PILIHAN SISTEM BUDIDAYA USAHA TERNAK KAMBING PENGGEMUKAN

Pilihan Sistem Budidaya Pada Usaha Ternak Kambing Penggemukan – Di Indonesia, usaha ternak kambing sudah dilakukan turun-temurun oleh masyarakat Indonesia, meskipun pada umumnya mereka mengusahakan ternak kambing dengan teknik pemeliharaan yang sangat sederhana. Pada umumnya, usaha ternak kambing ini masih dilakukan di pedesaan, karena memang pedesaan memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan usaha di sektor peternakan. Hal ini disebabkan daerah pedesaan masih banyak tersedia pakan hijauan, yang merupakan faktor penjunjang keberhasilan usaha budidaya atau peternakan. Para petani atau peternak kambing biasanya melakukan usaha penggemukan dengan membeli cempe atau anakan kambing pasca sapih, kemudian dibesarkan selama beberapa bulan hingga layak konsumsi, biasanya berat badan kambing telah mencapai 20-30 kg.

Pada prakteknya, usaha ternak kambing penggemukan, yang dilakukan oleh petani atau peternak, dilakukan dengan berbagai metode atau sistem budidaya yang bervariasi. Beberapa diantaranya ada yang menggembalakan kambing atau membiarkan kambing beradap di tempat penggembalaan sejak pukul 09.00 hingga pukul 16.00, terutama dilakukan jika cuaca tidak hujan. Setelah kambing dibawa pulang atau dimasukkan kandang, diberi dengan makanan penguat, biasanya berupa campuran bekatul dan ubi kayu yang diparut, atau dibuat bubur. Beberapa petani ata peternak lain melakukan penggemukan kambing dengan sistem kandang penuh, dimana sepanjang hari kambing diberi makanan hijauan sebanyak-banyaknya.

Berdasarkan kebiasaan yang dilakukan petani atau peternak kambing dalam menjalankan usaha ternaknya, sistem budidaya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pasture fattening, dry lot fattening, dan kombinasi dry lot fattening dan pasture fattening. Pilihan sistem atau model budidaya tersebut terutama dipengaruhi oleh kultur masyarakat setempat dalam memelihara kambing, dan potensi atau persediaan makanan yang ada. Berikut ini penjelasan ketiga sistem budidaya pada usaha ternak kambing.

Usaha Ternak Kambing Penggemukan Dengan Sistem Pasture Fattening




Usaha ternak kambing dengan sistem pasture fattening merupakan cara budidaya atau ternak kambing dengan metode penggembalaan di lapangan. Hal ini terutama dilakukan di daerah-daerah yang masih memiliki padang penggembalaan, atau paling tidak ada tempat-tempat yang cukup luas dengan potensi pakan yang cukup. Kelebihan metode ini adalah petani atau peternak tidak perlu repot-repot untuk mencari rumput, sehingga waktu dan tenaga yang tersisa bisa digunakan untuk melakukan aktivitas lain.

Agar kambing dapat tumbuh sehat, padang penggembalaan sebaiknya memiliki kualitas pakan hijauan yang baik, terutama tanaman dari famili leguminosae atau kacang-kacangan. Jika kuaitas rumput atau hijauan pakan sudah cukup baik, kambing tidak perlu lagi diberi makanan penguat, karena nutrisi yang diperlukan kambing sudah terpenuhi dari pakan yang tersedia.

Kambing yang dipelihara dengan cara ini harus dipilih kambing jantan yang berusia minimal 5-6 bulan. Pada usia tersebut, fungsi rumen sudah cukup sempurna, sehingga kambing dapat mencerna berbagai variasi hijauan yang dimakan. Biasanya, petani atau peternak akan melakukan usaha penggemukan selama 6-9 bulan, dimana pada usia tersebut kambing hasil penggemukan sudah siap dipotong.

Kelemahan usaha ternak kambing dengan sistem pasture fattening ini adalah harus tersedia daerah atau tempat-tempat yang dapat dijadikan sebagai padang penggembalaan. Sementara untuk mencari daerah yang memenuhi kriteria sebagai padang penggembalaan sangat sulit.

Usaha Ternak Kambing Penggemukan Dengan Sistem Dry Lot Fattening

Usaha ternak kambing dengan sistem dry lot fattening merupakan sistem budidaya yang dilakukan dengan cara mengandangkan kambing yang dipelihara secara terus-menerus. Selain diberi pakan hijauan sebagai pakan tambahan, kambing juga diberi pakan penguat dalam bentuk biji-bijian sebagai makanan utamanya, seperti jagung dan kacang-kacangan. Kelebihan sistem budiday ini adalah akan diperoleh kualitas karkas yang baik. Namun, usaha ternak kambing dengan sistem dry lot fattening ini juga memiliki kelemahan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli makanan penguat biasanya relatif lebih mahal. Oleh karena itu, sistem ini jarang dilakukan oleh petani di Indonesia. Kambing yang dipelihara adalah anak kambing atau cempe yang berumur tiga bulan, dengan lama pemeliharaan kurang lebih lima bulan.

Usaha Ternak Kambing Penggemukan Dengan Sistem Kombinasi

Usaha ternak kambing dengan sistem kombinasi merupakan sistem budidaya yang memadukan kedua sistem di atas. Cara ini sangat cocok untuk usaha ternak kambing penggemukan yang dilakukan di daerah panas dengan udara yang lembab. Oleh karena itu, karena negara kita memiliki iklim yang demikian, sehingga sistem kombinasi ini banyak diterapkan oleh petani atau peternak kambing. Makanan hijauan diberikan sebanyak-banyaknya, dan pada saat yang sama, pakan penguat juga diberikan. Cara ini bisa dilakukan dengan biaya yang relatif lebih murah dibanding dengan sistem dry lot fattening. Kambing yang dipelihara minimal berumur lima bulan dengan jangka waktu pemeliharaan kurang lebih selama delapan bulan.

Demikian informasi terbaik yang dapat kami sajikan, semoga artikel Pilihan Sistem Budidaya Pada Usaha Ternak Kambing Penggemukan, bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih atas kunjungannya, salam Tanijogonegoro.

ARTIKEL POPULER