HAMA DAN PENYAKIT IKAN LELE

Hama dan Penyakit Ikan Lele - merupakan faktor yang sering menimbulkan kerugian bagi peternak atau pelaku agribisnis budidaya ikan lele. Meskipun kerugian akibat serangan hama tidak sebesar kerugian akibat serangan penyakit, namun demi menunjang keberhasilan budidaya lele, keduanya harus mendapat perhatian serius.

Meskipun biaya pengendalian serangan hama dan penyakit ikan lele tidak begitu besar, namun tindakan pencegahan akan lebih efektif jika dibandingkan dengan tindakan pengobatan. Tindakan pencegahan dilakukan jauh sebelum serangan hama dan penyakit ikan lele tersebut menyerang ikan sekalipun harus dilakukan secara terpadu. Tindakan pengobatan akan lebih sulit dilakukan bahkan memiliki resiko jauh lebih besar atas kegagalan penanganan. Hal ini terutama bila dialami oleh peternak pemula, tentunya mereka masih tahap belajar dalam menghadapi permasalahan-permasalah di lapangan. Bagi peternak lele profesional, upaya pengendalian menggunakan metode pengobatan terhadap serangan hama dan penyakit ikan lele di lapangan mungkin tidak akan terlalu banyak mengalami kesulitan.

HAMA IKAN LELE

Hama ikan lele adalah organisme pengganggu setiap kegiatan budidaya ikan lele yang dapat memangsa, membunuh, serta mempengaruhi produktivitas ikan. Meskipun tidak menimbulkan kerugian dalam jumlah besar, namun hama ikan lele ini tetap harus dikendalikan. Serangan hama ikan lele biasanya datang dari luar, baik melalui aliran air, udara, maupun darat. Meskipun demikian, serangan hama dapat juga berasal dari dalam, biasanya serangan hama ini diakibatkan oleh persiapan kolam yang kurang sempurna. Untuk itu, cara pembuatan kolam ikan (konstruksi kolam) perlu diperhatikan sebelum melakukan budidaya ikan lele.

Seperti telah disebutkan di atas, pencegahan lebih diprioritaskan daripada pengobatan. Adapun cara pencegahan serangan hama pengganggu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
  • Lakukan pengeringan serta pengapuran sebelum kolam digunakan untuk proses budidaya. Tujuan pengapuran adalah untuk meningkatkan nilai pH air kolam, sedangkan proses pengeringan bertujuan membunuh atau menekan kehidupan organisme pengganggu yang berpotensi menjadi hama ikan lele nantinya.
  • Pemasangan saringan baik pada pintu masuk maupun saluran pembuangan air agar hama pengganggu yang berpotensi masuk ke dalam kolam ikan melalui kedua saluran tersebut bisa dihindari.
Hama pengganggu ikan lele, terutama ikan berukuran kecil, diantaranya meliputi ular, belut, serta ikan gabus. Tindakan penanggulangan serangan dari ketiga jenis hama pengganggu tersebut dapat dilakukan sesuai langkah-langkah berikut:

  1. Penanggulangan Hama Ular




    1. Sebelum kolam digunakan untuk budidaya ikan lele, lingkungan di sekitar kolam terlebih dahulu harus dibersihkan sampai benar-benar bersih. Hama ular memiliki karakter tidak menyukai tempat terbuka dan terang, sehingga ia akan takut mendatangi tempat tersebut. Lebih lanjut, selama proses budidaya berlangsung, upaya pembersihan lingkungan kolam ini tetap harus dilakukan secara kontinyu agar kebersihan lingkungan kolam selalu dalam keadaan terjaga.
    2. Untuk menghindari kemungkinan adanya lubang tikus sebagai tempat sarang hama ular, jika memungkinkan alangkah baiknya kalau pematang (dinding) kolam dibuat dari tembok. Dengan demikian hama ular tidak memiliki peluang bersarang di sekitar kolam. Namun hal ini sangat fleksibel, tergantung kemampuan modal masing-masing peternak.
    3. Lakukan pengontrolan di malam hari, terutama saat benih ikan lele masih kecil. Bila menemui hama ular berada di dalam kolam, segera buru lalu buang jauh-jauh atau bisa juga dibunuh agar tidak kembali lagi.
  2. Penanggulangan Hama Belut

    1. Sebelum melakukan pengolahan sebaiknya kolam pemeliharan digenangi terlebih dahulu setinggi 20-30 cm, kemudian diberi insektisida akodan, gunakan dosis rendah, yakni 0,3-0,5 cc/m³ air. Ingat, penggunaan insektisida ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati serta menggunakan dosis rendah karena dapat mencemari lingkungan. Sebetulnya penggunaan pestisida kimia hanya dilakukan jika kondisi sangat mendesak. Bila waktu tersedia cukup lama untuk melakukan pengeringan, misalnya selama tiga minggu, maka hama belut atau bibit belut di permukaan dasar kolam atau di sekitar pematang sudah mati atau pergi meninggalkan kolam.
    2. Setelah diberi insektisida, kolam dibiarkan selama 2 hari hingga hama belut maupun hama penggangu lain mati. Kemudian buang air dalam kolam, lalu keringkan lahan. Pengeringan lahan bertujuan menetralkan sisa racun insektisida di sekitar kolam. Perhatikan saat melakukan pengurasan kolam, pastikan saat membuang air kolam, terlebih dahulu kolam harus diisi air secara penuh. Tujuan pengisian air sampai penuh adalah untuk mengurangi konsentrasi pestisida, dimana kepekatan pestisida menjadi semakin kecil, sehingga ketika terbawa oleh aliran air sudah tidak membahayakan lingkungan sepanjang aliran pembuangan atau kolam-kolam lainnya, terutama kolam tempat pemeliharaan ikan dibawahnya.
  3. Penanggulangan Hama Ikan Gabus

    1. Pintu masuk dan saluran pembuangan dipasang saringan agar hama ikan gabus tidak masuk ke dalam kolam melalui kedua saluran tersebut.
    2. Pematang kolam dibuat tinggi, sehingga hama ikan gabus yang berada di kolam lain atau genangan air lain di sekitar kolam tidak melompat masuk ke dalam kolam.

PENYAKIT IKAN LELE

Penyakit ikan lele merupakan organisme pengganggu yang dapat menimbulkan kerugian besar bagi para peternak ikan lele. Bahkan penyakit ini sering dianggap sebagai pemicu kegagalan paling besar peranannya. Penyakit ikan lele dapat diartikan sebagai organisme pengganggu yang hidup dan berkembang pada tubuh lele sehingga organ tubuh lele mengalami kerusakan. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh terganggu, maka seluruh jaringan tubuh ikan juga akan terganggu. Terganggunnya jaringan tubuh tentu saja akan mempengaruhi mekanisme kerja jaringan tubuh tersebut, menyebabkan pertumbuhannya menjadi terhambat. Jika serangan parah atau terjadi pada organ vital, maka besar kemungkinan lele yang terserang penyakit tersebut akan mati.

Pada dasarnya, penyakit akan menyerang ikan lele jika terjadi ketidakseimbangan antara kondisi ikan, lingkungan, serta patogen. Ikan lele yang mengalami kekurangan nutrisi atau kondisi tubuhnya tidak baik, sangat mudah terserang penyakit atau patogen. Sebaliknya, jika kondisi tubuh baik (sehat) dengan kecukupan nutrisi yang sempurna, maka kemungkinan ikan lele terserang penyakit sangat kecil. Kondisi tubuh kurang baik pada tubuh ikan bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti misalnya terjadi perubahan kondisi lingkungan sekitar sehingga lele mengalami stress, terjadi luka atau perdarahan (dapat disebabkan oleh serangan hama), penganganan saat panen dan teknik pengangkutan kurang tepat, atau mungkin terjadinya perkelahian antar ikan di dalam kolam.

Selain perubahan lingkungan dan luka atau perdarahan, kondisi tubuh ikan yang kurang baik juga bisa diakibatkan oleh kondisi lingkungan perairan dalam kolam, misalnya karena kandungan oksigen terlarut di dalam kolam rendah sehingga menyebabkan kurangnya sirkulasi air (kemungkinan terjadi karena terlalu banyak memberikan pakan alami sehingga terjadi persaingan akan kebutuhan oksigen), adanya gas beracun yang dapat dipicu dari pembusukan sisa-sisa pemberian pakan, atau terjadi pencemaran air kolam baik oleh limbah industri, buangan bahan kimia, maupun limbah rumah tangga.

Serangan penyakit ikan lele dapat menyerang baik pada bagian dalam maupun bagian luar tubuhnya. Penyakit yang menyerang organ tubuh ikan bagian dalam disebut dengan endotern. Biasanya penyakit ini akan menyerang organ usus, jantung, maupun hati. Sementara itu, penyakit ikan lele yang menyerang organ tubuh bagian luar disebut dengan eksotern. Penyakit ini menyerang bagian tubuh lele, sirip, mata, mulut, maupun bagian luar tubuh lele lainnya.

Tindakan Pencegahan Penyakit Ikan Lele.

  1. Lakukan pengeringan dan pengapuran pada dasar kolam sebelum dilakukan pengolahan lahan. Pengapuran dapat meningkatkan pH atau derajat keasaman tanah dan air. Pada pH mendekati netral, patogen atau penyakit tidak bisa berkembang baik. Dengan demikian salah satu fungsi dari pemberian kapur pertanian adalah untuk memutus siklus hidup patogen.
  2. Kualitas perairan kolam harus dijaga agar kondisinya selalu baik. Upaya pencegahannya adalah selalu menjaga kualitas air kolam, diantaranya adalah tidak memberi pakan secara berlebihan, sehingga tidak ada sisa pakan yang mengendap di dasar kolam (endapan sisa pakan ikan berpotensi menimbulkan gas beracun). Selain pengaturan pemberian pakan ikan, upaya menjaga kualitas air juga dapat dilakukan dengan pengaturan sirkulasi air, yaitu menjaga debit air masuk supaya tetap stabil karena debit air stabil akan meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air.
  3. Pemberian pakan ikan harus terukur, pakan tambahan diberikan sesuai dosis anjuran. Jika berlebihan, selain dapat menurunkan kualitas air, juga dapat mengganggu kesehatan lele yang terlalu kenyang.
  4. Penanganan saat pemanenan benih ikan lele harus dilakukan secara hati-hati serta sesuai prosedur penangkapan ikan. Jika saat melakukan penanganan sudah benar, maka resiko terjadinya luka akibat penanganan bisa diperkecil.
  5. Lakukan pengontrolan secara rutin, sehingga bisa menghindari atau mengendalikan masuknya binatang pembawa penyakit ke dalam kolam. Binatang luar yang berpotensi membawa penyakit ikan lele antara lain keong mas, siput, dan burung.
Ikan lele bisa terserang atau terinfeksi oleh beberapa jenis penyakit. Setiap jenis penyakit mempunyai karakter sendiri-sendiri dalam malakukan infeksi terhadap tubuh lele. Selain itu, gejala yang ditimbulkan akibat serangan penyakit tersebut juga tidak sama. Oleh karena itu, Cara pengendalian maupun penanganan setiap jenis penyakit juga berbeda-beda. Dengan mengetahui gejala serangan, jenis penyakit, obat yang bisa digunakan, serta dosis penggunaannya maka tindakan pengobatan akan menjadi lebih efektif.

Berikut ini beberapa jenis penyakit, gejala, serta cara penanganannya.

Penyakit Ikan Lele Yang Disebabkan Oleh Bakteri :

Penyakit Pseudomonas sp.
Gejala serangan penyakit akibat terinfeksi bakteri Pseudomonas sp. ditandai adanya perdarahan di kulit, hati, ginjal, maupun limpa. Perdarahan pada kulit tersebut akhirnya mengakibatkan luka berupa borok-borok pada tubuh ikan.

Tindakan penanggulangan terhadap serangan penyakit Pseudomonas sp. dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air agar tetap baik sehingga kondisi lele akan selalu sehat. Jika sudah terserang, lakukan tindakan pengobatan secara tepat, caranya adalah melakukan perendaman lele dalam larutan Oxytertracyclin menggunakan dosis 25-30 mg/kg ikan per hari. Perendaman dilakukan secara berturut-turut selama 7-10 hari pada bak terpisah agar ikan sehat tidak menjadi kebal terhadap bahan aktif tertentu.

Penyakit Aeromonas hydrophiladan
Gejala serangan penyakit akibat terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophiladan ditandai adanya perubahan warna tubuh ikan lele. Tubuh ikan semula terang kemudian berubah menjadi gelap, kulit kasat, serta terjadi perdarahan. Ikan sulit bernapas, saat berenang juga sangat lemah, dan terjadi perdarahan pada hati, ginjal, maupun limpa. Ciri-ciri akibat serangan penyakit bakteri Pseudomonas dapat dibedakan dari serangan bakteri Aeromonas yaitu terlihat adanya luka-luka kecil pada kulit akhirnya meluas ke arah daging.

Tindakan penanggulangan terhadap serangan penyakit bakteri Aeromonas hydrophiladan dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air agar tetap baik sehingga ikan lele akan selalu dalam kondisi sehat. Pada lele terserang bisa dilakukan penyuntikan menggunakan Terramycine 25-30 mg/kg lele, penyuntikan diulang lagi setiap 3 hari sekali sebanyak 3 kali ulangan. Lakukan pencampuran makanan dengan Terramycine 50 mg/kg lele per hari, perlakuan selama 7-10 hari berturut-turut. Selain itu dapat juga menggunakan Sulphanamide sebanyak 100 mg/kg lele per hari selama 3-4 hari.

Penyakit Aeromonas punctata
Gejala serangan penyakit akibat terinfeksi bakteri Aeromonas punctata ditandai adanya ikan yang kehilangan nafsu makan. Infeksi pada kulit kepala, kulit badan bagian belakang, insang, sirip, serta bagian badan lainnya.

Tindakan penanggulangan terhadap serangan penyakit bakteri Aeromonas punctata dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air agar tetap baik sehingga ikan lele akan selalu dalam kondisi sehat. Ikan lele terserang harus direndam menggunakan larutan copper sulfat dosis 1200 ppm selama 1-20 menit. Perendaman menggunakan Oxytetracyclin HCL juga dapat dilakukan, dosis 10 mg/1 kg lele selama 30 menit.

Penyakit Peduncle (cold water diseases)
Gejala serangan penyakit akibat terinfeksi bakteri Peduncle (cold water diseases) hampir sama dengan gejala serangan akibat penyakit bakteri Columnaris, bedanya penyakit bakteri Peduncle menyerang saat temperatur dingin, sekitar 16°C, sedangkan penyakit bakteriColumnaris menyerang saat temperatur panas, sekitar 20°C, infeksi berjalan lambat dalam hal timbulnya borok atau nekrosa pada kulit.

Tindakan penanggulangan terhadap serangan penyakit bakteri Peduncle (cold water diseases) dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air agar tetap baik sehingga kondisi ikan selalu sehat. Tindakan pengobatan terhadap lele terserang adalah melakukan perendaman menggunakan Oxytetracyclin 10 ppm selama 30 menit. Melakukan pencampuran makanan dengan Sulfisoxzole sebanyak 100 mg/kg berat ikan per hari selama 10-20 hari berturut-turut.

Penyakit Columnaris
Gejala serangan penyakit akibat terinfeksi bakteri Columnaris ditandai adanya perdarahan pada kulit lele, timbul borok-borok pada kulit, terjadi perdarahan pada organ dalam seperti hati, ginjal, maupun limpa, munculnya luka-luka kecil pada hati, serta timbul nekrosa pada jaringan daging maupun jaringan pembuat darah.

Tindakan penanggulangan terhadap serangan penyakit bakteri Columnaris dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air agar tetap baik sehingga ikan akan selalu dalam kondisi sehat. Penangan terhadap ikan lele terserang, tindakan pengobatannya adalah melakukan perendaman menggunakan Oxytetracyclin HCL dosis 25-30 mg/kg ikan per hari diberikan 7-10 hari berturut-turut. Pemberian Sulfamerazine sebanyak 100-200 mg/kg berat ikan per hari, melalui makanan 1-3 hari. Penyuntikan Oxytetracyclin HCL sebanyak 25-30 mg/kg ikan per hari, melalui makanan selama 7-10 hari berturut-turut.

Penyakit Edward siella
Gejala serangan penyakit akibat terinfeksi bakteri Edward siella ditandai adanya perubahan tubuh lele, tubuh lele semula terang kemudian berubah menjadi berwarna gelap. Kadang-kadang mata ikan menonjol. Ada sedikit bercak darah di pangkal sirip dada ikan. Kadang-kadang juga ditemukan benjolan di bagian samping tubuh lele.

Tindakan penanggulangan terhadap serangan penyakit bakteri Edward siella dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air agar tetap baik sehingga ikan lele akan selalu dalam kondisi sehat. Tindakan pengobatan dapat dilakukan selama masa periode awal penyerangan menggunakan Sulphanamide (dosis 100-200 mg/kg/hari), diberikan sampai hari keempat secara berturut-turut. Ikan lele terserang penyakit Edward siella harus segera dimusnahkan, caranya dapat dibakar atau dikubur.

Penyakit Ginjal
Gejala serangan akibat penyakit ginjal ditandai adanya luka di ginjal, hati, serta bintik-bintik berwarna keputih-putihan. Hingga saat ini belum ditemukan obat paling tepat untuk memberantas penyakit ginjal.

Penyakit Tuberculosis
Gejala akibat terserang penyakit Tuberculosis ditandai adanya perubahan tubuh ikan lele, tubuh ikan semula terang kemudian berubah menjadi berwarna gelap. Perut membengkak serta terdapat bintik-bintik pada hati. Cara pencegahan terhadap penyakit Tuberculosis adalah melakukan perbaikan kualitas air.

Penyakit Ikan Lele Yang Disebabkan Oleh Parasiter :

Penyakit Saprolegiasis
Gejala serangan penyakit ditandai adanya sekumpulan benang halus seperti kapas berwarna putih kecokelatan pada tubuh lele. Tempat penyerangan biasanya di daerah kepala, tutup insang, sirip, serta bagian badan ikan lainnya.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga kebersihan kolam maupun kualitas air. Mengupayakan cara perlakuan terbaik terhadap ikan agar tidak berpotensi menimbulkan luka. Melakukan perendaman dalam larutan Malachite Green Oxalate (MGO) sebanyak 3 g/m³ air selama 30 menit.

Penyakit Bintik Putih
Gejala serangan penyakit bintik putih ditandai saat ikan lele berenang terlihat sangat lemah serta selalu muncul di permukaan air. Terdapat bintik-bintik berwarna putih pada bagian kulit, sirip, serta insang. Lele sering menggosokkan tubuhnya ke dasar kolam atau pada benda-benda keras.

Upaya pengendalian terhadap penyakit bintik putih adalah lele diberok dalam air mengalir, melakukan pengurangan padat penebaran ikan, melakukan perendaman terhadap lele terserang menggunakan larutan formalin 25 ml/m³ air ditambah larutan Oxalate 0,1 g/m³ air selam 12-24 jam.

Penyakit Tichodiina sp.
Gejala serangan penyakit Tichodiina sp. ditandai gerakan lele melemah serta tubuh lele kurus, ikan sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada benda-benda keras.

Upaya pengendalian terhadap penyakit Tichodiina sp. adalah melakukan pengurangan padat penebaran ikan, melakukan perendaman terhadap ikan lele terserang dalam larutan formalin 150-200 ppm (150-200 ml/m³) selama 15 menit, merendam dalam larutan malachite green oxalate 0,1 g/m³ selama 24 jam.

Penyakit Cacing Kecil pada Kulit, Sirip, maupun Insang
Gejala serangan penyakit ini ditandai adanya kepala lele kelihatan besar tetapi kurus, kulit tubuh ikan lele suram, sirip ekor kelihatan rontok, lele menggosok-gosokkan badan ke dasar kolam penampungan atau benda keras lainnya, serta adanya tutup insang tidak normal.

Upaya pengendalian terhadap serangan penyakit ini yaitu mengurangi kepadatan penebaran, melakukan perendaman terhadap ikan lele terserang dalam larutan formalin 250 ml/m³ air selama 15 menit, merendam menggunakan Methylene Blue sebanyak 3 gr/m³ air selama 24 jam.

Myxosporensis (Myxobolus sp.)
Gejala serangan penyakit Myxosporensis (Myxobolus sp.) ditandai adanya bintil-bintil berwarna putih kemerah-merahan pada insang.

Upaya pengendalian terhadap serangan penyakit Myxosporensis (Myxobolus sp.) yaitu melakukan pengeringan kolam dan pengapuran (dosis 200 g/m³). Biarkan selama 1-2 minggu. Air yang masuk disaring melalui filter pasir, kerikil, dan ijuk.

Penyakit Myxosoma sp.
Gejala serangan penyakit Myxosoma sp. ditandai adanya pembengkakan (bisul) di sekitar punggung. Jika bisul pecah, akan keluar cairan keruh berwarna kuning.

Pencegahan dengan cara menyaring air masuk, melakukan perendaman terhadap ikan lele terinfeksi menggunakan larutan formalin 25 cc/m³ selama 5 menit, serta melakukan penyemprotan kolam menggunakan Dipterex/Sumithion 50 EC dengan takaran 1 cc/m³.

Lernaea sp.
Gejala serangan penyakit Lernaea sp. ditandai adanya parasit yang menempel di tutup insang, sirip, atau mata selama 15 menit. Kemudian terlihat luka-luka di tempat penyerangan tersebut.

Pencegahan dengan cara menyaring air masuk. Ikan lele terinfeksi direndam dalam larutan garam/NaC1 20 g/liter (2%) selama 5 menit.

Kutu Ikan (Argulus).
Gejala serangan penyakit Kutu ikan (Argulus) ditandai adanya ikan lele semula gemuk berubah menjadi kurus. Parasit menempel di kulit, sirip, serta insang. Bekas penyerangan kelihatan kemerah-merahan.

Pencegahan terhadap serangan penyakit kutu ikan (Argulus) adalah melakukan pengeringan kolam serta pengapuran sebanyak 200 g/m², melakukan penyaringan Air masuk.

ARTIKEL POPULER