BUDIDAYA CACING TANAH

Cacing tanah bukanlah hewan asing bagi kita, terutama bagi masyarakat pedesaan. Hewan yang tampak lemah dan menjijikkan ini seolah tidak ada manfaatnya sama sekali. Namun hewan ini memiliki potensi sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia.

CARA TERNAK CACING TANAH

Dalam hubungannya dengan sejarah kelestarian lingkungan hidup dan peningkatan pangan dunia, peranan cacing tanah telah diketahui sejak dahulu kala. Seorang ahli filsarat Yunani, Aristoteles, banyak menaruh perhatian terhadap cacing tanah. Ia menyebut cacing tanah adalah perutnya bumi. Pada tahun 69-30 SM, ratu cantik Cleopatra yang saat itu berkuasa di Mesir melarang bangsa mesir memindahkan cacing tanah keluar dari Mesir. Bahkan petaninya dilarang menyentuh cacing, sebab pada waktu itu cacing tanah dianggap sebagai Dewa Kesuburan.

Dalam catatan klasik Tiongkok, cacing tanah disebut Tilung atau Naga Tanah. Cacing tanah ini sudah sejak dahulu kala mereka gunakan dalam berbagai ramuan untuk menyembuhkan macam-macam penyakit. Seorang cendekiawan terkenal, Charles Darwin, telah menghabiskan waktunya selama hampir 40 tahun untuk mengamati kehidupan cacing tanah. Ia menyebut cacing tanah sebagai mahluk penentu keindahan alam dan pemikat bumi.

Para petani juga telah mengetahui secara turun temurun bahwa tanah yang banyak cacing tanahnya kesuburannya meningkat. Luar biasa peranan serta sumbangan cacing tanah terhadap kehidupan manusia.

Manfaat Cacing Tanah




Dibandingkan dengan negara-negara lain,, seperti Amerika Serikat, Philipina, Jepang, Taiwan, Australia, serta beberapa negara Eropa, budidaya cacing tanah di Indonesia masih merupakan hal baru. Penggunaannya juga masih sangat terbatas. Tidak seperti negara-negara lain yang memanfaatkan cacing tanah selain sebagai pakan ternak atau ikan, juga untuk bahan obat, bahan kosmetika, pengurai sampah, bahkan sebagai makanan manusia, bahkan di Perancis cacing tanah dipergunakan sebagai campuran bahan makan di restoran-restoran terkemuka yang dikenal sebagai verne de terre, artinya makanan dari cacing tanah.

Budidaya Cacing Tanah Monokultur

Pemilihan Lokasi dan Pembuatan Kandang

Lokasi budidaya cacing tanah tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Dalam skala budidaya besar, dapat disediakan ruangan khusus yang atapnya tidak terbuat dari bahan-bahan yang dapat meneruskan sinar atau menyimpan panas. Sinar matahari langsung atau suhu tinggi dapat mengakibatkan pertukaran udara dalam wadah, sehingga media budidaya cacing tanah cepat kering.

Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat di lingkungan kita, antara lain, bambu, rumbia, genteng, ijuk, papan bekas, dll. Di dalam kandang dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat menaruh wadah pemeliharaan.

Pembuatan Wadah Pemeliharaan

Wadah pemeliharaan adalah tempat sarang cacing tanah, sehingga dapat memanfaatkan barang-barang bekas yang murah, seperti ember, kaleng, drum, karung, peti, plastik, dll. Ukuran wadah disesuaikan dengan kenyamanan saat perawatan.

Bahan-Bahan Sarang

Sarang merupakan tempat hidup sekaligus sebagai makanan cacing tanah. Untuk itu bahan sarang harus memenuhi syarat sebagai tempat hidup dan makanan. Bila bahan sarang lebih lengkap maka pakan tambahan yang harus diberikan lebih sedikit. Sehingga dapat dikatakan bahwa mutu sarang merupakan kunci keberhasilan budidaya cacing tanah.

Bahan-bahan untuk sarang sebaiknya digunakan bahan yang murah. Bahan-bahan dimaksud antara lain kotoran ternak, serbuk gergaji, serutan kayu, sekam, dedak, rumput, dedaunan, lumpur selokan, kertas/karton yang tidak terpakai, kompos sampah, eceng gondok, ampas singkong, dan berbagai sisa-sisa hasil pertanian. Semua kotoran ternak terutama yang sudah dingin langsung dapat dipakai sebagai sarang budidaya cacing tanah.

Untuk membuat sarang, kita tidak perlu menggunakan semua bahan, tetapi yang terpenting harus memenuhi syarat-syarat antara lain mempunyai daya serap tinggi untuk menahan air, harus selalu gembur dan tidak menjadi padat, harus mudah terdekomposisi atau terurai, jangan mengandung tanah permukaan, dan jika diharapkan sebagai sumber pakan jangan terlalu tinggi proteinnya.

Sarang bisa bervariasi susunannya tergantung dari bahan yang ada, temperatur lingkungan, dan tujuan budidaya cacing tanah. Hal ini mungkin karena cacing tanah berdaya adaptasi tinggi terhadap lingkungannya.

Cara Membuat Sarang

Bahan-bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong-potong sepanjang 2-3 cm. Jika bahan tercemar zat-zat beracun, misal pestisida, sebaiknya direndam dulu dalam air selama 24 jam. Berbagai bahan, kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air. Pada minggu pertama dan kedua dilakukan pengadukan sebanyak dua kali dalam seminggu. Selanjutnya pada minggu ketiga dan keempat hanya dilakukan sekali pengadukan. Air selalu ditambahkan secukupnya supaya tetap basah, tetapi jangan sampai tergenang.

Kotoran ternak secara terpisah juga harus selalu diaduk dan diberi air. Pengadukan dilakukan cukup sekali dalam seminggu. Biasanya dalam empat minggu sudah cukup baik untuk digunakan.

Kemudian bahan campuran dan kotoran ternak itu dijadikan satu dengan perbandingan 70% bahan campuran dan 30% kotoran ternak. Seluruh campuran diaduk rata dan ditempatkan dalam lubang atau bak yang kemudian di atasnya ditutupi dengan plastik. Biarkan adukan itu selama 24 jam dan jangan sampai kekeringan.

Yang perlu diperhatikan adalah tingkat keasaman dan temperatur dari adukan tersebut harus sesuai dengan media hidup cacing tanah. Temperatur diukur dengan termometer biasa, sedangkan tingkat keasaman (pH) dapat digunakan kertas lakmus.

Setelah cacing tanah dimasukkan ke dalam bak, sebaiknya bak ditutup dengan daun pisang, pelepah pisang, atau dedaunan lain. Bisa juga menggunakan kertas koran, karung goni atau barang lain yang dapat digunakan sebagai tutup. Penutupan bertujuan untuk mengurangi penguapan dan melindungi cacing dari cahaya.

Penanaman atau Pemasukan Bibit Cacing Tanah

Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah telah siap, maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing anah yang ada tidak sekaligus dimasukkan ke dalam media, tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit.

Amati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru kemudian semua bibit cacing bisa dimasukkan. Pengamatan dilakukan setiap tiga jam sekali, apakah ada bibit cacing yang berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media. Apabila dalam waktu 12 jam tidak ada cacing yang meninggalkan media berarti cacing tanah tersebut betah dan cocok dengan medi. Sebaliknya jika media tidak cocok, maka cacing tanah akan berkeliaran di permukaan.

Untuk mengatasinya maka harus dilakukan perbaikan media. Perbaikan media budidaya cacing tanah dapat dilakukan dengan cara disiran dengan air, kemudian diperas. Lakukan secara berulang hingga air perasannya tidak berwarna hitam atau cokelat tua.

Pemberian Pakan

Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam. Jumlah pakan dalam sekali pemberian sama dengan berat cacing tanah saat penanaman.

Secara umum pakan cacing tanah adalah semua kotoran hewan. Kotoran yang dipakai sebaiknya yang sudah matang atau sudah terdekomposisi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari proses dekomposisi dalam media yang akan menghasilkan panas sehingga dapat menaikkan temperatur dalam media.

Namun pakan yang lebih bervariasi lebih disukai oleh cacing tanah. Variasi pakan dimaksud antara lain 30% kotoran hewan dan 70% kompos hijauan. Atau dapat juga 30% kotoran hewan dan 70% ampas kedelai. Dapat juga diberikan pakan dari sisa-sisa dapur.

Pemberian pakan harus dalam bentuk bubur dengan perbandingan 1 campuran pakan dan 1 air. Pakan diberikan merata di atas permukaan media tetapi sisakan 2-3 cm dari tepi yang tidak ditaburi pakan. Kemudian pakan ditutup dengan kain atau plastik atau bahan lain yang tidak tembus cahaya.

Penggantian Media

Penggantian media dilakukan apabila media sudah menjadi tanah atau kascing (bekas cacing), atau pada media tersebut telah banyak telur yang disebut kokon. Supaya cacing tetap berkembang maka harus dipisahkan antara telur, anak, dan induk. Harus dilakukan penggantian media dengan cepat bila terlihat sudah menjadi tanah.

Hama dan Musuh Cacing Tanah

Lintah membunuh cacing tanah dengan cara menghisap darah cacing sampai habis. Cara pengendaliannya yaitu dengan menaburkan tembakau di permukaan media.

Kumbang menaruh telur-telur dalam media. Setelah telur-telur tersebut menetas menjadi larva, larva akan memakan media dan pakan cacing tanah. Biasanya kumbang jarang ditemukan, tetapi bila menemukan kumbang di permukaan media, segerah dibunuh.

Semut merah, memakan pakan cacing tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini diperlukan untuk penggemukan cacing tanah. Pencegahan dilakukan dengan cara sekitar wadah pemeliharaan diberi air cukup.

Tikus, memakan pakan cacing tanah yang berupa butiran, biasanya sisa pakan ayam. Menanggulangi gangguan tikus dengan cara memasang alat perangkap.

Panen

Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil yang bernilai ekonomis tinggi yaitu cacing itu sendiri dan kascing. Panen dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang akan kami sampaikan disini adalah yang paling sederhana sehingga mudah diaplikasikan.

Siapkan alat penerang, bisa lampu bohlam, neon, atau petromaks. Bila salah satu dari bagian wadah pemeliharaan diberi penerang, maka cacing akan berkumpul di bagian lain karena cacing sangat sensitif terhadap cahaya. Kemudian tinggal mengambil cacing tanah yang sudah berkumpul pada salah satu sisi dan memisahkan cacing tanah dengan media. Cara pemanenan sebagai berikut, siapkan wadah berbentuk kerucut atau corong. Masukkan bagian sarang yang terdapat cacingnya (cacing sudah berkumpul pada salah satu bagian setelah bagian lain diberi penerang) ke dalam kerucut atau corong yang sudah dipersiapkan. Corong ditaruh di atas wadah penampung yang hanya diberi lubang sebesar lobang corong sehingga kondisi dalam wadah penampung tetap gelap. Sesuai dengan sifatnya cacing tanah akan turun ke bawah dan masuk dalam wadah penampung dengan sendirinya. Ambil sarang/kascing bagian atas sedikit demi sedikit sampai habis. Demikian cara panen dilakukan sampai semua cacing tertampung dalam wadah penampung.

HAMA PENYAKIT TANAMAN JAGUNG

Hama Penyakit Tanaman Jagung - Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas pertanian subsektor tanaman pangan. Pada saat proses produksi atau dalam fase budidaya, tanaman jagung juga tidak luput dari serangan hama penyakit, seperti halnya tanaman pertanian lain. Kerugian akibat serangan hama penyakit jagung bisa dibilang tidak kecil, bahkan beberapa diantaranya berpotensi menimbulkan kegagalan panen. Oleh karena itu, penanganan tepat terhadap serangan hama dan penyakit tanaman jagung akan meningkatkan hasil produksi petani. Pada artikel ini akan kami uraikan satu per satu hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman jagung di areal budidaya.

Hama Tanaman Jagung

Hama tanaman jagung meliputi hama ulat tanah, ulat grayak, belalang, kumbang bubuk, lalat bibit, penggerek tongkol, penggerek batang, serta kutu daun. Hama ini berpotensi menggagalkan panen jika tidak dapat dikendalikan. Sebagai petani, pengamatan maupun pemahaman mengenai masing-masing hama perlu dipelajari agar selama proses budidaya jagung dapat mengendalikan serangan hama sehingga hasil produksi jagung meningkat.

Ulat Tanah (Agrotis sp.)

Hama jenis ini menyerang tanaman jagung muda di malam hari, sedangkan siang harinya bersembunyi di dalam tanah. Ulat tanah menyerang batang tanaman jagung muda dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan juga sebagai ulat pemotong. Pengendalian hama ulat pada budidaya jagung dapat dilakukan menggunakan insektisida biologi dari golongan bakteri seperti Bacilius thuringiensis atau insektisida biologi dari golongan jamur seperti Beauvaria bassiana. Secara kimiawi pengendalian hama ulat bisa dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Belalang (Locusta sp., dan Oxya chinensis)




Belalang yang menyerang tanaman jagung ada dua jenis, yaitu Locusta sp., dan Oxya chinensis. Seperti halnya ulat tanah, hama jenis ini menyerang tanaman jagung saat masih muda, dengan cara memakan tunas jagung muda (baru tumbuh). Hama belalang pada tanaman jagung merupakan hama migran, dimana tingkat kerusakannya tergantung dari jumlah populasi serta tipe tanaman yang diserang.

Gejala Serangan:
Hama ini menyerang terutama di bagian daun, daun terlihat rusak karena serangan dari belalang tersebut, jika populasinya banyak serta belalang sedang dalam keadaan kelaparan, hama ini bisa menghabiskan tanaman jagung sekaligus sampai tulang–tulang daunnya.

Pengendalian hama belalang pada budidaya jagung secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch)

Kerusakan biji oleh kumbang bubuk dapat mencapai 85% dengan penyusutan bobot biji 17%. Sitophilus zeamais Motsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang bubuk, merupakan serangga polifag (memiliki banyak tanaman inang).

Selain menyerang jagung, hama kumbang bubuk juga menyerang beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa maupun jambu mente. S. Zeamais lebih dominan menyerang jagung dan beras. S. Zeamais merusak biji jagung saat penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung di lahan.

Telur diletakkan satu per satu di lubang gerekan di dalam biji, Keperidian imago sekitar 300-400 butir telur, stadia telur kurang lebih enam hari pada suhu 25°C. Larva menggerek biji jagung serta hidup di dalam biji, umur kurang lebih 20 hari pada suhu 25°C, kelembaban nisbi 70%. Pupa terbentuk di dalam biji jagung dengan stadia pupa berkisar 5-8 hari.

Imago yang terbentuk berada di dalam biji selama beberapa hari sebelum membuat lubang keluar. Imago dapat bertahan hidup cukup lama yaitu sekitar 3-5 bulan jika tersedia makanan, sekitar 36 hari jika tanpa makan.

Siklus hidup sekitar 30-45 hari saat kondisi suhu optimum 29°C, kadar air biji 14% serta kelembaban nisbi 70%. Perkembangan populasi sangat cepat bila bahan simpanan kadar airnya di atas 15%.

Pengendalian
a) Pengelolaan Tanaman
Serangan selama tanaman masih di lahan dapat terjadi jika tongkol terbuka. Tanaman yang kekeringan, dengan pemberian pupuk rendah menyebabkan tanaman mudah terserang busuk tongkol sehingga dapat diinfeksi oleh kumbang bubuk. Panen tepat waktu saat jagung mencapai masak fisiologis dapat mencegah Sitophilus zeamais, karena pemanenan tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji jagung saat penyimpanan.

b) Varietas Resisten/Tahan
Penggunaan varietas dengan kandungan asam fenolat tinggi dan kandungan asam aminonya rendah dapat menekan kumbang bubuk, serta penggunaan varietas berpenutup kelobot yang baik.

c) Kebersihan dan Pengelolaan Gudang
Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan hibernasi sesudah gudang tersebut kosong. Untuk itu harus dibersihkan semua struktur gudang serta membakar semua biji yang terkontaminasi. Biji-biji terkontaminasi ini dijauhkan dari area gudang, lalu dimusnahkan. Selain itu, karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji jagung juga harus dibuang. Semua struktur gudang diperbaiki, termasuk dinding retak, dimana serangga dapat bersembunyi di dinding retak. Pada dinding maupun plafon gudang disemprot menggunakan insektisida.

d) Persiapan Biji Jagung Simpanan
Sebelum penyimpanan, perhatikan kadar air dalam biji jagung. Kadar air biji ≤ 12% dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Perkembangan populasi kumbang bubuk akan meningkat pada kadar air 15% atau lebih.

e) Fisik dan Mekanis
Ketika suhu lebih rendah dari 50°C dan di atas 35°C perkembangan serangga akan berhenti. Penjemuran dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Sortasi dilakukan dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga dengan biji sehat (utuh).

f) Bahan Tanaman
Pengendalian hama kumbang bubuk selama budidaya jagung dapat menggunakan bahan organik dari tanaman, seperti daun Annona sp., Hyptis spricigera, Lantana camara, daun Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, akar dari Khaya senegelensis, Acorus calamus, bunga dari Pyrethrum sp., Capsicum sp., maupun tepung biji dari Annona sp. dan Melia sp.

g) Hayati
Penggunaan agensi patogen dapat mengendalikan kumbang bubuk seperti Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml takaran 20 ml/kg biji dapat mencapai kematian 50%. Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae juga mampu menekan kumbang bubuk.

h) Fumigasi
Fumigan merupakan senyawa kimia dimana senyawa ini dalam suhu serta tekanan tertentu berbentuk gas. Fumigan dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernapasan. Fumigasi dapat dilakukan di tumpukan komoditas jagung kemudian ditutup rapat menggunakan lembaran plastik. Fumigasi dapat pula dilakukan saat penyimpanan kedap udara seperti penyimpanan dalam silo, menggunakan kaleng kedap udara atau pengemasan menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh kemudian mulut botol atau jerigen dilapisi parafin untuk penyimpanan skala kecil. Fumigasi menggunakan phospine (PH3), atau Methyl Bromida (CH3Br).

Lalat Bibit (Atherigona sp.)

Lalat bibit yang menyerang tanaman jagung hanya ditemukan di daerah Jawa dan Sumatera. Lalat bibit dapat merusak pertanaman jagung hingga 80% bahkan lebih (puso). Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara lima sampai 23 hari, serangga betina hidup dua kali lebih lama daripada serangga jantan. Serangga dewasa sangat aktif terbang serta sangat tertarik dengan kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas permukaan tanah. Imago kecil berukuran panjang 2,5-4,5 mm.
Telur Imago betina mulai meletakkan telur tiga sampai lima hari setelah kawin dengan jumlah telur tujuh sampai 22 butir atau bahkan hingga 70 butir. Imago betina meletakkan telurnya selama tiga sampai tujuh hari. Telur ini diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang, serta diletakkan di bawah permukaan daun.
Awalnya, larva terdiri dari tiga instar berwarna putih krem, selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap. Larva yang baru menetas melubangi batang, kemudian membuat terowongan sampai dasar batang, sehingga tanaman menjadi kuning, akhirnya mati.
Pupa terdapat di pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah, umur pupa 12 hari. Puparium berwarna coklat kemerah-merahan sampai coklat, memiliki ukuran panjang 4,1 mm.

Gejala:
Tanaman muda menguning karena larva yang baru menetas melubangi batang, kemudian membuat terowongan hingga ke dasar batang sehingga tanaman menguning, akhirnya mati. Jika tanaman mengalami proses pemulihan, maka pertumbuhannya akan kerdil.

Pengendalian
a) Hayati
- Parasitoid Trichogramma spp. memarasit telur, Opius sp. dan Tetrastichus sp. memarasit larva
- Predator Clubiona japonicola, merupakan predator imago.

b) Kultur Teknis
Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya selama satu sampai dua bulan saat musim hujan, secara kultur tenis dapat melakukan pengubahan waktu tanam, pergiliran tanaman, atau melakukan tanam serempak.

c) Varietas Resisten
- Galur jagung QPM putih tahan lalat bibit adalah MSQ-P1(S1)-C1-11, MSQ-P1(S1)-C1-12, MSQ-P1(S1)-C1-44, MSQ-P1(S1)-C1-45,
- Galur jagung QPM kuning adalah MSQ-K1(S1)-C1-16, MSQ-K1(S1)-C1-35, MSQ-K1(S1)-C1-50.

d) Kimiawi
Pengendalian menggunakan insektisida dapat dilakukan saat perlakuan benih menggunakan thiodikarb (dosis 7,5-15 g b.a./kg benih) atau karbofuran (dosis 6 g b.a./kg benih). Selanjutnya setelah tanaman jagung berumur 5-7 hari, tanaman disemprot menggunakan karbosulfan (dosis 0,2 kg b.a./ha) atau thiodikarb (0,75 kg b.a/ha). Penggunaan insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik.

Ulat Grayak (Spodoptera sp.)

Larva kecil merusak daun serta menyerang secara serentak bergerombol dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan bahkan tinggal tulang daunnya saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya terjadi saat musim kemarau.

Pengendalian secara fisik menggunakan alat perangkap ngengat sex feromonoid sebanyak 40 buah/Ha semenjak tanaman jagung berumur 2 minggu.

Penggunaan agensia hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti: Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina, Nomuarea rileyi, atau Metarhizium anisopliae. Dapat juga dari golongan bakteri seperti Bacillus thuringensis. Pemanfaatan patogen virus untuk ulat ini juga dapat dilakukan menggunakan Sl-NPV (Spodoptera litura - Nuclear Polyhedrosis Virus). Parasit lain yang dapat dimanfaatkan adalah Parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, atau Peribeae sp.

Pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Kemampuan ulat grayak merusak tanaman jagung berkisar antara 5-50%. Ngengat aktif saat malam hari, sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputihan. Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat di bagian daun (kadang tersusun 2 lapis), warnanya coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25–500 butir) tertutup bulu seperti beludru.

Larva mempunyai warna bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan serta hidup secara bergerombol. Ulat menyerang tanaman jagung di malam hari, saat siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat lembab). Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar.

Pupa, ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwana coklat kemerahan, memiliki panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30–60 hari (lama stadium telur 2–4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20–46 hari, pupa 8–11 hari).

Tanaman inang hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tanaman tomat, kubis, cabe, buncis, bawang merah, terung, kentang, kangkung, bayam, padi, tebu, jeruk, pisang, tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulmaLimnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp., Trema sp.

Penggerek Tongkol (Heliotis armigera, Helicoverpa armigera.)

Imago betina akan meletakkan telur pada silk (rambut) jagung. Rata-rata produksi telur imago betina adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga hari setelah diletakkan dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk ke dalam tongkol jagung lalu memakan biji yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas mupun kuantitas tongkol jagung.
Pada lubang–lubang bekas gorokan hama ini terdapat kotoran–kotoran yang berasal dari hama tersebut, biasanya hama ini lebih dahulu menyerang bagian tangkai bunga.

Musuh alami sebagai pengendali hayati serta cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trichogramma sp. ( parasit telur) atau Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit larva muda.
Pengendalian kimiawi hama ulat grayak efektif dilakukan setelah terbentuk rambut jagung pada tongkol dan selang 1-2 hari hingga rambut jagung berwarna coklat.

Penggerek Batang (Ostrinia fumacalis)

Hama ini menyerang semua bagian tanaman jagung di seluruh fase pertumbuhan. Kehilangan hasil akibat serangan pnggerek batang dapat mencapai 80%. Ngengat aktif di malam hari, serta menghasilkan beberapa generasi pertahun, umur imago/ngengat dewasa 7-11 hari. Telur berwarna putih, diletakkan berkelompok, satu kelompok telur beragam antara 30-50 butir, seekor ngengat betina mampu meletakkan telur 602-817 butir, umur telur 3-4 hari. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi, telur diletakkan di permukaan bagian bawah daun, utamanya pada daun ke 5-9, umur telur 3-4 hari.

Larva (baru menetas) berwarna putih kekuning-kuningan, makan berpindah-pindah, larva muda memakan bagian alur bunga jantan, setelah instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari. Pupa biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah-merahan, umur pupa 6-9 hari.

Gejala Serangan
Larva O. Furnacalis ini mempunyai karakteristik membuat kerusakan di setiap bagian tanaman jagung yaitu membentuk lubang kecil pada daun, lubang gorokan di batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, serta tumpukan tassel yang rusak.

Pengendalian
  1. Kultur teknis
  2. Waktu tanam tepat
  3. Tumpangsari jagung dengan kedelai atau kacang tanah.
  4. Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman)

Hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti :
- Parasitoid Trichogramma sp.. Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O. Furnacalis.
- Predator Euborellia annulata. Predator ini selain memangsa larva juga pupa O. Furnacalis.
- Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O. Furnacalis,
- Cendawan Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. Furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva/tanaman.

Kimiawi
Penggunaan insektisida berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, atau karbofuran efektif untuk menekan serangan penggerek batang jagung.

Kutu Daun (Mysus persicae)

Hama kutu daun pada tanaman jagung adalah Mysus persicae. Hama ini mengisap cairan tanaman jagung terutama pada daun muda, kotorannya berasa manis sehingga mengundang semut serta berpotensi menimbulkan serangan sekunder yaitu cendawan jelaga. Serangan parah menyebabkan daun tanaman mengalami klorosis(menguning), serta menggulung. Kutu daun Mysus juga menjadi serangga vektor penular virus mosaik.

Pengendalian hama kutu daun Mysus persicae dapat menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Peyakit Tanaman Jagung

Seperti halnya hama tanaman jagung, penyakit yang menyerang selama budidaya jagung juga berpotensi menimbulkan kerugian. Serangan parah penyakit-penyakit ini jika tidak dikendalikan dapat menurunkan hasil produksi jagung sehingga juga menurunkan pendapatan petani. Adapun penyakit tanaman jagun biasanya disebabkan oleh serangan hawar daun, busuk pelepah, penyakit bulai, busuk tongkol, busuk batang, karat daun, bercak daun, serta virus.

Hawar Daun (Helmithosporium turcicum)

Gejala
Awal terinfeksinya hawar daun, menunjukkan gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik (disebut hawar), warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5-15 cm, bercak muncul di mulai dari daun terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat akibat serangan penyakit hawar daun dapat mengakibatkan tanaman jagung cepat mati atau mengering. Cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot jagung, cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau sisa-sisa tanaman di lahan.

Penyebab
Penyakit hawar daun disebabkan oleh Helminthosporium turcicum.

Pengendalian
- Menanam varietas tahan hawar daun, seperti : Bisma, Pioner-2, pioner-14, Semar-2 dan semar-5.
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi bercak daun.
- Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif mankozeb atau dithiocarbamate. Dosis/konentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Busuk Pelepah (Rhizoctonia solani)

Gejala
Penyakit busuk pelepah pada budidaya jagung umumnya terjadi di pelepah daun, gejalanya terdapat bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu, selanjutnya bercak meluas, seringkali diikuti pembentukan sklerotium berbentuk tidak beraturan, berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat.

Gejala serangan penyakit ini dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah kemudian menjalar ke bagian atas. Penanaman varietas tidak tahan penyakit ini (rentan), serangan cendawan penyebab busuk pelepah dapat mencapai pucuk atau tongkol jagung. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium pada biji jagung, di dalam tanah serta pada sisa-sisa tanaman di lahan. Keadaan tanah basah, lembab, serta drainase kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga kondisi semacam ini merupakan sumber inokulum utama.

Penyebab
Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani.

Pengendalian
- Menggunakan varietas/galur tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah seperti : Semar-2, Rama, Galur GM 27
- Diusahakan agar penanaman jagung tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi
- Lahan memiliki drainase baik
- Pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama
- Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb atau karbendazim. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis)

Penyakit bulai merupakan penyakit utama budidaya jagung. Penyakit ini menyerang tanaman jagung khususnya varietas rentan hama penyakit serta saat umur tanaman jagung masih muda (antara 1-2 minggu setelah tanam). Kehilangan hasil produksi akibat penularan penyakit bulai dapat mencapai 100%, terutama varietas rentan.

Gejala
Gejala khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas terlihat jelas antara daun sehat. Bagian daun permukaan atas maupun bawah terdapat warna putih seperti tepung, sangat jelas di pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol buah, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung serta terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan.

Penyakit bulai tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik dimana gejalanya meluas ke seluruh bagian tanaman jagung serta menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun akan terinfeksi. Tanaman terinfeksi penyakit bulai saat umur tanaman masih muda umumnya tidak menghasilkan buah, tetapi bila terinfeksi saat tanaman sudah tua masih dapat terbentuk buah, sekalipun buahnya kecil-kecil karena umumnya pertumbuhan tanaman mengerdil.

Penyebab
Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera Utara serta di Batu Malang Jawa Timur.

Pengendalian
- Menanam varietas tahan penyakit bulai seperti varietas Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14, Bima 15, Lagaligo, atau Gumarang
- Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan
- Penanaman jagung secara serempak
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terserang penyakit bulai
- Penggunaan fungisida metalaksil saat perlakuan benih dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) per kg benih

Busuk Tongkol


a. Busuk tongkol Fusarium

Gejala
Gejala penyakit ini ditandai permukaan biji tongkol jagung berwarna merah jambu sampai coklat, kadang-kadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas berwarna merah jambu. Cendawan berkembang baik pada sisa tanaman maupun di dalam tanah, cendawan ini dapat terbawa benih, penyebarannya dapat melalui angin atau tanah.
Penyakit busuk tongkol Fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium moniliforme.

b. Busuk tongkol Diplodia

Gejala
Serangan busuk tongkol diplodia ditandai adanya warna coklat pada klobot. Jika infeksi terjadi setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung menyebabkan biji berubah menjadi coklat, kisut akhirnya busuk. Miselium cendawan diplodia berwarna putih, piknidia berwarna hitam tersebar pada kelobot. Infeksi dimulai dari dasar tongkol berkembang ke bongkol kemudian merambat ke permukaan biji serta menutupi kelobot. Cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia berdinding tebal pada sisa tanaman di lahan.
Gejala busuk tongkol Diplodia disebabkan oleh infeksi cendawan Diplodia maydis.

c. Busuk tongkol Gibberella

Gejala
Serangan dini pada tongkol jagung dapat menyebabkan tongkol jagung menjadi busuk, kelobotnya saling menempel erat pada tongkol, serta buahnya berwarna biru hitam di permukaan kelobot maupun bongkol.

Gejala busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh infeksi cendawan Gibberella roseum.

Pengendalian :
- Menggunakan pemupukan berimbang.
- Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lahan, jika musim hujan bagian batang di bawah tongkol dipotong agar ujung tongkol tidak mengarah ke atas.
- Pergiliran tanaman mengunakan tanaman bukan termasuk padi-padian, karena patogen ini mempunyai banyak tanaman inang.

Busuk Batang

Gejala
Penyakit busuk batang jagung dapat menyebabkan kerusakan pada varietas rentan hingga 65%. Tanaman jagung terserang penyakit ini tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal batang terserang berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam batang busuk, sehingga mudah rebah, serta bagian kulit luarnya tipis. Pangkal batang teriserang akan memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan atau coklat.

Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium. Di Sulawesi Selatan, penyebab penyakit busuk batang yang telah berhasil diisolasi adalah Diplodia sp., Fusarium sp. dan Macrophomina sp.

Penularan
Cendawan patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada permukaan tanaman inangnya. Konidia dapat disebarkan oleh angin, air hujan ataupun serangga. Pada waktu tidak ada tanaman, cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia dan peritesia yang berisi spora. Pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangannya, spora akan keluar dari piknidia atau peritesia. Spora pada permukaan tanaman jagung akan tumbuh lalu menginfeksi melalui akar ataupun pangkal batang. Infeksi awal dapat melalui luka atau membentuk sejenis apresoria, serta mampu masuk ke jaringan tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin dapat menginfeksi ke tongkol jagung. Akibat lebih kanjut, biji terinfeksi jika ditanam dapat menyebabkan penyakit busuk batang.

Pengendalian
- Menanam varietas tahan serangan penyakit busuk batang seperti BISI-1, BISI-4, BISI-5, Surya, Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923, Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Semar-9, Palakka, atau J1-C3.
- Melakukan pergiliran tanaman.
- Melakukan pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah.
- Drainase baik.
- Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.

Karat Daun (Puccinia polysora)

Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat di permukaan daun jagung bagian atas maupun bawah, uredinia menghasilkan uredospora berbentuk bulat atau oval serta berperan penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi Tanaman jagung lainnya, sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi, infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau.

Penyebab
Penyakit karat disebabkan oleh Puccinia polysora

Pengendalian
- Menanam varietas tahankarat daun, seperti Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima-1 atau Semar-10
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi karat daun maupun gulma
- Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif benomil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Bercak Daun (Bipolaris maydis Syn.)

Gejala
Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras patogennya yaitu ras O dan T. Ras O bercak berwarna coklat kemerahan berukuran 0,6 x (1,2-1,9) cm, sedangkan Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6-1,2)x(0,6-2,7) cm. Ras T berbentuk kumparan, bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih berbahaya (virulen) dibanding ras O. Serangan pada bibit tanaman menyebabkan tanaman menjadi layu atau mati dalam waktu 3-4 minggu setelah tanam.

Tongkol terserang/terinfeksi dini menyebabkan bijinya akan rusak lalu busuk, bahkan tongkol jagung dapat gugur. Bercak pada ras T terdapat di seluruh bagian tanaman (baik daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji, maupun tongkol jagung). Permukaan biji terinfeksi tertutup miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil produksi secara signifikan. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman di lahan atau pada biji jagung di penyimpanan. Konidia yang terbawa angin atau percikan air hujan dapat menimbulkan infeksi pertama pada tanaman jagung.

Penyebab
Penyakit bercak daun penyebabnya adalah Bipolaris maydis Syn. Pada B. maydis ada dua ras yaitu ras O dan ras T.

Pengendalian
- Menanam varietas tahan serangan bercak daun, seperti Bima-1, Srikandi Kuning-1, Sukmaraga atau Palakka
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi bercak daun
- Penggunaan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb atau karbendazim. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Virus Mosaik

Gejala
Gejala penyakit virus mozaik pada budidaya jagung ditandai tanaman jagung menjadi kerdil, daun berwarna mosaik atau hijau dengan diselingi garis-garis kuning, jika dilihat secara keseluruhan tanaman tampak berwarna agak kekuningan mirip gejala bulai namun permukaan daun bagian bawah maupun atas apabila dipegang tidak terasa adanya serbuk spora. Penularan virus dapat terjadi secara mekanis atau melalui serangga Myzus percicae dan Rhopalopsiphum maydis secara nonpersisten. Tanaman jagung terinfeksi virus ini umumnya menjadikan penurunan hasil secara signifikan.

Pengendalian
- Mencabut tanaman jagung terinfeksi virus seawal mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun pertanaman musim mendatang.
- Melakukan pergiliran tanaman, tidak menanam tanaman jagung secara terus menerus di lahan yang sama.
- Penyemprotan pestisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi. Dosis/konsentrasi tidak melebihi anjuran dalam kemasan.
- Tidak menanam benih jagung dari tanaman terinfeksi virus.

BUDIDAYA JAGUNG

Budidaya Jagung - Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang banyak dijadikan sebagai sumber karbohidrat untuk menggantikan beras. Tanaman jagung biasa ditanam di daerah yang kesulitan air atau fasilitas irigasi yang terbatas. Tanaman jagung juga sering ditanam sebagai tanaman penyelang produk-produk pertanian lain. Berikut ini kami uraikan secara rinci mengenai teknik budidaya jagung yang baik tanpa pengolahan tanah.

CARA MENANAM JAGUNG TANPA OLAH TANAH

Cara praktis budidaya jagung yang akan saya uraikan di sini merupakan cara menanam jagung dengan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT). Maksud dan tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk memanfaatkan lahan bekas budidaya padi sebagai alternatif penggiliran tanaman. Dengan asumsi bahwa penggiliran tanaman sangat diperlukan untuk menjaga kesuburan tanah serta menekan perkembangan hama penyakit pada tanaman sejenis atau sefamili. Di samping itu untuk memutus siklus hidup dari hama penyakit tersebut sehingga kesehatan tanah tetap terjaga.

SYARAT TUMBUH TANAMAN JAGUNG

Tanaman jagung tumbuh optimal pada daerah berketinggian tempat antara 200-800 mdpl. Tanaman jagung membutuhkan sinar matahari penuh tanpa naungan, suhu udara berkisar 22-26°C, pH tanah 6-7. Jagung termasuk tanaman sensitif dan rakus terhadap unsur hara nitrogen, sehingga pemberian pupuk nitrogen sangat mutlak diberikan untuk menunjang keberhasilan budidaya jagung. Tanaman dengan kekurangan atau defisiensi untuk nitrigen menunjukkan ciri-ciri memudarnya klorofil daun, berubah kekuningan, jaringan daun mati, akhirnya mengering berwarna merah kecoklatan. Saat tanaman jagung kekurangan unsur ini, menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Aktivitas fotosintesis berjalan tidak sempurna, lama-kelamaan tanaman jagung merana sehingga tidak mampu berproduksi dengan baik, buah jagung yang dihasilkan kecil-kecil dengan bentuk kurang sempurna. Hal ini terjadi karena saat pertumbuhan tanaman jagung terhambat, serapan unsur lainnya juga terhambat karena daun jagung tidak dapat mengolah unsur hara lain yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pembuahan dan pembesaran buah jagung. Tanaman jagung menyerap unsur p dan k dalam jumlah minim, padahal kedua unsur makro ini sangat vital dalam produksi buah jagung serta menghasilkan buah jagung berkualitas.

PELAKSANAAN BUDIDAYA JAGUNG




Pelaksaanaan budidaya menggunakan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) meliputi persiapan-periapan, seperti persiapan lahan dan persiapan benih jagung. Setelah semuanya dipastikan siap, kemudian melakukan penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit jagung dan panen. Pemeliharaan tanaman jagung pada budidaya ini meliputi penyulaman, sanitasi lahan, pengairan, serta pemupukan susulan. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai kegiatan di atas:

Persiapan Lahan

Persiapan lahan sebelum budidaya meliputi pemberian pupuk organik atau pupuk kandang fermentasi. Pupuk organik diberikan dengan cara menaburkan pupuk membentuk larikan/baris disesuaikan dengan baris yang akan digunakan sebagai tempat penanaman jagung. Dosis pemberian pupuk organik cukup 2 ton/Ha.

Pengapuran lahan perlu dilakukan untuk meningkatkan pH pada tanah asam hingga netral atau setidaknya mendekati netral. Kondisi pH netral yaitu dengan nilai pH 7 memungkinkan tanaman jagung tumbuh maksimal, karena penyerapan unsur hara menjadi optimal. Dosis pengapuran untuk mayoritas tanah di pulau Jawa sebanyak 400 kg/Ha. Pemberian kapur dilakukan seperti pemberian pupuk kandang, yaitu ditaburkan membentuk larikan/baris.

Pembuatan atau perbaikan drainase pada budidaya jagung dilakukan untuk melancarkan pembuangan air terutama saat musim hujan agar tidak terjadi genangan. Munculnya genangan air di areal budidaya menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan cendawan atau jamur parasit sehingga berakibat terhadap serangan penyakit terutama saat tanaman jagung sudah tumbuh dewasa. Selain itu dengan drainase yang baik kelembaban tanahnya pun ikut terjaga. Untuk menunjang pertumbuhan awal tanaman jagung yaitu pertumbuhan vegetatif tanaman, dilakukan pembersihan gulma, dapat dilakukan secara manual atau penyemprotan menggunakan herbisida (dapat menggunakan herbisida pratumbuh maupun purnatumbuh) agar lebih praktis dan menghemat tenaga kerja. Saat memilih alternatif penyemprotan herbisida, setelah penyemprotan biarkan lahan selama minimal 5 hari untuk pemakaian herbisida purnatumbuh dan selama 10 hari untuk pemakaian herbisida pratumbuh sebelum dilakukan penanaman jagung. Dosis/konsentrasi dapat dilihat pada kemasannya.

Persiapan Benih Jagung

Budidaya dengan cara TOT membutuhkan benih jagung sebanyak 6 Kg/Ha, angka ini sudah termasuk cadangan penyulaman. Sebelum ditanam, benih jagung terlebih dahulu direndam dalam larutan insektisida selama 1 jam, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah profenofos, betasiflutrin, klorpirifos, atau lamdasihalotrin, dosis/konsentrasi sesuai petunjuk kemasan. Tujuan perendaman benih jagung ini adalah untuk mengantisipasi serangan semut setelah benih jagung ditanam.

Penanaman Jagung

Persiapan penanaman jagung dimulai dengan membuat lubang tanam berjarak 40 cm sekaligus membuat lubang sebagai tempat pemupukan berjarak 10 cm dari lubang tanam. Jarak antarbaris selebar 70 cm. Tanam benih jagung yang sudah direndam dalam larutan insektisida sebanyak dua butir per lubang tanam. Setelah itu lakukan pemupukan pada lubang pemupukan yang sudah dipersiapkan dengan perbandingan 2 NPK 15-15-15 dan 1 urea. Dosis pemupukan sebanyak 1 sendok makan per lubang.

Pemeliharaan Tanaman Jagung

Kegiatan pemeliharaan tanaman jagung pada budidaya Tanpa Olah Tanah (TOT) ini meliputi penyulaman, sanitasi lahan, pengairan, serta pemupukan susulan. Adapun rincian kegiatan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

Penyulaman

Penyulaman tanaman jagung untuk budidaya TOT dilakukan saat umur jagung 7 hari setelah penanaman. Penyulaman dilakukan untuk mengganti benih jagung yang tidak tumbuh atau benih jagung yang terserang hama, seperti ulat. Penyulaman lebih dari 7 hari menyebabkan pertumbuhan tanaman jagung tidak seragam, berpengaruh terhadap pemanenan dan pengendalian hama penyakit jagung.

Sanitasi Lahan

Sanitasi lahan selama budidaya meliputi pengendalian gulma, pengaturan air. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyiangan menggunakan cangkul. Pencangkulan dilakukan tipis hanya untuk memotong gulma di permukaan. Setelah itu tanah bekas cangkulan dibalik lalu digunakan untuk menimbun batang jagung agar lebih kuat bila diterpa angin. Pengaturan air dilakukan dengan memperbaiki saluran irigasi saat musim hujan, atau penggenangan lahan bila diperlukan saat musim kemarau.

Pemupukan Susulan

Pemupukan susulan pada budidaya sistem TOT diberikan baik melalui akar maupun daun. Pupuk akar diberikan dengan cara membuat lubang pemupukan berjarak 15 cm dari batang jagung, kemudian pupuk diberikan pada lubang yang sudah dibuat lalu ditutup lagi menggunakan tanah. Pemupukan pertama diberikan umur 25 hari dengan perbandingan 2 NPK 15-15-15 dan 1 pupuk urea. Berikan pupuk sebanyak 1 sendok makan per lubang tanam. Pemupukan kedua diberikan saat tanaman jagung berumur 50 hari menggunakan pupuk NPK 15-15-15. Dosis pemupukan 1 sendok makan perlubang tanam.

Pupuk daun berkandungan nitrogen tinggi diberikan saat umur jagung 15, 22, 29, dan 36 hari, sedangkan pupuk daun berkandungan phosphat dan kalium tinggi diberikan saat jagung berumur 40, 47, 54, 61 hari.

HAMA PENYAKIT JAGUNG

Keberhasilan budidaya yang menjadi harapan para petani jagung terutama sekali saat produksi jagung optimal dan panen berlimpah. Untuk mewujudkan semua ini, perlu dilakukan pengamatan terhadap serangan hama penyakit yang menyerang tanaman jagung. Dengan deteksi dini di lapangan, hama penyakit jagung dapat segera dianalisa untuk kemudian ditentukan langkah-langkah pengendaliannya.

HAMA JAGUNG

Hama yang menyerang tanaman jagung biasanya adalah ulat tanah, belalang, kumbang bubuk, lalat bibit, ulat grayak, penggerek tongkol, penggerek batang, serta kutu dan. Berikut ini nama masing-masing hama dan cara pengendaliannya:
Ulat Tanah
Nama Ilmiah : Agrotis sp.
Pengendalian kimiawi : Penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Belalang
Nama Ilmiah : Locusta sp., dan Oxya chinensis
Pengendalian kimiawi : Penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Kumbang Bubuk
Nama Ilmiah : Sitophilus zeamais
Pengendalian Kumbang Bubuk Pada Budidaya TOT:
a) Pengelolaan tanaman jagung.
b) Penggunaan varietas jagung resisten/tahan.
c) Kebersihan dan pengelolaan gudang tempat penyimpanan jagung.
d) Persiapan biji jagung yang disimpan.
e) Fisik dan mekanis.
g) Pengendalian hayati dengan penggunaan agensia patogen.
h) Fumigasi. Fumigan merupakan senyawa kimia yang dalam suhu dan tekanan tertentu berbentuk gas, fumigasi dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernapasan.
Lalat Bibit
Nama Ilmiah : Atherigona sp.
Pengendalian Lalat Bibit untuk Budidaya sistem TOT:
a) Hayati.
b) Kultur teknis.
c) Varietas resisten.
d) Kimiawi.
Selengkapnya di Hama Penyakit Tanaman Jagung
Ulat Grayak
Nama Ilmiah : Spodoptera sp.
Pengendalian : Secara fisik dapat dilakukan menggunakan alat perangkap ngengat sexferomonoid sebanyak 40 buah/Ha semenjak tanaman jagung berumur 2 minggu.
Penggerek Tongkol
Nama Ilmiah : Heliotis armigera, Helicoverpa armigera.
Pengendalian kimiawi : Penyemprotan dilakukan setelah terbentuk rambut jagung pada tongkol dan selang 1-2 hari hingga rambut jagung berwarna coklat.
Penggerek Batang
Nama Ilmiah : Ostrinia fumacalis
Pengendalian Penggerek Batang Pada Budidaya TOT:
a) Kultur teknis.
b) Budidaya dilakukan pada waktu yang tepat.
c) Tumpangsari jagung dengan kedelai atau kacang tanah.
d) Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman) (dettaselling)
e) Hayati - Pemanfaatan musuh alami.
f) Kimiawi - Menggunakan insektisida berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, karbofuran.
Kutu Daun
Nama Ilmiah : Mysus persicae
Pengendalian kimiawi : penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

PENYAKIT JAGUNG

Penyakit yang menyerang tanaman jagung biasanya adalah hawar daun, busuk pelepah, penyakit bulai, busuk tongkol, busuk batang, bercak daun, dan virus. Berikut ini cara pengendalian penyakit yang menyerang tanaman jagung:
Hawar Daun
Nama Ilmiah : Helmithosporium turcicum
Pengendalian Hawar Daun Pada Budidaya TOT :
a) Menanam varietas jagung tahan hawar daun, seperti Bisma, Pioner-2, pioner-14, Semar-2 dan semar-5.
b) Pemusnahan seluruh bagian tanaman jagung sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi bercak daun.
c) Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate.
Busuk Pelepah
Nama Ilmiah : Rhizoctonia solani
Pengendalian Busuk Pelepah dengan Budidaya sistem TOT :
a) Menggunakan varietas/galur jagung tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah.
b) Penanaman jagung tidak terlalu rapat untuk menjaga kelembaban.
c) Drainase baik.
d) Melakukan pergiliran tanaman, hindari budidaya terus-menerus sepanjang musim.
e) Penggunaan fungisida berbahan aktif mankozeb dan karbendazim.
Penyakit Bulai
Nama Ilmiah : Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis
Pengendalian Penyakit Bulai dengan Budidaya sistem TOT :
a) Menanam varietas jagung tahan penyakit bulai.
b) Melakukan periode waktu yang bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan.
c) Budidaya tanaman jagung dilakukan secara serempak.
d) Pemusnahan seluruh bagian tanaman jagung sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) terhadap tanaman yang terserang penyakit bulai.
e) Penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih).
Busuk Tongkol
Ada tiga jenis candawan penyebab busuk tongkol, yaitu busuk tongkol fusarium, busuk tongkol diplodia, dan busuk tongkol gibbrelella, penyebabnya:
a. Busuk tongkol fusarium disebabkan oleh Fusarium moniliforme.
b. Busuk tongkol diplodia disebabkan oleh Diplodia maydis.
c. Busuk tongkol gibberella disebabkan oleh Gibberella roseum.
Pengendalian Busuk Tongkol Pada Budidaya TOT :
a) Pemupukan berimbang.
b) Pastikan tongkol tidak terlalu lama mengering di areal budidaya.
C) Melakukan pergiliran tanaman, jangan melakukan budidaya terus-menerus sepanjang musim.
Busuk Batang
Pengendalian Busuk Batang dengan Budidaya sistem tanpa olah tanah :
a) Menanam varietas jagung tahan busuk batang.
b) Pergiliran tanaman dengan tidak melakukan budidaya terus-menerus.
c) Memberikan pemupukan berimbang, menghindari pemberian pupuk berkadar N tinggi dan K rendah.
d) Drainase baik.
e) Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.
Karat Daun
Nama Ilmiah : Puccinia polysora
Pengendalian Karat Daun dengan Budidaya sistem tanpa olah tanah :
a) Menanam varietas jagung tahan karat.
b) Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi karat daun dan gulma.
c) Penggunaan fungisida berbahan aktif benomil.
Bercak Daun
Nama Ilmiah : Bipolaris maydis Syn.
Pengendalian Bercak Daun dengan Budidaya sistem tanpa olah tanah :
a) Menanam varietas jagung tahan bercak daun.
b) Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai akarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi bercak daun.
c) Penggunaan fungisida berbahan aktif mankozeb dan karbendazim.
Virus Mosaik
Pengendalian Virus Pada Budidaya sisten TOT :
a) Mencabut tanaman jagung yang terinfeksi seawal mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun budidaya yang akan datang.
b) Melakukan pergiliran tanaman, jangan melakukan budidaya tanaman jagung sepanjang musim.
c) Penggunaan pestisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi.
d) Tidak penggunakan benih jagung yang berasal dari tanaman jagung yang terinfeksi virus.

HAMA PENYAKIT DURIAN

Dalam konsep pertanian yang maju, serangan hama penyakit pada tanaman harus tetap dikendalikan, apapun jenis tanaman itu, termasuk tanaman durian. Pengendalaian hama penyakit tanaman durian bertujuan untuk mengurangi resiko kerugian yang ditimbulkan akibat adanya kerusakan, baik pada tanaman secara umum atau buah yang merupakan hasil produksi. Pada artikel ini, kami akan mengulas tentang Hama Penyakit Durian, sehingga tanaman durian Anda bisa berproduksi dengan kualitas baik.

HAMA TANAMAN DURIAN

Penggerek Batang (Batocera sp., Xyleutes sp.)

Hama ini menyerang tanaman durian dengan cara membuat lubang pada batang, dahan, atau ranting. Gejala serangan ditunjukkan dengan tanaman layu, daun kering dan rontok akhirnya mati. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah sanitas kebun serta memusnaskan bagian tanaman yang terserang. Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida sistemik berbahan aktif asefat, metomil, atau metamedophos ke dalam lubang gerekan kemudian ditutup dengan pasak kayu. Dapat pula menaburkan insektisida sistemik berbahan aktif karbofuran dengan dosis 115-150 g/pohon. Interval 3 bulan sekali.

Penggerek Buah (Tirathaha sp., Dacus dorsalis)

Hama ini menyerang tanaman durian dengan cara membuat lubang pada buah. Gejala serangan ditunjukkan dengan buah busuk berulat dan akhirnya rontok. Secara biologi dapat dilakukan dengan aplikasi Beauveria bassiana. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah sanitas kebun serta memusnaskan buah durian yang terserang. Upaya pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida berbahan aktif sipermetrin, klospirifos, profenofos, asefat, metomil, atau metamedophos. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. Lakukan penyemprotan 10 hari sekali mulai saat pembentukan buah.

Kutu Putih (Pseudococus sp.)

Kutu putih berbentuk bulat dan berwarna kehijauan, seluruh tubuhnya diselumuti lapisan lilin berwarna putih. Hama ini menyerang tanaman durian dengan cara menghisap cairan daun dan menyelubungi buah durian. Serangan pada bunga menyebabkan kerontokan. Kotorannya sangat manis sehingga mengundang semut serta berpotensi menimbulkan penyakit embun jelaga. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Ulat Daun (Papilia sp., Setora sp., Lymatria sp.)

Hama tersebut menyerang tanaman durian dengan cara memakan daun hingga berlubang dan rusak. Secara biologi dapat dilakukan dengan aplikasi Beauveria bassiana. Upaya pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida berbahan aktif sipermetrin, klospirifos, profenofos, asefat, metomil, atau metamedophos. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. Lakukan penyemprotan 7 hari sekali pada saat ulat baru menetas.

PENYAKIT TANAMAN DURIAN




Fusarium sp.

Penyakit ini merupakan patogen tular tanah dan sangat berpotensi mematikan tanaman. Tanaman terserang menunjukkan gejala layu, jika dibelah, pada bagian korteks akan tampak warna coklat dan pada bagian yang berkayu akan tampak warna merah muda dengan bercak coklat. Tanaman yang terserang dimusnahkan dan dibakar serta bekas lubang tanam ditaburi kapur. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah mengatur kelembaban tanah, terutama menghindari adanya genangan air di areal pertanaman durian. Secara biologi dapat diberikan trichoderma atau Gliocladium pada saat persiapan lahan, dan pengocoran rutin 2 minggu sekali. Dapat juga dilakukan dengan pengocoran pestisida organik pada tanah, misal wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.

Phytophthora sp.

Gejala serangan pada buah terdapat bercak kebasahan berwarna cokelat kehitaman, membusuk serta terdapat miselium cendawan berwarna putih. Buah durian terserak akan rontok. Sedangkan gejala serangan pada batang ditandai dengan adanya luka yang mengeluarkan lendir berwarna merah pada kulit batang. Setelah batang busuk, pucuk-pucuk tanaman akan mengering, daun layu dan rontok, dan akhirnya mati. Pengendalian dengan sanitasi kebun, pengaturan kelembaban areal pertanaman durian dengan cara memperlebar jarak tanam, pemangkasan ranting atau cabang tidak produktif. Secara biologi dapat dilakukan dengan pemberian Thricoderma sp. atau Gliocladium pada tanah untuk menekan pertumbuhan patogen yang masih bersifat saprofit. Secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida sistemik dengan bahan aktif metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Penyakit Bercak Daun Colletotrichum sp.

Gejala serangan ditandai dengan adanya bercak-bercak besar kering pada daun tanaman serta mengakibatkan daun tanaman berlubang. Musnahkan daun terserang, lakukan pemangkasan pada ranting atau cabang tidak produktif. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.

Penyakit Akar Putih (Rigodoporus lignosus)

Gejala serangan ditandai dengan adanya daun yang menguning kemudian berubah menjadi coklat sebelum akhirnya mengerut dan gugur. Musnahkan semua tanaman terserang dari areal kebun, gunakan Natural GLIO sebagai pencegahan. Secara biologi dapat dilakukan dengan pemberian Thricoderma sp. atau Gliocladium pada tanah untuk menekan pertumbuhan patogen yang masih bersifat saprofit. Upaya pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida sistemik dengan bahan aktif metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.

Penyakit Jamur Upas (pink disease)

Gejala munculnya cairan kuning pada bagian batang terserang dan diselimuti dengan benang-benang jamur berwarna mengkilat berbentuk seperti laba-laba sehingga menyebabkan kematian pada batang. Musnahkan bagian tanaman yang terserang, pengaturan kelembaban areal pertanaman durian dengan cara memperlebar jarak tanam, pemangkasan ranting atau cabang tidak produktif. Secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida sistemik dengan bahan aktif metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

BUDIDAYA DURIAN

Durian adalah tumbuhan tropis yang berasal dari Asia Tenggara yang kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang berbentuk menyerupai duri. Sentra produksi durian di Indonesia adalah Sumatera Utara, Riau, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat. Pulau Kalimantan merupakan pusat keanekaragaman varietas durian. Varietas durian yang direkomendasikan untuk dibudidayakan adalah Sunan, Sukun, Petruk, Sitokong, Mas, Kane, Matahari dan Hepe.

CARA MENANAM DURIAN

Klasifikasi Ilmiah Tanaman Durian

Kingdom : Plantae - Plants
Subkingdom : Tracheobionta - Vascular plants
Superdivision : Sperrnatophyta - Seed plants
Division (phylum) : Magnoliophyta - Flowering plants
Kelas : Magnoliopsida - Dicotyledons
Subkelas : Dilleniidae
Order : Malvales
Keluarga : Bombacaceae - Kapok-tree family
Genus : Durio Adanson - durio
Spesies : Durio zibethinus Murray – durian

MORFOLOGI POHON DURIAN




Durian merupakan tanaman tahunan, tetapi tunas-tunas baru hanya tumbuh pada waktu tertentu (periode flushing atau peronaan) yang terjadi setelah masa berbuah selesai. Pohon durian tumbuh tegak dengan ketinggian dapat mencapai 30–40 m tergantung spesiesnya. Kulit batang berwarna coklat kemerahan, mengelupas tak beraturan dengan tajuk tanaman yang lebar.

Daun tanaman durian berbentuk lonjong 10-17 cm × 3-4,5 cm dengan tulang daun menyirip, terletak berseling dan bertangkai dengan ujung daun meruncing. Bagian atas daun berwarna hijau terang sampai gelap serta bagian bawahnya tertutup sisik berwarna perak atau keemasan dengan bulu-bulu halus.

Bunga tumbuh di batang (cauliflorous) atau di pangkal percabangan yang sudah tua (proximal), berkelompok membentuk rangkaian yang berisi 3-10 helai. Kuncup bunganya membulat, sekitar dengan diameternya 2 cm dan bertangkai panjang. Kelopak bunga bentuk tabung dengan panjang 3 cm, daun kelopak tambahan terpecah menjadi 2-3 bagian berbentuk bulat telur. Mahkota berjumlah 5 helai, berwarkan keputih-putihan sampai merah muda. Benang sarinya terbagi ke dalam 5 berkas, kepala putik berbentuk kapsul, dengan tangkai berbulu. Bunga muncul dari kuncup dorman, mekar pada sore hari dan bertahan hingga beberapa hari. Pada siang hari bunga menutup. Bunga ini menyebarkan aroma wangi yang berasal dari kelenjar nektar di bagian pangkalnya untuk menarik perhatian kelelawar sebagai penyerbuk utamanya. Kajian di Malaysia pada tahun 1970-an menunjukkan bahwa penyerbuk durian adalah kelelawar Eonycteris spelaea. Penelitian tahun 1996 lebih jauh menunjukkan bahwa hewan lain, seperti burung madu Nectariniidae dan lebah turut serta dalam penyerbukan tiga kerabat durian lainnya.

Buah durian berbentuk bulat, bulat telur hingga lonjong, dengan panjang dapat mencapai 25 cm dan diameter hingga 20 cm. Kulit buahnya tebal, permukaannya bersudut tajam ("berduri", karena itu disebut "durian", walaupun ini bukan duri dalam pengertian botani), berwarna hijau kekuning-kuningan, kecoklatan, hingga keabu-abuan.

Buah berkembang setelah terjadi penyerbukan dan memerlukan 4-6 bulan untuk pemasakan. Pada masa pemasakan terjadi persaingan antarbuah pada satu kelompok, sehingga hanya satu atau beberapa buah saja yang akan mencapai kemasakan, dan sisanya gugur. Buah akan jatuh sendiri setelah masak. Pada umumnya berat buah durian dapat mencapai 1,5 hingga 5 kilogram, sehingga kebun durian menjadi kawasan yang berbahaya pada masa musim durian. Apabila jatuh di atas kepala seseorang, buah durian dapat menyebabkan cedera berat atau bahkan kematian.

Setiap buah memiliki lima ruang, yang menunjukkan banyaknya daun buah yang dimiliki. Masing-masing ruangan terisi oleh beberapa biji yang berbentuk lonjong, berwarna merah muda kecoklatan dan mengkilap. Biji terbungkus oleh arilus yang biasa disebut sebagai "daging buah" durian berwarna putih hingga kuning terang dengan ketebalan yang bervariasi, namun pada kultivar unggul ketebalan arilus ini dapat mencapai 3 cm. Biji dengan durian disebut juga ponggè. Pemuliaan durian diarahkan untuk menghasilkan biji yang kecil dengan daging buah tebal, karena daging buah inilah bagian yang dimakan. Beberapa varietas unggul menghasilkan buah dengan biji yang tidak berkembang namun dengan daging buah tebal.

MANFAAT BUAH DURIAN

Buah durian memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Tidak hanya pada daging buahnya, tetapi juga pada kulit dan daunnya. Namun perlu di ingat juga bahwa makan buah durian dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu kadar kolesterol dalam durian juga cukup tinggi.

Disisi lain buah durian merupakan makanan sehat yang baik untuk tubuh. Buah durian mengandung banyak sekali zat gizi, di antaranya adalah karbohidrat, lemak, protein, serat, kalsium (Ca), fosfor (P), asam folat, magnesium (Mg), potasium/kalium (K), zat besi (Fe), zinc, mangaan (Mn), tembaga (Cu), karoten, vitamin C, thiamin, niacin, dan riboflavin. Durian juga mengandung gula yang cukup banyak serta sifatnya panas sehingga penderita diabetes dan ibu hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi durian.

Buah durian mengandung mineral alamiah yang mudah dicerna oleh tubuh kita. Durian juga mengandung fosfor dan zat besi 10 kali lebih banyak dari buah pisang (mas, ambon, dan beranga). Tapi karena kandungan mineralnya yang tinggi, terutama kalsium dan zat besi, durian dapat menjadi penyebab masalah pada pergerakan usus besar. Bagi yang memiliki riwayat darah tinggi, disarankan untuk tidak mengkonsumsi buah ini bersama dengan alkohol karena dapat menyebabkan stroke. Selain itu, disarankan untuk banyak minum air putih sebelum dan sesudah makan durian untuk menghindari dehidrasi.

Nilai nurtrisi per 100 g (3.5 oz) Durian (Durio zibethinus)
Energi : 615 kJ (147 kcal)
Karbohidrat : 27.09 g
Lemak : 5.33 g
Protein : 1.47 g
Air : 65g
Vitamin C : 19.7 mg (33%)
Potassium : 436 mg (9%)

CARA BUDIDAYA DURIAN

Pemilihan Lokasi Budidaya Durian

Tanaman durian akan tumbuh optimal pada ketinggian 50 - 600 mdpl dengan intensitas cahaya 40-50 %, suhu 22-30 0C, dan curah hujan ideal 1.500 - 2.500 mm per-tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Lama bulan basah 9-10 bulan pertahun. Musim kering lebih dari 3 bulan akan menggangu pematangan buah durian. Akan tetapi, musim kering 1-2 bulan saja justru akan merangsang pembungaan lebih baik. Tanah yang cocok adalah lempung berpasir subur dan banyak kandungan bahan organik, dan pH 6 - 7. Selain itu tanaman durian memerlukan tanah yang dalam dengan drainase baik karena akar durian peka terhadap rendaman air.

Perbanyakan Tanaman Durian

Perbanyakan durian di desa-desa pada umumnya dengan menggunakan biji (perbanyakan generatif). Perbanyakan dengan biji juga biasa dilakukan untuk memperoleh batang bawah dalam perbanyakan vegetatif. Biji durian bersifat recalcitrant, hanya dapat hidup dengan kadar air tinggi (di atas 30% berat) dan tanpa perlakuan tertentu hanya sanggup bertahan seminggu sebelum akhirnya bakal kecambah mati. Dengan demikian biji durian harus segera disemaikan setelah buah dibuka.

Pohon durian mulai berbuah setelah 4-5 tahun, namun pada budidaya durian secara intensif pembuahan dapat dipercepat jika menggunakan bahan tanam hasil perbanyakan vegetatif. Teknik-teknik yang biasa digunakan adalah pencangkokan, penyusuan, penyambungan samping (inarching), penyambungan celah (cleft grafting), atau okulasi (budding). Teknik okulasi merupakan teknik yang paling sering dilakukan untuk perbanyakan vegetatif. Saat ini beberapa penangkar durian sudah mencoba menerapkan penyambungan mikro (micrografting). Teknik ini dilakukan pada saat batang bawah masih berusia muda. Tercatat bahwa durian hasil perbanyakan vegetatif mampu berbunga setelah 2-3 tahun. Selain itu durian juga memungkinkan untuk diperbanyak secara in vitro (kultur jaringan).

Pengolahan Tanah Budidaya Durian

Tanah dibersihkan dari sisa-sisa batang serta kayu tanaman sebelumnya. Pembersihan gulma juga harus dilakukan agar tanaman yang baru ditanam tidak terganggu oleh gulma tersebut. Setelah itu dilakukan pembajakan dan pencangkulan agar tanah menjadi gembur. Bila drainainase kurang baik, perlu dibuat parit-parit di sekitar kebun. Penanaman bibit durian dilakukan menjelang musim hujan. Apabila tanah areal pertanaman terlalu asam, maka perlu dilakukan pengapuran. Jika penanaman dilakukan pada skala luas di tempat terbuka, maka diperlukan tanaman pelindung seperti lamtoro, turi, gamal, sengon atau pepaya. Tanaman pelindung ditanam setelah penyiapan lahan.

Pembuatan Lubang Tanam Pada Budidaya Durian

Buat lubang tanam ukuran 70 x 70 x 60 cm. Pisahkan tanah bagian atas dengan bagian bawah dan biarkan selama 2 minggu. Tanah bagian atas dicampur dengan pupuk kandang fermentasi sebanyak 40 kg kemudian masukkan campuran tersebut ke dalam lubang tanam setelah itu tanah bagian bawah dimasukkan kedalam lubang tanan (di atas tanah bagian atas) dan biarkan 1 minggu sebelum bibit ditanam.

Penanaman Bibit Durian

Penanaman yang ideal dilakukan pada awal musim hujan dengan cara menggali lubang tanam yang berisi campuran media tanam sesuai ukuran bibit. Ambil bibit dan buka plastik atau keranjang pembungkus tanah dengan hati-hati. Tanam bibit sebatas leher akar tanpa mengikutkan batangnya. Siram air secukupnya setelah selesai tanam. Akan lebih baik ditambah pupuk organik cair atau agensia hayati untuk menopang pertumbuhannya. Jarak tanam 10 X 10 m atau 12 X 12 m. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, pada waktu penanaman bibit sebaiknya kita beri naungan untuk menghindari sengatan matahari, guyuran hujan yang lebat juga untuk melindungi tanaman muda dari terjangan angin kencang. Tanah di sekitar tanaman sebaiknya ditutupi dengan dengan jerami kering agar kelembaban tanah tetap stabil. Naungan bisa dibongkar setelah tanaman berumur 3-5 bulan.

Pemeliharaan Tanaman Durian

Penyiraman Pada Budidaya Durian

Pada awal pertumbuhan dilakukan setiap hari saat musim kemarau. Pada saat tanaman berbuah penyiraman dilakukan 1 – 3 kali seminggu di musim kemarau. Kekurangan air akan mengakibatkan kerontokan buah. Penyiraman paling baik dilakukan pada pagi hari.

Penyiangan Pada Budidaya Durian

Penyiangan dilakukan untuk menghindari perebutan unsur hara dan cahaya matahari antara tanaman utama dengan gulma atau tanaman pengganggu. Selain itu penyiangan juga bertujuan untuk menjaga kelembaban areal budidaya durian sekaligus untuk mengurangi inang hama dan penyakit yang berpotensi menyerang tanaman durian. Penyiangan pada tanaman muda harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan pada akar tanaman.

Pemupukan Pada Budidaya Durian

Pemupukan dilakukan dengan cara menggali tanah sebagai tempat pemupukan di bawah tajuk tanaman. Penggalian tanah jangan terlalu dalam karena dapat merusak perakaran. Pupuk ditabur merata di bawah tajuk tanaman dan ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan pada fase awal pertumbuhan sampai tahun ke-3 dengan menggunakan pupuk NPK dengan kadar Nitrogen tinggi. Waktu pemupukan sekali setahun pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau. Dosis pemupukan per-tanaman yaitu, umur 1 tahun 500 g NPK + 100 g pupuk urea, umur 2 tahun 1 kg NPK + 200 g urea, umur 3 tahun 1,5 kg NPK + 300 g urea, umur 4 tahun 2,5 kg NPK. Pupuk organik padat perlu ditambahkan sebanyak 20 – 40 kg/tanaman setiap tahun. Pemberian pupuk kandang bisa dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk kimia. Untuk menghindari kerontokan buah, pemupukan juga perlu dilakukan pada saat tanaman berbunga dengan dosis 3 kg NPK 15-15-15 + 500 g kalsium per-tanaman.

Pemangkasan Pada Budidaya Durian

Pemangkasan dilakukan pada tunas-tunas air, cabang atau ranting yang sudah mati dan terserang hama penyakit, cabang atau ranting yang tumbuh vertikal, cabang atau ranting yang tumbuh ke arah batang utama, serta ranting-ranting yang tidak terkena sinar matahari. Ketika tanaman mencapai ketinggian 4-5 m, pucuk tanaman dipangkas.

Penyerbukan Pada Budidaya Durian

Bungan durian mekar pada sore sampai malam hari sehingga sangat sedikit serangga yang dapat menyerbuki. Jadi tidak mengherankan jika tidak semua bunga bisa menjadi buah. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan pembuahan perlu dilakukan penyerbukan buatan dengan cara menyapukan kuas halus pada bunga yang telah mekar pada malam hari. Untuk memaksimalkan kualitas dan kuantitas, sebaiknya dalam satu areal penanaman tidak hanya ditanami satu jenis varietas tertentu, tetapi dicampur dengan beberapa varietas lain.

Perawatan Buah Durian

Penyeleksian buah dilakukan setelah buah durian berdiameter 5 cm. Sisakan dua buah terbaik dengan jarak ideal antara buah satu dengan yang lain sekitar 30 cm. Tanaman durian yang baru pertama kali berbuah sebaiknya dipelihara satu atau dua butir buah. Buah yang sudah mencapai ukuran optimal harus diikat menggunakan tali rafia, agar buah yang telah mencapai matang sempurna tidak jatuh ke tanah, tetapi menggantung pada tali yang sudah dipasang.

Pemanenan Buah Durian

Buah durian mengalami tingkat kematangan sempurna 4 – 5 bulan setelah bunga mekar. Waktu petik berdasar tanda-tanda fisik, misal ujung duri coklat tua, garis-garis di antara duri lebih jelas, tangkai buah lunak dan mudah dibengkokkan, ruas-ruas tangkai buah membesar, baunya harum, terdengar bunyi kasar dan bergema jika buah dipukul. Panen dilakukan dengan menunggu buah yang sudah matang jatuh dan menggantung pada tali yang sudah dipasang. Cara lain penen buah durian yaitu dengan memetik atau memotong buah di pohon menggunakan pisau atau galah berpisau. Bagian yang dipotong adalah tangkai buah dekat pangkal batang dan usahakan buah durian tidak sampai terjatuh karena mengurangi kualitas buah. Buah yang dipetik langsung, dianginkan 1-2 hari, kemudian diperam.

Hama Penyakit Durian

ARTIKEL POPULER