Selain permintaan terhadap buah naga dalam bentuk segar untuk dikonsumsi langsung oleh konsumen, permintaan dalam bentuk olahan juga cukup banyak dan semakin mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Secara umum, selain dikonsumsi dalam bentuk segar, buah naga juga banyak digunakan sebagai bahan baku pada industri-industri makanan, minuman, kosmetik, serta obat-obatan tradisional. Karena permintaan yang kian meningkat, sementara suplai buah naga secara nasional masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat, tak heran jika harga buah naga cukup mahal. Untuk buah naga super red, hingga artikel ini dibuat, di pasaran masih banyak yang dijual dengan harga Rp 20.000 – Rp 25.000 per kilogram. Harga yang terbilang sangat fantastis untuk sebuah produk pertanian. Oleh karena itu, buah ini menjadi salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi.
Selain tingginya nilai ekonomis tersebut, bisnis buah naga juga masih memiliki beberapa keuntungan lain, diantaranya adalah biaya pemeliharaan yang rendah dan produktivitas tanaman yang tinggi. Bisa dibayangkan, bagaimana dengan biaya pemeliharaan yang minim, potensi hasil yang tinggi, dan harga yang sangat eksklusif, pasti keuntungan bisnis tersebut sangat berimpah ruah. Tak heran, jika saat ini banyak masyarakat khususnya petani yang berbondong-bondong untuk mencoba peruntungan membidik peluang usaha bisnis buah naga. Ya, jika tertarik dengan dunia pertanian membidik peluang usaha bisnis ini merupakan suatu keputusan yang sangat rasional.
Disamping ketahanan yang cukup baik terhadap serangan hama penyakit, penanganan dan pemeliharaan tanaman juga tidak terlalu sulit dan rumit. Sehingga penanganan dan pemeliharaan selama proses produksi tidak terlalu tinggi, yang berarti pengeluaran utuk biaya tenaga kerja pemeliharaan dan penanganan tanaman juga tidak terlalu tinggi. Hal tersebut tentu akan meningkatkan prosentase keuntungan dalam usaha bisnis buah naga.
Disamping rendahnya biaya produksi, produktivitas buah naga juga layak diperhitungkan. Untuk lahan seluas 1.600 m², dengan sistem pemeliharaan tiang tunggal, produksi tanaman berpotensi menghasilkan 8 ton buah naga segar kelas A, B, C,D pada tiga tahun pertama. Hal ini berarti setiap tahun pada lahan 1.600 m² rata-rata menghasilkan 2,67 ton. Jika harga ditingkat petani untuk semua kelas atau grade rata-rata Rp 14.000 per kilogram, berarti lahan tersebut mampu menghasilkan pendapatan kotor sebesar Rp 37.380.000. Sebuah potensi penghasilan yang luar biasa, mengingat lahan yang dimanfaatkan hanya seluas 1.600 m². Untuk mengetahui selengkapnya mengenai perhitungan biaya produksi maupun keuntungan lebih lengkap, akan kami bahas pada Analisa Usaha Bisnis Budidaya Buah Naga.
Demikian informasi singkat yang kami sajikan, semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih atas kunjungannya, salam Tanijogonegoro.