Penyakit yang menyerang tanaman jahe perlu diwaspadai, karena berpotensi menimbulkan kerugian sangat besar bagi kegiatan usaha budidaya jahe. Tanaman jahe termasuk tanaman temu-temuan bernilai ekonomis tinggi sehingga perlu mendapat perhatian serius saat melakukan budidaya agar produksi yang dihasilkan optimal. Meskipun penyebab kegagalan budidaya jahe tidak hanya disebabkan oleh serangan penyakit, namun faktor serangan hama dan penyakit tanaman menjadi faktor dominan dalam budidaya pertanian. Pada artikel kali ini, kami akan mengulas mengenai penyakit tanaman jahe secara lebih rinci, sedangkan masalah hama pengganggu tanaman jahe kami uraikan pada artikel terpisah. Penjelasan mengenai hama pengganggu dapat Anda lihat di
Hama Tanaman Jahe
Penyakit Tanaman Jahe
Penyakit tanaman jahe adalah organisme pengganggu yang dapat merugikan atau bahkan menggagalkan kegiatan budidaya jahe. Penyakit tanaman jahe bisa disebabkan karena infeksi bakteri maupun fungi (cendawan). Berikut ini beberapa jenis penyakit yang biasa menyerang tanaman jahe.
Penyakit busuk rimpang pada tanaman jahe
Penyakit busuk rimpang pada tanaman jahe disebabkan oleh serangan cendawan atau fungi dan bakteri. Cendawan yang biasa menyerang tanaman jahe dan mengakibatkan busuk timpang adalah
Fusarium oxysporium dan
Rhizoctonia solani. Sementara itu, bakteri yang menyebabkan penyakit busuk rimpang pada tanaman jahe adalah
Pseudomonas sp.
Penyakit busuk rimpang pada tanaman yang diakibatkan infeksi cendawan Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani
Cendawan ini akan menyerang dengan ganas pada kondisi suhu udara 20-25°C. Patogen ini akan berembang dengan baik dan menyerang parah jika jarak penanam jahe terlalu rapat. Penularan dari satu tanaman yang terinfeksi ke tanaman lain sangat cepat. Penularan penyakit ini bisa melalui tanah atau bibit dari rimpang jahe yang sebelumnya telah terserang.
Gejala serangan penyakit Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani pada tanaman jahe
Gejala serangan ditandai adanya daun tanaman jahe yang menguning pada bagian tepinya, kemudian layu dan tanaman jahe akan mati. Bagian batang tanaman yang mati masih cukup kuat menempel pada rimpang jahe, sedangkan tunas akan mudah dicabut. Bagian dalam batang semu berwarna kecokelatan membentu cincin. Rimpang jahe yang terserang akan mengerut dengan bagian dalam yang berwarna gelam kecokelatan atau kehitaman. Penyakit ini mampu menggagalkan areal pertanaman hingga 50%. Cendawan
Fusarium oxysporium tidak hanya menyerang di areal pertanaman, tetapi juga menyerang selama dalam penyimpanan dan mengakibatkan busuk kering pada rimpang jahe.
Pengendalian penyakit Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani pada tanaman jahe
Penyakit ini sangat sulit dikendalikan, dan menjadi patogen yang sangat ditakuti oleh petani. Selain menyerang tanaman jahe,
Fusarium oxysporium dan
Rhizoctonia solani juga menyerang beberapa tanaman lain, seperti tomat, cabai, kentang, dan tembakau. Aplikasi pestisida kimia hampir tidak bisa mengendalikan serangan penyakit ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan
Fusarium oxysporium dan
Rhizoctonia solani adalah dengan pengendalian secara organik, yaitu dengan aplikasi agensia hayati dari golongan fungi,
Trichoderma sp. dan
Gliocladium sp. yang dicampurkan dalam
pupuk organik. Perendaman bibit dengan kedua agensia hayati tersebut sebelum ditanam di lahan. Jika terjadi serangan di lahan, dapat diaplikasikan pestisida organik dengan cara pengocoran. Pestisida organik yang bisa digunakan adalah wonderfat. Dapat juga dilakukan pengocoran menggunakan kedua agensi hayati tersebut dengan interval 14 hari sekali.
Penyakit busuk rimpang pada tanaman yang diakibatkan infeksi bakteri Pseudomonas sp. pada tanaman jahe
Bakteri
Pseudomonas sp. merupakan patogen dengan tingkat keganasan serangan menyerupai penyakit
Fusarium oxysporium. Penyakit ini juga sangat sulit dikendalikan. Penularan penyakit bakteri
Pseudomonas sp. bisa melalui tanaha atau bibit dari rimpang yang sebelumnya terserang. Bakteri
Pseudomonas sp. memiliki banyak tanaman inang, sama seperti
Fusarium oxysporium. Penyakit ini juga mampu menggagalkan areal pertanaman hingga 50%. Jadi, jika serangan bakteri ini diberengi dengan serangan
Fusarium oxysporium, sudah bisa dibayangkan bagaimana kerugian yang akan dialami oleh petani atau pembudidaya jahe.
Genjala bakteri Pseudomonas sp. pada tanaman jahe
Tanaman jahe yang terserang bakteri
Pseudomonas sp. ditunjukkan dengan gejala berupa daun tanaman yang melipat atau menggulung. Warna daun akan menguning, kemudian berubah menjadi kecokelatan dan akhirnya mengering. Gejala tersebut biasanya didahului dari daun-daun yang sudah tua. Tunas dan batang semu akan membusuk kemudian tanaman mati. Rimpang jahe akan berwarna gelap dan membusuk dan terdapat cairan atau lendir yang berwarna putih atau cokelat susu. Bakteri
Pseudomonas sp. tidak hanya menyerang di areal pertanaman, tetapi juga menyerang selama dalam penyimpanan dan mengakibatkan busuk basah pada rimpang jahe.
Pengendalian penyakit bakteri Pseudomonas sp. pada tanaman jahe
Bakteri
Pseudomonas sp. merupakan salah satu penyakit yang sangat sulit dikendalikan. Penyakit ini akan menyerang parah jika kelembaban di areal peranaman sangat tinggi, terutama jika terjadi genangan air di sekitar penanaman. Upaya pengendalian penyakit ini sama seperti pengendalian penyakit yang disebabkan oleh cendawan
Fusarium oxysporium.
Penyakit bercak daun pada tanaman jahe
Penyakit bercak daun pada tanaman jahe disebabkan oleh infeksi cendawan
Phyllostica zingiberi. Penularan penyakit ini dapat diakibatkan oleh tiupan angin, yaitu dengan menyebarkan spora cendawan.
Gejala serangan penyakit bercak daun Phyllostica zingiberi pada tanaman jahe
Tanaman jahe yang terserang penyakit bercak daun
Phyllostica zingiberi ditunjukkan dengan gejala adanya bercak-bercak kuning pada permukaan daun yang berdiameter antara 3-5 mm yang lama-kelamaan bercak tersebut akan berubah menjadi cokelat dan mengering. Pada serangan parah dan tidak terkendali, warna bercak akan berubah menjadi abu-abu dengan titik-titik hitam pada bagin tengahnya yang merupakan koloni dari miselium cendawan. Daun akan berubah mengecil, dan daun muda tampak klorosis. Pada serangan yang berat, tanaman akan mati.
Pengendalian serangan penyakit bercak daun Phyllostica zingiberi pada tanaman jahe
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan merendam benih dengan agensia hayati
Trichoderma sp. dan
Gliocladium sp. seperti penanganan pada penyakit busuk rimpang. Penanganan terhadap tanaman yang terserang di lahan menggunakan pestisida kimia. Sejauh ini belum ada pestisida organik yang cukup efektif mengendalikan penyakit ini. Penyemprotan menggunakan pestisida fungisida berbahan aktif benomil, metil tiofanat, klorotalonil, dan mankozeb, secara berseling dengan interval 14 hari sekali. Dosis atau konsentrasi larutan sesuai dengan petunjuk yang tertera pada kemasan.