilakukan secara periodik.

Sanitasi Lahan dan Pengairan

Sanitasi lahan merupakan kegiatan membersihkan areal budidaya semangka, meliputi : pengendalian air genangan saat terjadi hujan, penyiangan gulma/rumput, pemusnahan ranting atau cabang bekas pemangkasan, serta pencabutan dan pemangkasan bagian tanaman semangka terserang hama penyakit. Kegiatan sanitasi lahan pada budidaya semangka bertujuan menjamin proses produksi berlangsung secara maksimal dengan menekan resiko serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) serta menekan persaingan dengan gulma untuk mendapatkan sinar matahari dan unsur hara.
Budidaya semangka pada dasarnya tidak membutuhkan air yang terlalu banyak. Walaupun demikian proses fotosintesis sangat membutuhkan air. Oleh karena itu, pemberian air yang tepat seefisien mungkin akan membantu menekan biaya sekaligus menghasilkan produksi optimal. Pengairan atau irigasi adalah kegiatan memberi air sesuai kebutuhan tanaman di daerah perakaran dengan air yang memenuhi standar. Proses pengairan dilakukan pada waktu, cara, dan jumlah yang tepat untuk menjamin kebutuhan air bagi tanaman sehingga pertumbuhan dan proses produksinya berjalan dengan baik.
Saat sebelum tanam dan setelah tanam, bibit semangka disiram cukup basah agar bibit tidak stress kekeringan sehingga dapat segera beradaptasi dengan kondisi di lahan. Tiga hari setelah tanam lakukan pengontrolan, jika terjadi kekeringan maka tanaman semangka yang baru dipindah ke lahan harus segera diairi. Hal ini perlu diperhatikan karena fase-fase ini akar tanaman semangka belum tumbuh dan masih dalam tahap penyesuaian diri dengan lingkungan barunya. Ketika musim kemarau pengairan dilakukan dua hari sekali sampai menjelang berbunga, atau sekitar 21 HST. Menjelang pembungaan atau sebelum bunga mekar perlu dilakukan penggenangan lahan setiap hari, hal ini bertujuan menjaga kerontokan bunga. Setelah memasuki proses pembungaan sebaiknya lahan tidak diairi dulu agar pembentukan buah semangka tidak terganggu serta buahnya tidak mudah pecah.
Sewaktu buah semangka sudah sebesar telur ayam perlu dilakukan pengairan, hal ini bertujuan menjaga kelembaban lahan agar tetap stabil serta ukuran buah bisa optimal. Setelah dilakukan seleksi buah semangka, kelembaban lahan perlu dijaga sampai sekitar 23 hari dari bunga mekar. Fase ini merupakan fase pembentukan buah, apabila kekurangan air maka kulit buah semangka akan mengeras, kemudian setelah diairi kembali buah semangka akan banyak yang pecah kemudian membusuk. Setelah 24 hari semenjak pembungaan, pengairan sedikit demi sedikit harus dikurangi. Hingga 10 hari menjelang panen, pengairan dihentikan agar lahan menjadi kering, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kadar gula tinggi dalam buah semangka, serta memudahkan pemanenan semangka.

Pemupukan Susulan

Tanaman semangka merupakan tanaman berumur pendek. Disamping itu, pertumbuhan tanaman semangka juga sangat cepat. Pemberian pupuk dasar saat persiapan lahan masih belum mencukupi untuk pencapaian produksi optimal. Oleh karena itu, pemupukan susulan selama budidaya semangka perlu dilakukan, bertujuan memberikan unsur hara tambahan pada tanaman semangka agar nutrisi tanaman terpenuhi sehingga menjamin pertumbuhan secara optimal serta menghasilkan produksi semangka bermutu sesuai standar kualitas produk.
Pupuk akar diberikan dengan cara pengocoran. Pupuk susulan pertama diberikan umur 5 hst menggunakan pupuk NPK 15-15-15 dan ZK, dosis 3 kg NPK dan 1 kg ZK dilarutkan ke dalam air sebanyak 1 drum (200lt air), larutan ini untuk 1000 tanaman, tiap tanaman dikocor 200 ml.
Pupuk susulan kedua diberikan umur 15 hst menggunakan pupuk NPK 15-15-15, dosis 4kg NPK 15-15-15, 2kg ZK dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman, tiap tanaman diberikan 200ml.
Pupuk susulan ketiga diberikan setelah seleksi buah (25-30 hst) menggunakan pupuk NPK 15-15-15, dosis 4kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman, tiap tanaman diberikan 200ml.
Pupuk susulan keempat diberikan 7-10 hari setelah pemupukan ketiga menggunakan pupuk NPK 15-15-15, dosis 4kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman, tiap tanaman diberikan 200ml.

Pemeliharaan Buah Semangka

Buah semangka yang sudah terbentuk perlu diseleksi dan dipelihara agar pertumbuhan ukurannya maksimal sesuai deskripsi varietas serta mencapai standar mutu yang ditetapkan oleh pasar tujuan. Langkah pemeliharan buah semangka mencakup seleksi buah dan pembalikan buah. Seleksi buah semangka ditunjukan untuk mendapatkan buah semangka dengan pertumbuhan paling optimum dan berbentuk sempurna. Untuk tujuan memilih buah semangka berukuran besar, sebaiknya dipilih 1 buah semangka yang memiliki pertumbuhan paling baik. Seleksi buah dilakukan ketika buah semangka yang terbentuk sudah berukuran sebesar telur ayam. Pilih satu diantara buah semangka yang terbentuk pada 3 cabang. Kriteria buah semangka pilihan adalah buah yang memiliki pertumbuhan paling bagus. Bila pertumbuhan buah semangka seragam, pilih dari cabang yang paling vigor. Untuk varietas berbobot buah kecil (kurang dari 2 kg), pada satu tanaman dapat dibesarkan 2-3 buah. Buah semangka dipelihara dipilih yang berada di cabang yang berbeda dengan posisi ruas yang seragam, yaitu pada ruas 13-15 agar keseragaman buah semangka dapat terpenuhi.
Pemotongan terhadap buah semangka yang tidak lolos seleksi dilakukan saat cuaca panas setelah pukul 09.00. Hal ini dimaksudkan agar menghindari infeksi penyakit pada bekas potongan buah. Buah semangka yang tidak dipilih dipotong menggunakan gunting, sebelumnya gunting direndam terlebih dahulu dalam larutan fungisida. Buah semangka hasil potongan dikumpulkan untuk segera dimusnahkan.
Pembalikan buah semangka merupakan kegiatan membalik buah agar bagian buah semangka di bawah bertukar posisi dengan bagian buah yang berada di atas. Hal ini bertujuan mengurangi kelembaban berlebihan pada salah satu sisi buah semangka serta memberikan penyinaran berimbang di seluruh bagian buah.

CARA PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA SEMANGKA

PENGENDALIAN HAMA TANAMAN SEMANGKA

Hama Gangsir

Hama menyerang bagian batang tanaman muda terutama tanaman semangka baru saja ditanam. Serangan hama gangsir dilakukan di malam hari, dengan cara memotong batang tanaman semangka tetapi tidak memakannya. Hama ini bersembunyi di dalam tanah dengan membuat liang dalam tanah, keberadaan gangsir dicirikan terdapat onggokan tanah pada muka liang. Cara pengendalian hama gangsir adalah dengan pemberian pestisida insektisida karbofuran sebanyak 1 gram per tanaman.

Hama Ulat Tanah

Hama ulat tanah jenis ini juga menyerang tanaman semangka di malam hari, siang harinya bersembunyi dalam tanah atau di balik mulsa PHP. hama ulat ini senag sekali memakan batang tanaman muda hingga terputus, sehingga sering dinamakan juga ulat pemotong. Cara pengendalian hama ulat tanah dalam budidaya semangka adalah dengan pemberian pestisida insektisida karbofuran sebanyak 1 gram per tanaman.

Hama Ulat Grayak

Hama ulat grayak menyerang daun tanaman semangka bersama-sama dalam jumlah sangat banyak, hama ulat jenis ini biasanya menyerang tanaman semangka di malam hari. Pengendalian serangan ulat grayak selama budidaya semangka dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif deltametrin, metomil, profenofos, sipermetrin, klorpirifos, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Ulat Jengkal

Gejala serangan ulat jengkal ditandai di bagian tepi daun muda ada bekas gigitan serangga, namun semakin lama semakin ke tengah dan hanya tersisa tulang daunnya. Pengendalian serangan hama ulat jengkal selama budidaya semangka dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif deltametrin, metomil, profenofos, sipermetrin, klorpirifos, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Thrips

Serangan thrips pada daun tanaman semangka ditandai adanya bercak keperakan, terutama di permukaan bawah daun. Hama thrips memakan dengan cara menghisap cairan daun semangka muda, yang akhirnya menyebabkan daun mengeriting dan kerdil. Pengendalian hama thrips selama budidaya semangka dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif tiametoksam, abamektin, sipermetrin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Kutu Daun

Kutu daun juga menyerang dengan menghisap cairan tanaman, terutama daun semangka muda. Kotoran dari hama kutu jenis ini rasanya manis sehingga disukai semut. Daun semangka terserang mengalami klorosis (warna hijau daun memudar), menggulung, mengeriting, akhirnya tanaman semangka menjadi kerdil. Pengendalian serangan hama kutu daun selama budidaya semangka dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif tiametoksam, abamektin, sipermetrin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Kutu Kebul

Kutu kebul memiliki warna putih, bersayap, serta seluruh tubuhnya berselimut serbuk putih seperti lilin. Hama kutu kebul menyerang dengan cara menghisap cairan daun semangka sehingga mengakibatkan kerusakan pada jaringan maupun sel-selnya. Pengendalian serangan hama kutu kebul selama budidaya semangka dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif tiametoksam, abamektin, sipermetrin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Tungau

Tungau seringkali bersembunyi di balik daun semangka kemudian menghisap cairan daunnya. Daun semangka terserang terpelintir, berwarna coklat, pada permukaan bawah daun terlihat benang halus biasanya berwarna merah atau kuning. Pengendalian serangan hama tungau dilakukan penyemprotan insektisida akarisida berbahan aktif dikofol, propargit, tetradifon, klofentezin, piridaben, amitraz, abamektin, atau fenpropatrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Kumbang Daun

Hama kumbang daun dikenal dengan nama oteng-oteng. Serangan oteng-oteng membentuk guratan memusat pada daun semangka, selain itu juga ditandai adanya bekas gigitan serangga. Selain merusak daun tanaman, kumbang daun juga merusak bunga semangka sehingga menyebabkan kerontokan bunga. Pengendalian serangan hama kumbang daun adalah dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif deltametrin, metomil, profenofos, sipermetrin, klorpirifos, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Lalat Buah

Lalat buah betina dewasa menyerang semangka dengan cara meletakkan telur-telurnya ke dalam daging buah, selanjutnya telur berubah menjadi larva dan memakan bagian dalam buah semangka, akibat lebih lanjut menyebabkan busuk buah. Cara mengendalikan lalat buah adalah menggunakan perangkap (sexpheromone), yaitu dengan memasang perangkap yang telah diberi metil eugenol. Metil eugenol dimasukkan pada botol aqua, kemudian diikat kuat pada ajir atau bambu. Atau dapat juga menggunakan buah-buahan dicampur metomil seperti buah nangka atau timun yang aromanya lebih disukai lalat buah. Jika serangan tidak terkendali, semprot insektisida berbahan aktif deltametrin, sipermetrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Tikus

Serangan hama tikus terjadi sewaktu malam hari, sedangkan saat siang hari bersembunyi dalam sarang. Cara pengendalian serangan tikus dapat dengan memberikan umpan tikus. Umpan dicampur rodentisida, ditaruh pada lubang tikus aktif. Lubang aktif ditandai masih jelas terlihat bekas dilalui tikus atau terkadang ada sisa-sisa makanan baru. Cara lainnya, beri karbit pada lubang aktif, lalu siram air secukupnya, tutup lubang tikus dengan tanah untuk mengantisipasi gas yang ditimbulkan tidak keluar.

Hama Nematoda

Hama nematoda menyerang bagian akar tanaman. serangannya ditandai adanya bintil-bintil. Nematoda bersifat parasit, berupa cacing tanah yang sangat kecil. Cacing tanah menggigit bagian akar tanaman, sehingga berpotensi munculnya penyakit sekunder, seperti penyakit busuk phytopthora, layu fusarium, layu bakteri, ataupun cendawan lainnya. Cara pengendalian serangan hama nematoda dengan pemberian pestisida insektisida karbofuran sebanyak 1 gram per tanaman.

CARA MENGENDALIKAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA SEMANGKA

Penyakit Rebah Semai

Penyakit rebah semai biasa menyerang tanaman semangka pada fase pembibitan. Cara pengendalian serangan penyakit ini menggunakan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif simoksanil, propamokarb hidroklorida, asam fosfit, kasugamisin, atau dimetomorf. Dosis/konsentrasi ½ dari dosis terendah sesuai anjuran di kemasan.

Penyakit Layu Bakteri

Penyakit layu bakteri sering menggagalkan budidaya semangka, serangannya disebabkan oleh bakteri. Upaya pengendalian layu bakteri antara lain melakukan penggiliran tanaman, memusnahkan tanaman terserang, meningkatkan pH tanah, serta penyemprotan secara kimiawi dengan bakterisida dari golongan antibiotik berbahan aktif asam oksolinik, streptomisin sulfat, validamisin, kasugamisin, atau oksitetrasiklin, dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma saat persiapan lahan, ketika tanaman semangka berumur 20 hst dan 35 hst dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Layu Fusarium

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit layu fusarium hampir sama dengan penyakit layu bakteri, yang membedakan hanyalah penyebabnya. Penyakit layu fusarium disebabkan oleh serangan jamur. Upaya pengendalian serangan penyakit layu fusarium antara lain sedini mungkin memusnahkan tanaman terserang, meningkatkan nilai pH, penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif metalaksil, benomil, atau propamokarb hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma ketika sedang persiapan lahan, dilanjutkan kocoran pada tanah saat semangka berumur 20 hst dan 35 hst. Pengocoran menggunakan pestisida organik seperti wonderfat, super glio, dll. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Busuk Phytopthora

Serangan hama ini dapat terjadi di semua bagian tanaman semangka dan dapat mengakibatkan tanaman layu jika serangannya mengganas, terutama di musim hujan. Batang tanaman terserang berwarna coklat kehitaman serta kebasah-basahan. Serangan pada daun tampak perubahan warna dan bentuk seperti tersiram air panas. Buah semangka yang busuk berwarna coklat kehitam-hitaman melunak. Pengendalian serangan penyakit busuk phytopthora secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau dimetomorf dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Gummy Stem Blight

Penyakit ini bermula dari bagian bawah batang tanaman semangka nampak seperti tercelup minyak, selanjutnya mengeluarkan cairan berwarna merah cokelat, akhirnya tanaman semangka mati. Daun terserang ditandai bercak bundar melekuk ke dalam berwarna cokelat kehitaman lama kelamaan daun semangka akan mengering. Pengendalian serangan penyakit gummy stem blight secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif benomil, metil tiofanat, karbendazim, tridemorf, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai prtunjuk di kemasan.

Penyakit Powdery Mildew

Gejala penyakit powdery mildew diawali adanya bercak bulat kecil berwarna keputihan pada permukaan bagian bawah daun semangka. Kemudian bercak akan menyatu dan berkembang ke permukaan daun bagian atas sehingga daun seperti diselimuti tepung. Pengendalian penyakit powdery mildew secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif benomil, karbendazim, difenokonazol, metil tiofanat, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, mankozeb atau azoksistrobin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Downy Mildew

Terdapat bercak berwana kuning muda pada permukaan daun semangka yang dibatasi oleh tulang daun, sedangkan permukaan bagian bawahnya terdapat massa spora berwarna kehitaman. Serangan parah menyebabkan pembusukan tulang daun, akhirnya menyebabkan tanaman semangka mati. Pengendalian penyakit downy mildew secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif benomil, karbendazim, difenokonazol, metil tiofanat, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, mankozeb atau azoksistrobin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Patek (Antraknosa)

Penyakit antraknosa atau patek merupakan salah satu jenis penyakit serius yang dapat menyerang semua bagian tanaman semangka. Serangannya ditandai adanya bercak agak bulat berwarna cokelat muda, lalu berubah menjadi cokelat tua sampai kehitaman. Semakin lama bercak melebar, menyatu akhirnya daun semangka mengering. Gejala lain adalah bercak bulat memanjang berwarna kuning atau cokelat. Buah semangka terserang akan nampak bercak agak bulat serta berlekuk berwarna cokelat tua, di sini cendawan akan membentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian serangan penyakit patek secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif benomil, karbendazim, difenokonazol, metil tiofanat, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, mankozeb atau azoksistrobin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Bercak Daun

Penyakit bercak daun selama budidaya tanaman semangka disebabkan oleh serangan bakteri, bakteri berkembang pesat terutama saat musim hujan. Serangan penyakit bercak daun ditandai adanya bercak putih dan bersudut karena dibatasi tulang daun. Kemudian bercak berubah menjadi cokelat kelabu serta bagian bawah daun semangka mengeluarkan cairan, akhirnya daun semangka mengering. Pengendalian serangan penyakit bercak daun dengan bakterisida dari golongan antibiotik berbahan aktif asam oksolinik, streptomisin sulfat, validamisin, kasugamisin, atau oksitetrasiklin, atau golongan anorganik tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Virus

Penyakit momok ini merupakan penyakit yang sering mengakibatkan gagal panen ketika musim kemarau. Gejala serangan umumnya menunjukkan pertumbuhan yang mengerdil, daun semangka menjadi keriting serta terdapat bercak kebasah-basahan berwarna kuning. Penyakit virus ditularkan oleh penular atau vektor, baik serangga maupun manusia. Ada banyak jenis hama yang berpotensi menjadi penular virus jika tidak dikendalikan, diantaranya hama kutu daun, thrips, kutu kebul, maupun tungau. Penularan virus melalui perantara manusia seringkali terjadi melalui alat-alat pertanian ataupun penanganan pada tanaman, terutama ketika sedang melakukan pemangkasan tajuk atau pengurangan buah semangka. Meskipun hingga saat ini penyakit virus belum juga ditemukan vaksinnya, namun ada upaya untuk meninimalisir serangan, diantaranya selalu melakukan sanitasi lahan, mengendalikan serangga perantara, mencabut tanaman yang terinfeksi virus sedini mungkin, menjaga kebersihan alat-alat budidaya serta berhati-hati saat melakukan penanganan tanaman, terutama jika terjadi pelukaan.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama gangsir, hama ulat tanah, maupun nematoda dilakukan bersamaan, cukup sekali saja, yaitu 1 gram per lubang tanam satu minggu sebelum penanaman.

Pengendalian hama ulat grayak, ulat jengkal, thrips, kutu daun, kutu kebul, tungau, kumbang daun, lalat buah dan penyakit secara kimiawi dengan penyemprotan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap kali melakukan penyemprotan (jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut).

PENYAKIT FISIOLOGIS YANG SERING DIJUMPAI PADA BUDIDAYA SEMANGKA

Penyebab dari penyakit fisiologis adalah iklim yang ekstrim, ketidakseimbangan unsur hara, serta kandungan mineral berbahaya. Beberapa penyakit fisiologis yang sering dialami budidaya semangka antara lain seperti di bawah ini:

Busuk Ujung Buah (blossom-end rot)

Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan kalsium. Serangan penyakit akan lebih berat apabila budidaya semangka dilakukan di daerah berudara panas, kering, serta berangin yaitu ketika terjadi kondisi kekurangan air. Gejala akibat kekurangan kalsium ditandai adanya gugur buah maupun terdapat busuk berwarna cokelat di ujung buah semangka. Pengendalian masalah busuk ujung buah dapat dilakukan dengan pemberian pupuk berkandungan kalsium tinggi.

Pecah Daging Buah

Masalah ini disebut juga internal cracking, disebabkan oleh pertumbuhan labil (tidak stabil), yaitu pertumbuhan terlalu cepat pada satu fase serta terlalu lambat pada fase selanjutnya atau sebaliknya. Gejala serangan ditandai adanya buah semangka berbentuk tidak normal serta berasa hambar, daging buah tidak sempurna bahkan sampai retak-retak. Pengendalian masalah pecah daging buah dilakukan dengan perlakukan tanaman secara tepat sesuai teknik budidaya (telah diuraikan di atas, mulai dari pengairan, pemangkasan, pemupukan, sampai pengendalian hama dan penyakit tanaman).

Rasa Buah Tidak Manis

Pada kondisi tertentu buah semangka berasa hambar. Hal ini biasanya terjadi karena kekurangan berbagai unsur hara, terutama unsur kalium, magnesium, maupun boron. Pengendalian masalah ini dapat dilakukan dengan pemupukan berimbang sesuai cara pemupukan di atas.

Tanaman Kerdil

Jika selama proses budidaya semangka menemui masalah seperti antara lain tanaman semangka tampak kerdil beruas pendek, batang tanaman menjadi kaku, terdapat beberapa luka/retakan yang mengeluarkan lendir berwarna cokelat kekuningan, batang semangka mudah patah, menunjukkan pertumbuhan tanaman semangka tidak normal, kemungkinan besar kandungan unsur boron di dalam tanah kurang tersedia atau tidak dapat diserap dengan baik oleh akar tanaman. Jika serangan berlanjut hingga tanaman dewasa, tanaman semangka sulit akan menghasilkan buah, kalaupun berbuah bentuknya menjadi kurang sempurna. Pengendalian masalah ini dilakukan dengan memberikan pupuk mikro berkandungan boron tinggi, seperti pupuk borate. Dosis/konsentrasi 2 g/tanaman.

Daun Menguning Dimulai dari Bagian Tepi

Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan unsur kalium. Gejala penyakit fisiologis akibat kekurangan unsur kalium ditandai terjadinya perubahan warna daun semangka menjadi kuning muda dimulai dari bagian tepi daun. Semakin lama warna kuning berubah menjadi cokelat serta salah satu sisinya robek sehingga daun nampak bergerigi. Tanaman kekurangan unsur kalium memiliki daya tahan rendah terhadap serangan hama dan penyakit maupun kekeringan. Selain itu, rasa buah semangka juga kurang manis. Pengendalian masalah ini dapat dilakukan dengan pemupukan berimbang seperti cara pemupukan di atas, bila perlu tambahkan pupuk berkandungan kalium tinggi, seperti KNO3 saat melakukan pemupukan susulan.

Klorosis pada Tulang Daun

Penyebab penyakit ini adalah kekurang unsur hara magnesium. Unsur magnesium berfungsi dalam membentuk klorofil (zat hijau daun) serta mengaktifkan enzim-enzim dalam proses metabolisme. Gejala kekuarangan unsur magnesium ditandai adanya klorosis diantara tulang daun semangka, warna daun menguning, terdapat bercak merah kecoklatan, sedangkan tulang daun semangka tetap berwarna hijau. Untuk mengatasi kekurangan unsur magnesium dapat dilakukan pengapuran ataupun penyemprotan pupuk daun berkandungan magnesiun tinggi, misal magnesium sulfat.

PANEN SEMANGKA

Panen merupakan kegiatan memetik buah semangka siap panen atau mencapai kematangan optimal sesuai standar permintaan pasar. Tujuan pemanenan adalah untuk memperoleh hasil sesuai tingkat kematangan buah. Umumnya produk hortikultura merupakan produk yang cepat sekali rusak. Meskipun kualitasnya bagus, namun jika pemanenan dilakukan secara tidak benar maka dapat menurunkan kualitas buah semangka secara signifikan. Penentuan saat panen didasarkan pada umur ketika terjadi penyerbukan. Panen buah semangka dilakukan sekitar 27-30 hari setelah penyerbukan. Selain itu, panen juga dapat ditentukan dengan melihat ciri-ciri fisik buah sebagai berikut :
  • Warna maupun tekstur kulit buah semangka terlihat bersih, jelas, serta mengkilap.
  • Sulur kecil di belakang tangkai buah telah berubah warna menjadi cokelat tua serta mengering.
  • Bila buah semangka diketuk menggunakan jari terdengar suara agak berat.
  • Tangkai buah semangka mengecil hingga terlihat tidak sebanding dengan ukuran buah itu sendiri.
  • Bagian buah semangka yang terletak di atas landasan berubah warna dari putih menjadi kuning tua.
Untuk menjaga kualitas buah semangka yang dicapai selama masa produksi, buah siap panen harus segera dipetik tepat waktu. Hal-hal di bawah ini perlu diperhatikan antara lain :
  • Panen sebaiknya dilakukan di pagi hari agar buah semangka berasa lebih manis serta tahan penyimpanan. Panen saat sore hari juga dapat dilakukan asal tidak hujan atau sehabis hujan.
  • Tangkai buah semangka dipotong sekitar 3-5 cm dari pangkal buah.
  • Buah semangka hasil pemanenan dikumpulkan dalam keranjang, diberi alas lalu diletakkan di tempat teduh. Hindari terkena sinar matahari langsung.

ARTIKEL POPULER