WISATA DIENG PLATEAU

SEJARAH SINGKAT DIENG PLATEAU DAN WONOSOBO

Dieng Plateau merupakan sebuah penggunungan di sekitar lereng Dieng Kabupaten Wonosobo, salah satu kabupaten yang terletak di propinsi Jawa Tengah. Ribuan tahun yang silam, kota ini 'disaba' (dimasuki) oleh orang-orang Keling (India) untuk memindahkan kekuasaanya ke Pulau Jawa tepatnya di Pegunungan Dieng. Orang-orang Keling ini disimbolkan dalam diri Sang Hyang Jagadnata yaitu sosok dewa penguasa kerajaan Jambudwipa di Himalaya. Mereka memindahkan kekuasaanya ke Dataran tinggi Dieng karena diserbu oleh pengembara Hun dari padang rumput Eurasia serta sebaran pengaruh Helenisasi dari Yunani dan Romawi yaitu pengelanaan Iskandar Zulkarnain (Alexander The Great). Salah satu keturunan tokoh Sang Hyang Jagadnata bernama Ajisaka pertama kali datang ke Pulau Jawa telah memilih untuk bertapa di Pegunungan Dieng (Ardi Hyang).

MATA AIR PERADABAN DIENG PLATEAU WONOSOBO

WISATA DIENG PLATEAU
Menurut KH. A. Kholiq Arif (Bupati Wonosobo saat ini) dalam bukunya yang berjudul "Mata Air Peradaban Dua Millenium Wonosobo", awal wangsa-wangsa Jawa muncul adalah di daerah sekitar Dieng (Wonosobo) yaitu Kerajaan Kalingga dengan wilayah kekuasaanya membentang di pesisir utara Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Setelah itu disusul munculnya dinasti Sanjaya-Syailendra (Kerajaan Mataram I) yang menggantikan Kerajaan Kalingga. Kerajaan Kalingga di Jawa ini kemungkinan merupakan kelanjutan dari Kalingga di India (Kalingga = Kaling/Holing menjadi nama kerajaan yakni Kalingga di wilayah sekitar Kashmir yang pernah diinvasi oleh Dinasti Gupta). Bukti munculnya wangsa-wangsa terutama Sanjaya-Syailendra ditandai adanya beberapa prasasti dan candi-candi besar di jawa seperti Candi Dieng, Kalasan, Borobudur, Gedung Songo, Baka, dll. Dari kesekian candi-candi yang tersebar di Jawa Tengah tersebut, candi dieng lah yang memiliki pengaruh gaya arsitektur yang sangat kuat dengan gaya Gupta dan Caluknya (India Selatan). Lebih lanjut menurut Beliau, posisi strategis Dieng dan Wonosobo membuktikan bahwa wilayah ini memiliki peran yang sangat besar yang menentukan arah dan perkembangan konstelasi historis Jawa bahkan Nusantara. Maka dikatakannya "Dari Wonosobolah sesungguhnya 'mata air' peradaban Nusantara itu bersumber dan terus mengalir".

WISATA DIENG PLATEAU




Wisata Dieng terletak di dua kawasan yaitu Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Tepatnya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Perjalanan menuju kompleks lokasi wisata Dieng pun dapat ditempuh melalui dua arah utama dari Wonosobo dan Banjarnegara.

Dieng merupakan salah satu obyek wisata nuansa pegunungan di Jawa Tengah yang memiliki ketinggian tempat sekitar 2.000 mdpl, pegunungan dieng memiliki beberapa kepunden kawah sehingga dikatakan sebagai gunung api raksasa. Dieng yang merupakan kawasan vulkanik aktif ini memiliki suhu udara berkisar 15—20°C pada waktu siang hari dan 10°C pada malam hari. Daerah dingin kawasan dieng plateau menjadi momok bagi warga setempat setiap kali muncul embun beku terutama di pagi hari. Embun beku di dieng plateau ini sering terjadi pada musim kemarau dengan suhu udara mencapai hingga 0°C. Areal pertanian hancur akibat datangnya embun beku, warga sekitar menyebutnya sebagai 'bun upas' (embun racun).

Kawasan wisata Dieng Plateau memiliki kawasan pegunungan eksotik yang sangat indah. Terletak di desa Sembungan dengan ketinggian tempat 2.350 mdpl. Kawasan wisata di Dieng ini dinamakan Si Kunir. Si Kunir menjadi primadona wisata kompleks Dieng Plateau, karena dari ketinggian inilah wisatawan dapat menikmati keindahan sunrise di pagi hari bagaikan di atas awan. Oleh karenanya obyek wisata si kunir Dieng Plateu terkenal dengan istilah bumi kahyangan atau negeri di atas awan. Untuk dapat menikmati keindahan sunrise di si kunir Dieng Plateau, perjalanan menuju puncak wisata dilakukan dini hari.

OBYEK WISATA DIENG PLATEAU

Objek wisata dieng plateau meliputi Gardu Pandang Wisata Dieng Plateau (Tieng), Wisata Dieng Tuk Bimo Lukar, Wisata Dieng Plateau Theatre, Wisata Museum Kailasa Dieng, Wisata Telaga Warna Dieng, Wisata OASE Dieng Plateau (Obyek Wisata Air Telaga Sewiwi), Wisata Dieng Telaga Merdada, Pemandian Air Panas Bitingan Dieng Plateau, Wisata Dieng Air Terjun Sirawe, Wisata Dieng Sumur Jalatunda, Wisata Sikunir Dieng, Wisata Dieng Goa Jimat/Gua Upas, Wisata Dieng Pertapan Mandalasari, Wisata Dieng Darmasala, Wisata Sendang Sedayu Dieng, Wisata Gangsiran Aswotomo Dieng Plateau, Wisata Dieng PLTP Panas Bumi, Wisata Watu Kelir Dieng Plateau, Wisata Dieng Ondo Budo, Wisata Dieng Pendopo Soeharto-Whitlem, Pos Pengamatan Gunung Api Dieng Plateau, Wisata Komplek Candi Arjuna Dieng Plateau, Wisata Kawah Sikidang Dieng Plateau, Wisata Kawah Candradimuka Dieng Plateau, Wisata Kawah Sileri Dieng Plateau, Wisata Kawah Sibanteng Dieng Plateau, dan Wisata Kawah Sinila Dieng Plateau.

BUDIDAYA PEPAYA

Cara praktis budidaya pepaya yang akan saya uraikan disini, bermaksud memanfaatkan bedengan bekas ditanami tanaman bernilai ekonomis tinggi, seperti lahan bekas budidaya cabe, budidaya melon, budidaya terong, budidaya tomat dll dimana dalam sistem budidaya yang digunakan menggunakan sistem mulsa PHP (Plastik Hitam Perak). Dengan asumsi pemupukan dasar saat penanaman tanaman pertama sesuai petunjuk budidaya yang sudah saya uraikan (lihat budidaya cabe, budidaya melon, budidaya tomat, budidaya terong).

Syarat Tumbuh Tanaman Pepaya

Tanaman pepaya tumbuh optimal pada daerah berketinggian tempat antara 200-500 mdpl. Tanaman pepaya membutuhkan sinar matahari penuh tanpa naungan, suhu udara berkisar 22-26°C, pH tanah 6-7.

Tanaman pepaya termasuk tanaman yang sensitif terhadap kekurangan dan kelebihan air. Jika terjadi kekurangan air, pertumbuhannya terhambat dan buah pepaya berbentuk tidak sempurna. Sedangkan jika kelebihan air (terutama ada genangan air) akar tanaman tidak dapat bernafas dengan baik, sehingga mudah terserang penyakit penyebab layu.

PELAKSANAAN BUDIDAYA PEPAYA




Persiapan Lahan

Persiapan lahan pada budidaya tanaman ini meliputi pembuatan lubang tanam (pembolongan mulsa) tepat di tengah bedengan dengan jarak tanam ideal 2,75m zigzag. Sistem tanam zigzag bertujuan menjaga kelembaban antar bedengan, terutama saat musim hujan. Lubangi mulsa dengan panjang 40cm, lebar 40cm. Bisa juga berbentuk bulat berdiameter 50 cm, kemudian dilakukan pembuatan lubang tanam dengan panjang 25cm, lebar 25cm, dan kedalaman 25cm. Pemberian pupuk kandang fermentasi dilakukan 2 minggu sebelum tanam sebanyak 0,5kg/lubang tanam, pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 200 g/lubang tanam.

Persiapan Pembibitan dan Penanaman

Persiapan pembibitan selama budidaya membutuhkan rumah atau sungkup pembibitan untuk melindungi bibit muda. Kemudian menyediakan media semai dengan komposisi 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, dan 150 g NPK halus. Media campuran dimasukkan ke dalam polibag semai berukuran 8cmx10cm. Benih pepaya disemaikan ke dalam media sebanyak 1 butir/media. Untuk mempercepat perkecambahan benih permukaan media ditutup dengan kain goni (bisa juga menggunakan mulsa PHP), dijaga dalam keadaan lembab.

Pembukaan penutup permukaan media semai dilakukan apabila benih sudah berkecambah, baru kemudian benih disungkup menggunakan plastik transparan. Pembukaan sungkup dimulai jam 07.00-09.00, dibuka lagi jam 15.00-17.00. Umur 14 hari menjelang tanam sungkup harus dibuka secara penuh untuk penguatan tanaman. Penyiraman jangan terlalu basah, dilakukan setiap pagi. Penyemprotan kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif simoksanil dan insektisida berbahan aktif imidakloprid dilakukan umur 30 hss (hari setelah semai). Dosis/konsentrasi ½ dosis/konsentrasi terendah. Bibit berdaun sejati 4 helai siap pindah tanam ke lahan.

PEMELIHARAAN TANAMAN PEPAYA

Penyulaman

Penyulaman selama budidaya dilakukan sampai umur tanaman 1,5 bulan. Tanaman yang sudah terlalu tua apabila masih terus disulam akan berpengaruh terhadap pengendalian hama penyakit.

Perempelan

Perempelan tunas samping dilakukan pada tunas yang keluar di ketiak daun. Bertujuan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, agar tanaman pepaya tumbuh kekar, disamping itu juga menjaga kelembaban saat tanaman pepaya sudah dewasa. Dilakukan sampai munculnya bunga pertama.

Sanitasi Lahan dan Pengairan

Sanitasi lahan pada budidaya tanaman pepaya meliputi : pengendalian gulma/rumput, pengendalian air saat musim hujan sehingga tidak muncul genangan.

Pengairan diberikan secara terukur, dengan penggenangan atau pengeleban 2 minggu sekali jika tidak turun hujan. Penggenangan jangan terlalu tinggi, batas penggenangan hanya 1/3 tinggi bedengan.

Pemupukan Susulan

Pupuk akar diberikan sebulan sekali dengan cara pengocoran, yaitu pada umur 1-4 bulan dosisnya 4kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, tiap tanaman pepaya diberikan 1lt. Sedangkan umur di atas 4 bulan dosisnya 5kg NPK 15-15-15, 1kg ZK dilarutkan dalam 200lt air, tiap tanaman pepaya diberikan 1lt.

Pupuk daun kandungan Nitrogen tinggi diberikan umur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan, sedangkan kandungan Phospat dan kalium tinggi diberikan umur di atas 6 bulan.

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TANAMAN PEPAYA


HAMA TANAMAN PEPAYA

Kutu Daun

Kutu daun mengisap cairan tanaman pepaya terutama pada daun muda, kotoran kutu berasa manis sehingga mengundang semut. Daun pepaya terserang mengalami klorosis (kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman pepaya kerdil. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Kutu Putih

Kutu putih berbentuk bulat dan berwarna kehijauan, seluruh tubuhnya diselumuti lapisan lilin berwarna putih. Hama menyerang tanaman pepaya dengan cara menghisap cairan daun dan menyelubungi buah pepaya. Serangan pada bunga menyebabkan kerontokan. Kotorannya sangat manis sehingga mengundang semut. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Kutu Kebul

Hama ini berwarna putih, bersayap, tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menghisap cairan sel daun sehingga sel-sel dan jaringan daun pepaya rusak. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Tungau

Tungau bersembunyi di balik daun pepaya dan menghisap cairan daun. Daun pepaya terserang awalnya muncul bintik-bintik berwarna putih, serangan berat seluruh permukaan daun akan tampak berselaput putih, serta pada permukaan bawah daun terdapat benang-benang halus berwarna merah atau kuning. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida akarisida berbahan aktif propargit, dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau fenpropatrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

PENYAKIT TANAMAN PEPAYA

Layu Bakteri

Serangannya disebabkan oleh bakteri, daun pepaya terserang terkulai lemas lalu gugur, pucuk tanaman pepaya membusuk dan terus menjalar ke bawah sampai akhirnya seluruh tanaman pepaya membusuk. Pengendaliannya dengan membongkar tanaman pepaya sakit sampai ke akar-akarnya, serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah setiap 1 bulan sekali, contoh super glio, wonderfat. Dosis/konsentrasi sesuai anjuran pada kemasan.

Busuk Phytopthora

Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman pepaya. Pangkal batang terserang membusuk kemudian terkulai, serangan serius menyebabkan tanaman pepaya layu. Daun pepaya terserang seperti tersiram air panas, layu, menguning dan menggantung di sekitar batang sebelum akhirnya rontok. Akar lateral membusuk, membentuk massa spora berwarna coklat tua, lunak serta berbau tidak enak. Pada buah serangan dimulai dari tangkai buah pepaya, buah diselimuti miselium cendawan berwarna putih, akhirnya buah pepaya mengeriput berwarna hitam. Pengendaliannya dengan sanitasi kebun, membongkar tanaman pepaya terserang sampai ke akar-akarnya, serta memusnahkan buah pepaya terserang. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai anjuran pada kemasan.

Antraknosa

Serangan antraknosa pada buah pepaya muda berbentuk luka kecil ditandai adanya getah yang keluar dan mengental, pada buah pepaya menjelang masak ditandai bulatan-bulatan kecil berwarna gelap, saat buah pepaya mulai masak bulatan semakin membesar berlekuk berwarna cokelat tua, disini cendawan akan membentuk massa spora. Pengendaliannya dengan sanitasi kebun, serta memusnahkan buah pepaya terserang. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Virus

Gejala serangan virus umumnya ditandai dengan pertumbuhan tanaman pepaya mengerdil, daun mengeriting, terdapat bercak kuning kebasah-basahan dengan sisi daun pepaya bergaris-garis tidak teratur (mosaik). Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit virus ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya adalah thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama pada saat pemangkasan. Beberapa upaya penanganan virus antara lain : membersihkan gulma (gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman pepaya terserang virus, kebersihan alat dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap tanaman pepaya.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Budidaya Tanaman Pepaya

Penyemprotan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan, jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut. Pepaya merupakan tanaman tahan terhadap serangan hama penyakit tanaman, sehingga penyemprotan dapat dilakukan 1 minggu sekali atau sesuai kebutuhan. Jadi penggunaan pestisida dapat dihemat.

PANEN PEPAYA

Buah pepaya dapat dipanen saat tanaman berumur 7 bulan. Buah dipanen adalah buah 20% masak. Untuk menjaga kondisi tanaman pepaya agar tetap sehat, saat pemanenan gunakan pisau atau sejenisnya supaya bekas potongan tidak mudah terserang penyakit terutama musim hujan.

BUDIDAYA MELON

Budidaya Melon - Melon (Cucumis melo) merupakan salah satu komoditas hortikultura bernilai ekonomis tinggi. Keberhasilan selama proses budidaya melon menjadi faktor penentu dalam mendatangkan keuntungan tinggi bagi petani atau pelaku usaha yang membidik peluang usaha budidaya tanaman melon. Budidaya pertanian ini banyak dilirik petani karena harganya relatif stabil atau bisa dikatakan fluktuasi harganya masih dalam batas kewajaran.

CARA MENANAM MELON MENGGUNAKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA YANG SANGAT APLIKATIF

Cara menanam melon yang akan kami uraikan disini sangat aplikastif sehingga mudah diterapkan oleh para petani. Teknik budidaya tanaman melon disesuaikan dengan kondisi lingkungan saat ini terutama dalam mengantisipasi serangan hama penyakit tanaman. Seperti kita ketahui bahwa serangan hama penyakit yang tak terkendali dapat menggagalkan panen hingga 80% pada budidaya tanaman melon, untuk itu dalam mengantisipasinya diperlukan teknik dan cara budidaya yang benar.

Tanaman melon memerlukan curah hujan antara 2000-3000 mm/th dengan ketinggian tempat optimal 200-900 mdpl. Intensitas sinar matahari berkisar antara 10-12 jam per hari. Suhu optimal untuk perkecambahan benih berkisar 28°-30°C, untuk pertumbuhan vegetatif 20-25°C serta untuk pembungaan >25°C. Rasa buah melon yang manis akan tercapai apabila selisih suhu antara siang malam cukup tinggi. Suhu siang hari untuk pembesaran 26°C sehingga dapat meningkatkan fotosintesis. Sedangkan suhu malam harinya <20°C untuk menekan proses respirasi cadangan makanan. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman ini karena 90% kandungan buah melon terdiri dari air. Lokasi penanaman melon sebaiknya bukan bekas lahan budidaya tanaman melon atau tanaman sefamili. Minimal sudah diberakan selama 2 tahun untuk memutus siklus hidup hama penyakit tanaman.

PERSIAPAN TEKNIS

Sebelum pelaksanaan budidaya tanaman melon, perlu dilakukan persiapan teknis agar hasil panen optimal. Dalam hal ini kita perlu mengetahui tingkat keasaman tanah tempat budidaya tanaman melon atau derajat keasaman tanahnya. Dengan mengetahui tingkat keasaman tanah diharapkan dapat memanipulasi kondisi tanah agar kondusif untuk pertumbuhan tanaman. Nilai keasaman tanah (pH tanah) dapat kita ketahui dengan cara melakukan pengukuran pH tanah. Pengukuran pH tanah diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian kapur pertanian terutama untuk tanah masam (pH rendah khususnya pH di bawah 6,5) karena mayoritas tanah di Indonesia tergolong berjenis tanah asam. Pengukuran pH tanah bisa dilakukan menggunakan kertas lakmus, pH meter, atau cairan pH tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan secara zigzag. Penambahan kapur pertanian untuk tanah asam bertujuan menetralkan nilai pH tanah yaitu menjadi 7 atau setidaknya mendekati 7. Tanah bernilai pH ini, unsur hara dalam tanah dalam kondisi tersedia serta mudah diserap olah akar tanaman, tentunya memerlukan bantuan air.

PELAKSANAAN




Pelaksanaan budidaya tanaman melon meliputi persiapan lahan, persiapan benih, penanaman, pemeliharaan tanaman (meliputi penyulaman tanaman, pengikatan, pemangkasan, sanitasi lahan, pengairan, pemupukan susulan), serta pengendalian hama penyakit melon. Agar budidaya tanaman sesuai harapan petani melon, pemahaman mengenai hal ini menjadi sangat penting. Berikut ini akan kami uraikan inti dari setiap jenis kegiatan di atas:

Persiapan Lahan

Pada kegiatan budidaya tanaman melon, persiapan lahan yang harus dilakukan meliputi pembajakan dan penggaruan tanah, pembuatan bedengan kasar, lebar 110-120 cm, tinggi 40-70 cm, lebar parit 50-70 cm, pengapuran 200 kg/rol mulsa untuk tanah di bawah 6,5, pemberian pupuk kandang yang sudah difermentasi 40 ton/ha dan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/rol mulsa PHP, pengadukan bedengan agar tersebar merata, persiapan selanjutnya adalah pemasangan plastik mulsa, pembuatan lubang tanam untuk musim kemarau jarak ideal 60 cm x 60 cm sedangkan untuk musim hujan jarak ideal adalah 70 cm x 70 cm, lanjutkan dengan pemasangan ajir. Untuk menjaga kelembaban, sebaiknya menggunakan sistem ajir tegak. Setiap ajir dihubungkan dengan gelagar. Gelagar ini disamping menghubungkan ajir satu dengan lainnya juga berfungsi sebagai tempat penggantungan buah melon. Sebagai penguat, pada ajir paling pinggir dipasang ajir miring sebagai kuda-kuda membentuk sudut ±45°.

Pembibitan dan Penanaman Melon

Persiapan pembibitan membutuhkan rumah (sungkup) pembibitan untuk melindungi bibit melon muda. Kemudian menyediakan media semai dengan komposisi 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, dan 150 g NPK halus. Media campuran dimasukkan ke dalam polibag semai. Sebelum disemai, lakukan perendaman benih melon dalam larutan fungisida (sistemik) dengan bahan aktif simokanil, atau bisa juga metalaksil. Perendaman dilakukan selama ± 6 jam (½ dari dosis terendah pada kemasan). Untuk mempercepat perkecambahan melon, lakukan penutupan pada permukaan media, bisa menggunakan kain goni atau bagor, atau mulsa. Media harus tetap dijaga agar tetap dalam keadaan lembab. Saat benih melon telah berkecambah, penutup permukaan media semai bisa dibuka, kemudian gunakan plastik transparan sebagai sungkup.
Pembukaan sungkup dimulai saat jam 07.00 - 09.00, dibuka lagi jam 15.00-17.00. Umur 5 hari menjelang tanam sungkup harus dibuka secara penuh untuk penguatan tanaman. Penyiraman jangan terlalu basah, dilakukan setiap pagi. Penyemprotan menggunakan fungisida berbahan aktif simoksanil dan insektisida berbahan aktif imidakloprid saat umur 8 hss (hari setelah semai), dosis ½ dari dosis terendah. Bibit melon berdaun sejati 4 helai siap untuk pindah tanam ke lahan.

PEMELIHARAAN TANAMAN MELON

Pemeliharaan pada budidaya tanaman melon meliputi penyulaman tanaman, pengikatan tanaman pada ajir atau lanjaran, pemangkasan cabang melon, sanitasi lahan, pengairan atau irigasi, serta pemupukan susulan baik melalui akar maupun daun. Perawatan rutin selama budidaya tanaman melon sangat menentukan hasil produk buah melon karena budidaya tanaman ini termasuk salah satu budidaya tanaman hortikultura bernilai ekonomis tinggi sehingga memerlukan perawatan intensif, disamping itu juga termasuk budidaya pertanian yang membutuhkan biaya tinggi selama proses budidayanya.

Penyulaman Tanaman

Penyulaman pada budidaya tanaman melon dilakukan sampai umur tanaman 2 minggu. Tanaman berumur terlalu tua apabila masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap pengendalian hama penyakit selama budidaya tanaman melon.

Pengikatan dan Pemangkasan

Pada budidaya tanaman melon, untuk menjaga kelembaban serta mengatur sirkulasi udara di seputar tanaman perlu dilakukan pengikatan maupun pemangkasan tanaman. Melon termasuk tanaman merambat dengan pertumbuhan cepat, untuk itu sedini mungkin harus sudah segera diikatkan pada ajir, pengikatan dilakukan setiap jarak 40 cm.
Pemangkasan cabang pada budidaya tanaman melon bertujuan untuk memelihara cabang sesuai yang dikehendaki. Agar sirkulasi udara di sekitar arel budidaya lancar maka dianjurkan memelihara satu cabang utama. Pemangkasan cabang lateral dimulai dari ruas ke-1 sampai ke-6. Cabang lateral pada ruas ke-7 sampai ke-10 dipelihara sebagai tempat bakal buah melon. Bakal buah diseleksi saat ukuran buah melon minimal sebesar telur, dipilih 2 buah melon yang sempurna. Setelah dilakukan seleksi buah, cabang lateral yang buahnya dipelihara dipangkas dengan menyisakan 3 helai daun diatasnya. Sedangkan cabang lateral yang buahnya tidak dipelihara, yang satu dipangkas di ruas ke-2 dan yang satunya lagi dipelihara sebagai cadangan daun untuk mengantisipasi kekurangan daun akibat serangan hama penyakit tanaman. Pemangkasan cabang lateral dilanjutkan pada ruas ke-12 sampai ke-33. Ujung cabang utama diatas ruas ke-33 kemudian dipangkas.
Buah melon perlu diikat pada gelagar untuk membantu batang tanaman menyangga beban buah melon. Pengikatan dilakukan pada cabang lateral yang berhubungan dengan tangkai buah melon membentuk huruf T.

Sanitasi Lahan dan Pengairan

Sanitasi lahan pada budidaya tanaman melon meliputi : pengendalian gulma/rumput, pengendalian air saat musim hujan sehingga tidak muncul genangan, pemangkasan daun melon serta pencabutan tanaman terserang hama penyakit tanaman.
Pengairan diberikan secara terukur, dengan penggenangan atau pengeleban seminggu sekali jika tidak turun hujan. Penggenangan jangan terlalu tinggi, batas penggenangan hanya 1/3 dari tinggi bedengan.

Pemupukan Susulan

Pemupukan susulan pada budidaya tanaman melon diberikan baik melalui akar maupun daun. Pupuk akar diberikan melalui pengocoran saat umur melon 15 hst, 25 hst, 35 hst (dosis 3kg NPK 15-15-15 dan 1kg ZK dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman, tiap tanaman diberikan 200ml).
Pupuk daun kandungan nitrogen tinggi diberikan saat umur melon 7 hst dan 24 hst, sedangkan kandungan phospat, kalium dan mikro tinggi diberikan umur 20 hst, 30 hst serta 45 hst.

Defisiensi Unsur Hara

Defifiensi atau kahat unsur hara adalan kondisi dimana tanaman kekurangan makanan dalam hal ini adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk melangsungkan proses hidupnya. Defisiensi atau kekurangan unsur hara pada budidaya tanaman melon tervital adalah saat tanaman kekurangan unsur kalium dan magnesium, karena kedua unsur ini mempengaruhi hasil panen buah melon. Deteksi dini adanya kahat kedua unsur ini perlu diketahui agar hasil peroduksi buah melon semakin optimal.

Kalium

Tanaman melon memerlukan unsur hara kalium dalam jumlah sangat banyak. Unsur ini berperan penting baik dalam penyusunan protein maupun karbohidrat. Selain itu pemberian unsur kalium yang cukup juga akan meningkatkan kualitas buah melon serta meningkatkan ketahanan tanaman baik terhadap serangan hama penyakit maupun kekeringan. Kekurangan kalium ditandai adanya gejala tepi daun melon menjadi kuning muda, kemudian berubah menjadi kecoklatan, akhirnya robek seolah bergerigi. Untuk mengatasi kekurangan unsur hara kalium dapat dilakukan pengocoran menggunakan pupuk KNO3, dapat pula dilakukan penyemprotan pupuk daun berkandungan kalium tinggi, misalnya pupuk MKP (Mono Kalium Phospat).

Magnesium

Selama proses budidaya, tanaman juga membutuhkan unsur magnesium dalam jumlah relatif banyak. Unsur ini berfungsi membentuk klorofil (zat hijau daun) serta mengaktifkan enzim-enzim dalam proses metabolisme. Kekurangan unsur magnesium ditandai terjadinya klorosis diantara tulang daun melon, warna daun menguning, terdapat bercak merah kecoklatan sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau. Untuk mengatasi kekurangan unsur ini dapat dilakukan pengapuran dan penyemprotan pupuk daun berkandungan unsur magnesiun tinggi, misal magnesium sulfat.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN MELON

Masalah vital yang menjadi momok para petani melon tak lain adalah ketika melihat tanaman budidaya hancur terserang hama penyakit. Bayangan kegagalan melintasi benak mereka, menjadi sangat menyedihkan manakala kerugian juga menyertainya. Teknik dan cara budidaya tanaman melon perlu dikuasai untuk menghindari hal ini atau setidaknya menimimalkan resiko kegagalan selama proses budidaya, terutama cara pengendalian hama penyakit pada budidaya tanaman melon.

HAMA MELON

Hama Gangsir

Hama gangsir menyerang batang melon muda terutama pada tanaman baru saja pindah tanam. Serangannya dilakukan malam hari, hama gangsir memotong batang tanaman tetapi tidak memakannya. Hama ini bersembunyi di dalam tanah (membuat liang pada tanah), keberadaan gangsir dapat dicirikan adanya onggokan tanah di muka liang. Cara pengendaliannya adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram per lubang tanam.

Hama Ulat Tanah

Hama jenis ini menyerang tanaman saat malam hari, sedangkan siang harinya bersembunyi di dalam tanah, terkadang juga bersembunyi di balik mulsa PHP. Hama ulat tanah menyerang batang tanaman muda, sama seperti hama gangsir, ulat tanah menyerang tanaman melon dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan juga ulat pemotong. Cara pengendalia pada budidaya tanaman melon adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram per lubang tanam.

Hama Ulat Grayak

Hama ulat grayak menyerang daun tanaman bersama-sama dalam jumlah sangat banyak, hama ulat ini biasanya menyerang di malam hari. Pengendalian serangan hama ulat grayak pada budidaya tanaman melon dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Ulat Jengkal

Gejala serangan hama ulat ini ditandai tepi daun melon muda terdapat bekas gigitan serangga, makin lama makin ke tengah hingga tersisa tulang daunnya. Pengendalian serangan hama ulat jengkal dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Thrips

Serangan hama thrips ditandai adanya bercak-bercak keperakan pada daun tanaman terserang. Hama ini lebih suka mengisap cairan daun melon muda sehingga menyebabkan daun terserang mengeriting, akhirnya tanaman menjadi kerdil. Pengendalian pada budidaya tanaman ini adalah dengan melakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Kutu Daun

Hama kutu daun mengisap cairan tanaman terutama daun melon muda, kotoran dari hama kutu ini berasa manis sehingga mengundang semut. Daun melon terserang mengalami klorosis(kuning), menggulung lalu mengeriting, akhirnya tanaman menjadi kerdil. Pengendalian pada budidaya tanaman melon adalah melakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Kutu Kebul

Hama ini berwarna putih, bersayap, tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Hama kutu kebul menyerang serta menghisap cairan sel daun melon sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian hama ini dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Tungau

Hama tungau bersembunyi di balik daun melon serta menghisap cairan daun. Daun melon terserang berwarna kecoklatan, terpelintir, serta permukaan bawah daunnya terdapat benang-benang halus berwarna merah atau kuning. Pengendalian hama tungau pada budidaya tanaman melon dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida akarisida berbahan aktif propargit, dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau fenpropatrin. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Kumbang Daun

Hama kumbang daun dinamakan juga oteng-oteng. Serangannya ditandai adanya bekas gigitan serangga membentuk guratan-guratan konsentris pada daun melon. Selain merusak daun, hama kumbang ini juga merusak bunga melon. Pengendaliannya dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Lalat Buah

Lalat betina dewasa menyerang buah melon dengan cara menyuntikkan telurnya ke dalam buah, kemudian telur berubah menjadi larva, larva-larva ini akhirnya menggerogoti buah melon sehingga buah menjadi busuk. Pengendalian hama lalat buah pada budidaya tanaman melon dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone), caranya : metil eugenol dimasukkan dalam botol aqua, lalu diikatkan pada bambu (posisi horisontal), atau dapat pula menggunakan buah-buahan yang aromanya disukai lalat (misal nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan aktif metomil. Selain itu juga dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Hama Tikus

Hama tikus menyerang buah melon saat malam hari, sedangkan siang hari biasanya hama ini bersembunyi dalam sarang. Cara pengendalian tikus pada budidaya tanaman melon adalah memberikan umpan yang telah dicampur rodentisida, campuran ini ditaruh di depan lubang tikus yang masih aktif, ditandai adanya sisa-sisa makanan baru pada lubang (terlihat jalan tikus, bekas dilalui tikus). Selain itu bisa juga dengan cara, pada lubang sarang aktif diberi karbit, lalu disiram air, kemudian lubang ditutup dengan tanah agar gas yang ditimbulkan oleh karbit tidak keluar.

Hama Nematoda

Serangan hama nematoda ditandai adanya bintil-bintil pada akar. Hama nematoda merupakan cacing tanah berukuran sangat kecil, hama ini merupakan cacing parasit menyerang bagian akar tanaman. Bekas gigitan cacing nematoda akhirnya menyebabkan serangan sekunder, seperti layu bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar. Cara pengendalian nematoda adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram per lubang tanam.

PENYAKIT MELON

Penyakit Rebah Semai

Penyakit Rebah semai biasa menyerang tanaman saat fase pembibitan. Cara pengendalian pada budidaya tanaman melon adalah melakukan penyemprotan menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf (dosis ½ dari dosis terendah tertera di kemasan).

Penyakit Layu Bakteri

Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, serangannya disebabkan oleh bakteri. Upaya pengendalian penyakit layu bakteri antara lain meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik berbahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin (dosis sesuai di kemasan). Sebagai pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma saat persiapan lahan, saat melon umur 20 hst dan 35 hst dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Layu Fusarium

Gejala akibat serangan penyakit layu fusarium hampir sama dengan layu bakteri, yang membedakan hanyalah penyebabnya. Penyakit layu fusarium disebabkan oleh serangan jamur. Upaya pengendalian penyakit layu fusarium pada budidaya tanaman melon antara lain meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida (dosis sesuai di kemasan). Sebagai pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma saat persiapan lahan, saat melon umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Busuk Phytopthora

Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman. Batang melon terserang ditandai adanya bercak coklat kehitaman serta kebasah-basahan. Serangan serius menyebabkan tanaman layu. Daun melon terserang seperti tersiram air panas. Buah melon terserang ditandai bercak kebasah-basahan, lalu menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian secara kimiawi pada budidaya tanaman melon menggunakan fungisida sistemik, gunakan bahan aktif seperti metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau dimetomorf dan fungisida kontak, gunakan bahan aktif seperti tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Gummy Stem Blight

Penyakit ini bermula dari bagian bawah batang melon yang nampak seperti tercelup minyak, selanjutnya mengeluarkan cairan berwarna merah cokelat, akhirnya tanaman mati. Daun melon terserang ditandai adanya bercak bundar melekuk ke dalam berwarna cokelat kehitaman lama kelamaan daun melon akan mengering. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, tridemorf, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Powdery Mildew

Gejala diawali adanya bercak bulat kecil berwarna keputihan pada permukaan bagian bawah daun melon. Kemudian bercak akan menyatu, berkembang ke permukaan daun melon bagian atas sehingga daun seperti diselimuti tepung. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, gunakan bahan aktif seperti benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Downy Midew

Terdapat bercak berwana kuning muda pada permukaan daun melon yang dibatasi oleh tulang daun, sedangkan pada permukaan daun bagian bawahnya terdapat massa spora berwarna kehitaman. Ketika terjadi serangan parah tulang daun melon membusuk, akhirnya menyebabkan tanaman mati. Pengendalian secara kimiawi pada budidaya tanaman melon menggunakan fungisida sistemik, gunakan bahan aktif seperti benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Antraknosa

Penyakit antraknosa sering juga diistilahkan dengan nama patek. Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman, ditandai adanya bercak agak bulat berwarna cokelat muda, lalu berubah menjadi cokelat tua sampai kehitaman. Semakin lama bercak melebar, lalu menyatu akhirnya daun melon mengering. Gejala lain adalah bercak bulat memanjang berwarna kuning sampai cokelat. Buah melon terserang akan nampak bercak agak bulat, berlekuk berwarna cokelat tua, disini cendawan akan membentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian secara kimiawi pada budidaya tanaman melon menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Kudis (scab)

Serangan pada buah melon muda akan tampak bercak berwarna hijau-cokelatan melekuk ke dalam, bagian pinggirnya mengeluarkan cairan yang akan mengering seperti karet. Pada buah melon tua serangan penyakit ini akan membentuk kudis bergabus, berwarna cokelat, tetapi proses pematangan buah melon tidak mengalami hambatan. Namun setelah dipanen, cendawan akan aktif serta buah melon mudah membusuk. Daun melon terserang akan terlihat bercak cokelat kebasah-basahan, serta mengeluarkan lendir. Pengendalian secara kimiawi pada budidaya tanaman melon menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, atau dimetomorf dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Bercak Daun

Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri, berkembang pesat terutama saat musim hujan. Serangan ditandai adanya bercak putih bersudut karena dibatasi tulang daun. Kemudian bercak berubah menjadi cokelat kelabu serta bagian bawah daun melon mengeluarkan cairan, akhirnya daun melon mengering. Pengendalian pada budidaya tanaman ini menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik berbahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis/konsentasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penyakit Virus

Virus merupakan penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan terutama saat musim kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai pertumbuhan tanaman mengerdil, daun melon mengeriting serta terdapat bercak kuning kebasah-basahan. Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit ini ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor (penular). Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya adalah thrips, kutu daun, kutu kebul, maupun tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama saat melakukan pemangkasan. Beberapa upaya penanganan virus antara lain : membersihkan gulma (karena gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman terserang virus, kebersihan alat serta memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap tanaman.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pada Budidaya Melon

Pengendalian hama gangsir, ulat tanah dan nematoda dilakukan secara bersamaan cukup satu kali pemberian insektisida, yaitu 1gram per lubang tanam.
Pengendalian hama ulat grayak, ulat jengkal, thrips, kutu daun, kutu kebul, tungau, kumbang daun serta lalat buah dan penyakit pada budidaya tanaman melon menggunakan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan (jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut).

PANEN MELON

Umur panen buah melon sangat bervariasi, yaitu antara 55-85 hst (hari setelah tanam). Faktor paling berpengaruh terhadap umur panen melon adalah genetik dan lingkungan. Buah melon dengan varietas yang berbeda akan memiliki umur panen berbeda pula sekalipun ditanam pada kondisi lingkungan sama. Demikian juga sebaliknya, varietas melon sama akan memiliki umur panen berbeda andaikata ditanam pada kondisi lingkungan berbeda, terutama ketinggian tempat.

BUDIDAYA CABAI

Budidaya Cabai merupakan pilihan agribisnis bernilai ekonomis tinggi, untuk itu cara menanam cabai yang tepat, baik cara pengendalian hama penyakit maupun teknik budidaya cabe, sangat menentukan keberhasilan budidaya. Cara menanam cabai yang saya uraikan di sini sudah disesuaikan dengan kondisi di lapangan pada saat ini. Saya rangkai sedemikian rupa sehingga cara budidaya ini sangat praktis dan mudah diterapkan terutama bagi petani cabe pemula.

TEKNIK DAN CARA MENANAM CABAI YANG BAIK

Demi menunjang keberhasilan budidaya tanaman, petani cabe harus memperhatikan teknik menanam cabai yang baik. Pemahaman tentang iklim, tanaman, maupun hal-hal yang berhubungan dengan proses budidaya, juga perlu diperhatikan sehingga memudahkan petani cabai untuk melakukan proses penanganan, terutama ketika di lapangan banyak dijumpai permasalahan-permasalah yang membutuhkan penangangan segera dan serius.

SYARAT TUMBUH TANAMAN CABAI

Selama budidaya, tanaman cabai membutuhkan syarat-syarat untuk menunjang keberhasilan usahatani, pertumbuhan tanaman yang vigor dan sehat merupakan harapan petani cabai. Untuk itu pengetahuan tentang syarat tumbuh tanaman cabai perlu diketahui, seperti berikut:

Tanah




Tanah tempat penanaman cabai harus gembur dengan kisaran pH 6,5-6,8.

Air

Tanaman cabai memerlukan air cukup untuk menopang pertumbuhan tanaman. Air berfungsi sebagai pelarut unsur hara, pengangkut unsur hara ke organ tanaman, pengisi cairan tanaman cabai, serta membantu proses fotosintesis dan respirasi selama proses budidaya berlangsung. Tetapi pemberian air tidak boleh berlebihan.

Iklim

Angin sepoi-sepoi cocok untuk menanam cabai. Curah hujan tinggi berpengaruh terhadap kelebihan air. Intensitas sinar matahari sangat dibutuhkan tanaman cabai, berkisar antara 10–12 jam per hari. Sedangkan suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman cabai 24°C- 28°C.

PERSIAPAN TEKNIS BUDIDAYA CABAI

Setelah mengetahui syarat tumbuh tanaman cabai, sebelum mulai menjalankan budidaya, terlebih dulu dilakukan persiapan teknis seperti pemilihan lokasi maupun persiapan sarana dan prasarana.

Pemilihan Lokasi Budidaya

Lokasi budidaya sebaiknya dipilih yang strategis, transportasi mudah, dekat sumber air, jauh dari area penanaman cabai lain/tanaman sefamili. Sejarah lahan sangat penting untuk diperhatikan, paling baik lahan tidak ditanami tanaman cabe selama minimal 2 tahun terakhir agar diperoleh hasil optimal.

Pengukuran pH Tanah

Pengukuran pH tanah untuk menunjang keberhasilan budidaya sangat diperlukan agar diketahui nilai pH-nya, sehingga kita dapat menentukan aplikasi kapur pertanian, terutama pada tanah masam atau nilai pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa menggunakan kertas lakmus, pH meter, atau cairan pH tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan secara zigzag.

Persiapan Sarana Prasarana

Persiapan sarana dan prasarana selama budidaya cabe meliputi:
  • Pengadaan tanah untuk media semai.
  • Pengadaan pupuk kandang, pupuk kimia, dan kapur pertanian.
  • Pengadaan benih dan mulsa PHP (Plastik Hitam Perak).
  • Pengadaan Pestisida.
  • Pengadaan ajir, bambu penjepit mulsa PHP, dan tali pertanian.
  • Pengadaan peralatan.
  • Persiapan tenaga kerja.

PELAKSANAAN BUDIDAYA

Budidaya secara intensif harus dilakukan selama proses budidaya, karena budidaya intensif berpeluang mendatangkan keuntungan besar. Diperlukan persiapan-persiapan matang serta pengetahuan tentang cara menanam cabai, baik deskripsi tanaman cabe maupun pengendalian hama dan penyakit cabai.

Persiapan Lahan

Sebelum menjalan usaha budidaya, diperlukan persiapan-persiapan dasar, seperti :
  • Pembajakan dan penggaruan.
  • Pembuatan bedengan kasar selebar 110-120 cm, tinggi 40-70 cm, lebar parit 50-70 cm.
  • Pemberian kapur pertanian sebanyak 200 kg/rol mulsa PHP untuk tanah dengan pH di bawah 6,5.
  • Pemberian pupuk kandang fermentasi sebanyak 40 ton/ha dan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/rol mulsa PHP.
  • Pengadukan/pencacakan bedengan agar pupuk yang sudah diberikan bercampur dengan tanah. Rapikan bedengan.
  • Pemasangan mulsa PHP.
  • Pembuatan lubang tanam.
  • Jarak tanam ideal musim kemarau 60 cm x 60 cm dan musim penghujan bisa diperlebar 70 cm x 70 cm. Tujuannya untuk menjaga kelembaban udara di sekitar pertanaman cabe.
  • Pemasangan ajir.

Persiapan Pembibitan dan Penanaman Cabai

  • Rumah atau sungkup pembibitan.
  • Pembuatan media semai. Komposisi media semai adalah 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, dan 150 g NPK halus. Media semai dimasukkan ke dalam polibag semai.
  • Penyemaian benih cabai.
  • Pemeliharaan bibit cabe. Pembukaan sungkup dimulai jam 07.00 - 09.00, kemudian sungkup dibuka lagi jam 15.00-17.00. Umur 5 hari menjelang tanam sungkup harus dibuka penuh untuk penguatan tanaman cabe. Penyiraman jangan terlalu basah, dilakukan setiap pagi. Penyemprotan pestisida dilakukan pada umur 15 hss (hari setelah semai). Dosis ½ dari dosis dewasa.
  • Pindah tanam. Bibit cabai (cabe) berdaun sejati 4 helai siap pindah tanam ke lahan.

PEMELIHARAAN TANAMAN CABAI

Penyulaman Tanaman Cabai

Penyulaman tanaman dilakukan sampai umur cabe 3 minggu. Apabila umur tanaman cabai sudah terlalu tua dan masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhan tanaman cabe tidak seragam. Berpengaruh terhadap pengendalian hama penyakit tanaman cabe.

Perempelan dan Pengikatan Tanaman Cabai

Perempelan tunas samping. Perempelan tunas samping dilakukan pada tunas yang keluar di ketiak daun. Bertujuan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, agar tanaman cabe tumbuh kekar, disamping itu juga menjaga kelembaban saat tanaman cabai sudah dewasa. Dilakukan sampai pembentukan cabang utama, ditandai munculnya bunga pertama.
Perempelan daun. Perempelan daun cabe dilakukan ketika tanaman cabai memasuki umur 80 hst (hari setelah tanam). Perempelan dilakukan pada daun-daun cabai di bawah cabang utama dan daun tua/terserang penyakit.

Sanitasi Lahan

Sanitasi lahan selama budidaya meliputi : pengendalian gulma/rumput, pengendalian air saat musim hujan sehingga tidak muncul genangan, tanaman cabe terserang hama penyakit disingkirkan dari area penanaman cabai.

Pengairan

Pengairan selama proses budidaya berlangsung diberikan secara terukur, dengan penggenangan atau pengeleban seminggu sekali jika tidak turun hujan. Penggenangan jangan terlalu tinggi, batas penggenangan hanya 1/3 dari tinggi bedengan.

Pemupukan Susulan

Pupuk Akar
Diberikan dengan cara pengocoran :
  • Umur 15 hst dan 30 hst, dosis 3kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman, tiap tanaman cabai 200ml.
  • Umur 45 hst dan 60 hst, dosis 4kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman, tiap tanaman cabai 200ml.
  • Umur 75 hst, 90 hst dan 105 hst, dosis 5kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman, tiap tanaman cabai 200ml.
Pupuk Daun
  • Kandungan Nitrogen tinggi diberikan saat tanaman cabai berumur 14 hst dan 21 hst.
  • Kandungan Phospat, Kalium dan Mikro tinggi diberikan saat tanaman cabai berumur 35 hst dan 75 hst.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABAI

HAMA TANAMAN CABAI

Gangsir

Hama gangsir yang menyerang tanaman cabai adalah Brachytrypes portentosus.
Pengendalian kimiawi selama budidaya menggunakan insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.

Ulat Tanah

Ulat tanah yang sering menyerang tanaman cabai adalah spesies Agrotis ipsilon.
Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.

Ulat Grayak

Serangan ulat grayak pada tanaman cabai berasal dari spesies Spodoptera litura.
Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Ulat Buah

Ulat buah tanaman cabai adalah Helicoverpa sp.
Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Thrips

Thrips tanaman cabai adalah Thrips parvispinus.
Pengendalian kimiawi selama budidaya menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Kutu Daun

Kutu daun tanaman cabai adalah Myzus persiceae.
Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Kutu Kebul

Kutu kebul tanaman cabai adalah Bemisia tabaci.
Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Tungau

Hama tungau pengganggu tanaman cabai adalah tungau kuning (Pol Polphagotarsonemus lotus) dan tungau merah (Tetranychus cinnabarinus).
Pengendalian kimiawi pada budidaya tanaman ini menggunakan insektisida akarisida berbahan aktif propargit, dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau fenpropatrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Lalat Buah

Lalat buah tanaman cabai adalah Dacus dorsalis.
Pengendalian lalat buah pada tanaman cabe salah satunya dengan memanfaatkan sexpheromone (perangkap lalat) dimana lalat dibiarkan terperangkap ke dalam botol aqua yang didalamnya diberi metil eugenol, botol aqua ini diikat dengan bambu atau lanjaran pada posisi horisontal. Atau dapat juga memanfaatkan buah-buahan beraroma yang disukai lalat buah, seperti buah timun atau nangka yang telah dicampur metomil (insektisida). Selain itu juga dapat dilakukan penyemprotan pada seluruh bagian tanaman cabe, menggunakan insektisida berbahan aktif deltametrin, sipermetrin, profenofos, metomil, kartophidroklorida, klorpirifos, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Nematoda

Serangan hama nematoda pada tanaman cabai disebabkan oleh Meloidogyne incognita.
Cara pengendalian hama ini dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.

Lihat PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABAI
Untuk informasi lebih detailnya.

PENYAKIT TANAMAN CABAI

Rebah Semai

Rebah semai tanaman cabai adalah Pythium debarianum.
Cara pengendalian pada cabe dengan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis ½ dari dosis terendah yang tertera pada kemasan.

Layu Bakteri

Bakteri penyebab layu tanaman cabai adalah Pseudomonas sp.
Upaya pengendalian selama budidaya antara lain meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman cabai terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan. Umur 25 hst, 40 hst dan 70 hst dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Layu Fusarium

Cendawan penyebab layu tanaman cabai adalah Fusarium oxysporum.
Upaya pengendalian pada cabe antara lain meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman cabai terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan. Umur 25 hst, 40 hst dan 70 hst dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Busuk Phytophtora

Cendawan penyebab busuk phytophtora pada tanaman cabai adalah Phytopthora infestans.
Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan diantaranya metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan diantaranya tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Busuk Kuncup

Penyakit busuk kuncup tanaman cabe disebabkan oleh cendawan Choanephora cucurbitarum.
Pengendalian kimiawi selama budidaya menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan diantaranya metalaksil, propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf, dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan diantaranya tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Bercak Cercospora

Cendawan penyebab bercak cercospora tanaman cabe adalah Cercospora capsici.
Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan diantaranya benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan diantaranya klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Antraknosa (Patek)

Cendawan penyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabe adalah Colletotrichum capsici dan Gloesporium piperatum.
Pengendalian kimiawi pada budidaya tanaman ini menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan diantaranya benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Virus

Virus yang menyerang tanaman cabe diantaranya TMV, TEV, TRV, CMV, TRSV, CTV dan PVY. Virus merupakan penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan budidaya tanaman terutama musim kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai pertumbuhan tanaman cabai mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan. Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit ini ditularkan dari satu tanaman cabai ke tanaman cabai lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi penular virus diantaranya adalah thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama saat perempelan. Beberapa upaya penanganan virus selama budidaya tanaman ini antara lain : membersihkan gulma (gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman cabai terserang, menjaga kebersihan alat pertanian dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan selama proses budidaya.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Cabai

Pengendalian hama gangsir, ulat tanah, serta nematoda selama budidaya dilakukan secara bersamaan cukup satu kali pemberian insektisida, yaitu 1gram per lubang tanam.

Pengendalian hama ulat grayak, ulat buah, kutu daun, kutu kebul, thrips, tungau, lalat buah dan penyakit pada budidaya cabe menggunakan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan (jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut).

PANEN CABE

Cabai merah dapat dipanen pada umur 90-110 hst. Buah cabe dipanen adalah buah 80% masak.

ANALISA USAHA TANI BUDIDAYA CABAI
CARA MENANAM CABE DALAM POT

HAMA PENYAKIT CENGKEH

Seperti halnya tanaman-tanaman lain, tanaman cengkeh pun tidak luput dari serangan hama penyakit yang dapat mengakibatkan kerugian. Sekecil apapun pengaruh serangan hama penyakit terhadap tanaman, harus tetap dikendalikan agar tidak terjadi penularan serangan yang lebih luas, sehingga kerugian yang lebih besar bisa dihindari. Berikut ini kami uraikan mengenai hama penyakit tanaman cengkeh beserta cara penanggulangannya.

HAMA TANAMAN CENGKEH

Penggerek Batang

Penggerek batang yang menyerang tanaman cengkeh adalah Nothopeus sp. Hama ini meletakkan telurnya pada lekukan kulit batang tanaman.

Gejala Serangan
Gejala Serangan yang ditimbulkan oleh penggerek Nothopeus sp ditandai adanya lubang-lubang pada batang tanaman, dari lubang keluar cairan kental bercampur kotoran hama. Daun muda berubah kekuningan, rontok dan akhirnya pucuk daun mati. Jika tidak dikendalikan hama ini dapat menyebabkan kematian, karena asupan makanan terganggu.

Cara Pengendalian
Upaya yang dapat dilakukan antara lain menutup lubang bekas gerekan dengan pasak kayu serta memusnahkan telur-telur yang menempel pada kulit. Pengendalian kimiawi dengan memasukkan insektisida sistemik berbahan aktif asefat ke dalam lubang gerekan kemudian ditutup dengan pasak kayu. Dapat pula menaburkan insektisida sistemik berbahan aktif karbofuran dengan dosis 115-150 g/pohon. Interval 3 bulan sekali.

Penggerek Cabang




Penggerek cabang yang menyerang tanaman cengkeh adalah Hyleborus sp., dan Ardela sp. Hama Hyleborus sp. merupakan kumbang berukuran kecil berwarna hitam, kumbang jantan tidak mempunyai sayap dan ukurannya lebih kecil daripada serangga betina. Sedangkan Ardela sp. merupakan ngengat, ngengat jantan berwarna cokelat keputihan, betina berwarna merah muda keputihan. Larva ngengat ini berwarna putih keabu-abuan.

Gejala Serangan
Gejala Serangan yang ditimbulkan oleh kedua penggerek ini ditandai adanya lubang-lubang pada permukaan kulit cabang yang mengakibatkan cabang mudah patah, lemah, tunas mati, daun dan ranting akhirnya mengering. Lubang-lubang tersebut tertutup kotoran dan serbuk kayu sisa gerekan yang dijalin dengan serat halus. Serangan parah menyebabkan cabang mati.

Pengendalian
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama penggerek cabang ini sama seperti pada penggerek batang.

Penggerek Ranting

Penggerek ranting yang menyerang tanaman cengkeh adalah Coptocercus sp. Serangga ini berupa kumbang berwarna hitam, sedangkan larvanya berwarna kuning kecokelatan.

Gejala serangan
Gejala Serangan yang ditimbulkan oleh penggerek Coptocercus sp. ditandai pada permukaan ranting terdapat lubang-lubang gerekan yang berdiameter kira-kira 1,8 mm. Serangan parah mengakibatkan ranting dan daun mati.

Cara pengendalian
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif alfa sipermetri, asefat, profenofos, atau metomil dengan dosis sesuai pada kemasan ke seluruh bagian tanaman. Interval 10 hari sekali.

Kutu Daun

Kutu daun yang menyerang tanaman cengkeh adalah Coccus viridis. Hama ini biasanya bersembunyi di permukaan bawah daun, berwarna hijau, menyerang daun dan ranting yang masih muda.

Gejala serangan
Gejala Serangan yang ditimbulkan oleh Coccus viridis ditandai dengan mengeringnya ranting dan daun tanaman, bunga banyak yang rontok karena hama ini menyerang dengan cara menghisap cairannya. Selain menyerang tanaman muda, hama ini juga menyerang tanaman dewasa.

Cara pengendalian
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama ini diantaranya adalah dengan memusnahkan ranting yang terserang, penyemprotan insektisida berbahan aktif alfa sipermetri, asefat, profenofos, metomil atau imidakloprid dengan dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Interval 10 hari sekali.

Perusak Daun

Perusak daun yang menyerang tanaman cengkeh adalah Anthriticus sp. dan Carea Angulata. Hama Anthriticus eugeniae adalah kutu hijau, sedangkan Carea Angulata berupa ulat.

Gejala serangan
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Anthriticus sp. ditandai dengan adanya bintik-bintik pada bagian tepi dan tengah daun karena bekas hisapan serangga daun cengkeh. Hama ini menyerang tanaman pada malam hari.

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Carea Angulata ditandai dengan adanya bekas gigitan ulat pada daun yang terserang, ulat ini menyerang dengan cara memakan daun. Populasi tinggi menyebabkan daun gundul.

Cara Pengendalian
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kedua jenis hama ini adalah dengan melakukan pemangkasan untuk menjaga kelembaban di sekitar pertanaman, penyemprotan insektisida berbahan aktif alfa sipermetri, asefat, profenofos, atau metomil dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan. Interval 10 hari sekali. Untuk pengendalian kutu Anthriticus sp penyemprotan terbatas pada bagian tanaman yang terserang, sedangkan pada ulat Carea angulata diutamakan pada saat populasi larva masih muda.

Kepik

Kepik yang menyerang tanaman cengkeh adalah Helopeltis sp. Hama ini menyerang bagian pucuk daun dan daun muda.

Gejala serangan
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Helopeltis sp ditandai dengan gugurnya daun muda dan mati pucuk daun.

Cara pengendalian
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif deltametrin, karbosulfan, profenofos, atau imidakloprid dengan dosis sesuai pada kemasan. Interval 10 hari sekali.

PENYAKIT

Mati Bujang

Penyakit mati bujang yang menyerang tanaman cengkeh adalah bakteri Xylemlimited. Bakteri ini menyerang perakaran dan ranting-ranting muda.

Gejala serangan
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Xylemlimited ditandai dengan gugurnya daun dan matinya ranting tanaman.

Cara pengendalian
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini adalah dengan penyemprotan bakterisida berbahan aktif oksitetrasiklin, streptomisin sulfat, kasugamisin atau asam oksolinik dengan dosis sesuai pada kemasan. Interval 1 bulan sekali.

Penyakit Cacar Daun

Penyakit cacar daun yang menyerang tanaman cengkeh adalah cendawan Phyllostica sp. Cendawan ini menyerang semua fase pertumbuhan mulai dari pembibitan sampai tanaman dewasa. Bagian yang terserang biasanya daun dan buah cengkeh.

Gejala serangan
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Phyllostica sp ditandai dengan munculnya bercak berbintil hitam menggelembung seperti cacar pada bagian atas daun, kemudian daun menggugurkan diri.

Cara pengendalian
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini adalah dengan sanitasi lingkungan, memusnahkan tanaman yang terserang, penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif karbendazim, benomil atau zineb dan fungisida kontak berbahan aktif propineb, mankozeb, atau maneb dengan dosis sesuai pada kemasan. Interval 10 hari sekali.

Penyakit BPKC (Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh)

Penyakit BPKC yang menyerang tanaman cengkeh adalah bakteri Pseudomonas syzygii. Bakteri ini menyerang tanaman dewasa melalui vektor atau perantara. Vektor dari penyakit ini adalah serangga Hindola sp.

Gejala serangan
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Pseudomonas syzygii ditandai dengan menguningnya daun yang kemudian berguguran, ranting-ranting dan cabang mati diikuti layu mendadak. Serangan parah menyebabkan kematian.

Cara pengendalian
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini adalah dengan melakukan sanitasi lingkungan (memusnahkan tanaman yang terserang), secara kimiawi menggunakan bakterisida golongan antibiotik berbahan aktif oksitetrasiklin, streptomisin sulfat, kasugamisin atau asam oksolinik. Kemudian mengendalikan serangga vektor menggunakan insektisida berbahan aktif asefat, lamda sihalotrin, profenofos, kartophidroklorida atau karbofuran. Dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan. Interval 1 bulan sekali.

Bercak Daun

Penyakit bercak daun yang menyerang tanaman cengkeh adalah cendawan Cylindrocladium sp. Jamur ini menyerang bagian daun tanaman.

Gejala serangan
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Cylindrocladium sp ditandai dengan munculnya bercak coklat kehitaman pada daun yang merupakan spora dari cendawan.

Cara pengendalian
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini adalah dengan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif benomil, metil tiofanat, atau karbendazim dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, mankozeb, propineb, atau tiram dengan dosis sesuai pada kemasan.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Cengkeh

Penyemprotan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan, jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut. Tanaman cengkeh merupakan tanaman yang tahan terhadap serangan hama penyakit, sehingga penyemprotan dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Jadi penggunaan pestisida dapat dihemat.

BUDIDAYA TOMAT

Artikel ini membahas semua proses dalam kegiatan budidaya tomat, termasuk bagaimana cara menanam tomat yang baik, serta pengendalian hama penyakit tomat. Tanaman Tomat merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura bernilai ekonomis tinggi, oleh karena itu, untuk menunjang keberhasilan dalam proses budidaya, maka teknik dan cara menanam tomat yang baik perlu diperhatikan. Cara menanam tomat perlu dilakukan secara intensif agar produksi optimal sehingga kegiatan budidaya tanaman tomat mampu menghasilkan keuntungan tinggi. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa keuntungan tinggi untuk semua jenis budidaya pertanian juga sangat ditentukan oleh harga jual. Namun, dengan mengetahui teknik dan cara budidaya tomat yang baik dan benar, paling tidak keberhasilan produksi dalam proses budidaya sudah dapat dicapai. Apabila produktivitas tanaman tinggi akan semakin menguntungkan, apalagi jika didukung harga jual di pasaran juga tinggi.

Buah tomat termasuk komoditas multiguna, dikatakan multigunan karena selain berfungsi sebagai sayuran maupun dikonsumsi buah segar, buah tomat juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar kosmetik serta obat-obatan berbagai macam penyakit. Kandungan kimia buah tomat mempunyai khasiat dan manfaat sangat besar bagi kesehatan manusia.

BAGAIMANA CARA MENANAM TOMAT YANG BAIK?

Sebelum membahas lebih lanjut tentang cara budidaya tomat yang baik, alangkah baiknya mengetahui karakter dan tipe pertumbuhan tanaman tomat agar dapat menentukan varietas yang cocok untuk kegiatan budidaya di daerah masing-masing. Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Tomat tipe determinate memiliki postur tanaman pendek, tandan bunga terletak di setiap ruas batang serta di ujung tanaman. Sedangkan tipe indeterminate, memiliki postur tanaman tinggi, tandan bunga terletak berseling di antara 2-3 ruas, ujung tanaman tumbuh pucuk muda. Tomat bertipe indeterminate akan menghasilkan buah tomat berukuran besar.

SYARAT TUMBUH TANAMAN TOMAT

Tanaman tomat memerlukan curah hujan antara 100-220 mm/hujan, ketinggian tempat optimal tanaman berkisar antara 100-1000 mdpl tergantung dari varietas maupun tipe pertumbuhan tanaman. Untuk menopang pertumbuhan tanaman, tomat membutuhkan sinar matahari, dengan intensitas antara 10-12 jam per hari. Suhu optimal pertumbuhan tomat berkisar 25-30°C, sedangkan proses pembungaan membutuhkan suhu malam hari 15-20°C. Selain itu, tanaman ini juga membutuhkan air dalam jumlah cukup. Kita ketahui, bahwa kandungan air yang terdapat pada buah tomat mencapi 90%, sehingga pemberian air tidak boleh terhambat selama masa budidaya. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan serta bobot buah tomat. Namun perlu diingat, pemberian air juga tidak boleh berlebihan, karena justru akan menjadi sumber penyakit bagi tanaman. Tanaman tomat memasuki fase generatif serta tumbuh di daerah kurang air akan menghasilkan buah kecil-kecil kurang sempurna karena penyerapan unsur hara di dalam tanah terhambat sehingga tanaman kurang maksimal dalam melakukan produksi maupun pembesaran buah. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap produktivitas maupun penurunan hasil panen tomat. Hal lain untuk diperhatikan dalam budidaya tanaman tomat adalah masalah lokasi penanaman. Lokasi penanaman tomat dipilih dari lahan yang masih baru, atau lahan tersebut tidak digunakan sebagai lokasi penanaman tomat pada musim sebelumnya. Untuk memudahkan pengendalian hama penyakit tomat, lebih baik memilih lokasi budidaya tomat yang sudah diberakkan, minimal dua tahun, sehingga hasil yang dicapai bisa lebih optimal.

PERSIAPAN BUDIDAYA TOMAT




Sebelum melakukan penanaman tomat, perlu dilakukan persiapan awal untuk menunjang keberhasilan budidaya tomat. Persiapan awal meliputi pengukuran pH tanah, pemberian kapur pertanian sesuai kebutuhan tanaman maupun nilai pH tanahnya, persiapan lahan, serta persiapan pembibitan.

Pengukuran pH Tanah

Tanah dengan tingkat keasaman tinggi dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan tanaman maupun hasil produksi tomat, karena tanah masam unsur haranya (terutama hara makro N,P,K) terikat oleh unsur lain seperti Fe ataupun Al sehingga terjadi ikatan menjadi senyawa tidak tersedia dalam tanah. Pelepasan unsur makro dari senyawa tersebut membutuhkan Ca (terkandung dalam kapur pertanian) untuk diubah menjadi tersedia bagi akar tanaman. Nilai pH netral (pH 7) merupakan kondisi ideal bagi akar tanaman dalam menyerap unsur tersedia dalam tanah, selanjutnya diangkut ke daun agar dirombak menjadi makanan melalui proses fotosintesis. Ketika serapan unsur hara optimal, tanaman melakukan pertumbuhan maupun reproduksi secara sempurna sehingga dengan pertumbuhan vigor, tanaman mampu menyangga beban buah tomat yang sangat lebat.

Persiapan Lahan

Persiapan yang harus dilakukan saat budidaya tanaman tomat meliputi pembajakan, penggaruan, pembuatan bedengan kasar, pengapuran tanah (200 kg/rol mulsa plastik hitam perak untuk pH di bawah 6,5), pemupukan pupuk kandang matang sebanyak 40 ton/ha, pemupukan kimia NPK sebanyak 150 kg/rol mulsa (Aduk-aduk bedengan biar pupuk bercampur rata dengan tanah), pemasangan mulsa PHP, pembuatan lubang tanam (60 cm x 60 cm untuk penanaman tomat di musim kemarau atau 70 cm x 70 cm saat musim hujan), dan pemasangan ajir. Ukuran bedengan dibuat dengan lebar 110-120 cm, dan tinggi menyesuaikan musim, yaitu 40 cm pada musim kemarau dan 70 cm pada musim hujan. Parit antarbedengan dibuat selebar 50-70 cm, jika terlalu sempit akan menyulitkan pemeliharaan tanaman. Untuk menjaga kelembaban udara saat tanaman dewasa, maka pemasangan ajir lebih dianjurkan menggunakan sistem tegak, dimana antara ajir yang satu dengan lainnya dihubungkan dengan gelagar. Agar lebih kuat, ajir paling pinggir dan setiap 4 ajir sekali dipasang ajir penguat membentuk sudut ± 45°.

Persiapan Pembibitan dan Penanaman Tomat

Persiapan yang dilakukan adalah menyediakan rumah pembibitan tomat. Hal ini dilakukan untuk melindungi bibit tomat muda dari sinar matahari langsung maupun serangan hama penyakit tomat. Kemudian menyediakan media semai (komposisi 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, 150 g NPK halus). Media campuran dimasukkan ke dalam polibag semai. Sebelum bibit tomat disemaikan, terlebih dulu rendamlah selama ± 6 jam. Benih direndam dalam larutan fungisida sistemik berbahan aktif metalaksil atau simokanil dengan konsentrasi rendah atau cukup ½ dari dosis terendah pada anjuran di kemasannya. Untuk mempercepat perkecambahan benih tomat, permukaan media ditutup menggunakan kain goni (bisa menggunakan plastik mulsa PHP), dan selalu dijaga kelembabannya.
Penutup permukaan media dibuka jika benih tomat sudah berkecambah, kemudian disungkup plastik transparan. Perlakuan pembukaan sungkup dimulai saat pukul 07.00-09.00, dibuka lagi pukul 15.00-17.00. Umur 5 hari menjelang penanaman, sungkup transparan dibuka penuh. Hal ini bertujuan untuk melatih bibit tomat biar lebih kuat. Penyiraman bibit tomat dilakukan setiap pagi, jangan terlalu basah. Tetapi jika siang harinya cuaca terlalu panas, penyiraman bibit tomat dilakukan lagi saat sore hari. Penting untuk diperhatikan bahwa jangan melakukan penyiraman tanaman saat panas tinggi terutama di siang hari agar tidak terjadi penguapan berlebih. Pengendalian hama dan penyakit tomat di pembibitan dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif simoksanil serta insektisida berbahan aktif imidakloprid saat umur tanaman 10 hss (hari setelah semai) menggunakan dosis ½ dosis terendah seuai anjuran di kemasannya. Penyemprotan dilakukan secara bersamaan antara fungisida maupun insektisidanya agar waktu maupun biaya tenaga kerja dapat dihemat. Bibit tomat siap pindah tanam jika telah memiliki 4 helai daun sejati.

PEMELIHARAAN TANAMAN TOMAT

Untuk mencapai hasil panen tinggi, selama proses budidaya tanaman tomat perlu dilakukan perawatan rutin, meliputi penyulaman, perempelan daun, pengairan, sanitasi lahan, pengikatan tanaman pada ajir, pemupukan susulan serta pengendalian hama dan penyakit tomat. Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan kami uraikan satu per satu:

Penyulaman Tanaman

Penyulaman tanaman dilakukan sampai umur tanaman 2 minggu. Penyulaman jangan terlalu tua, karena keseragamannya menjadi berkurang sehingga akan menghambat pemeliharaan selama budidaya. Ketidakseragaman tingkat pertumbuhan tanaman akan memperngaruhi cara pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Terutama saat tanaman pertama sudah tumbuh besar sedangkan tanaman susulan atau sulaman masih muda, sehingga serangan hama dan penyakit selama proses budidaya tanaman tomat akan terjadi secara terus menerus. Kondisi demikian tentunya akan mempersulit pengendalian.

Perempelan dan Pengikatan Tanaman

Perempelan tunas samping dilakukan sampai pembentukan cabang tanaman, baik cabang utama, cabang kedua, ketiga dst di atas cabang utama. Jadi, di atas cabang utama, cabang tomat yang dipelihara adalah cabang-cabang produktif. Perempelan tunas samping dilakukan pada semua tunas air (tunas-tunas di ketiak daun), baik di bawah cabang utama maupun di bawah cabang-cabang produktif. Perempelan tunas di bawah cabang utama bertujuan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman agar tanaman tumbuh kekar, disamping itu juga menjaga kelembaban tanaman saat tanaman sudah dewasa, sedangkan perempelan tunas di bawah cabang-cabang produktif bertujuan menjaga kelembaban tanaman serta mengoptimalkan hasil produksi tomat.
Perempelan daun tomat di bawah cabang utama dilakukan saat tajuk tanaman telah menutupi seluruh daun tomat bagian bawah, kondisi seperti ini daun tomat sudah tidak berfungsi secara optimal, justru sangat disenangi hama dan penyakit tanaman. Perempelan daun juga dilakukan bagi daun tomat tua/terserang penyakit. Agar kesehatan lahan tetap terjaga terutama untuk budidaya pertanian sefamili, maka saat melakukan perempelan daun tomat tua ataupun daun tomat terserang hama maupun penyakit harus dibuang serta dimusnahkan dari areal budidaya.

Sanitasi Lahan dan Pengairan Lahan

Sanitasi lahan selama proses budidaya perlu dilakukan untuk menciptakan lingkungan tumbuh kondusif bagi pertumbuhan tanaman. Hal-hal yang perlu dilakukan pada kegiatan sanitasi lahan meliputi : Pengendalian gulma/rumput, pengendalian air saat musim hujan sehingga tidak muncul genangan, pemangkasan daun-daun tomat tua dan terserang hama penyakit, serta memusnahkan sampai keakar-akarnya terhadap tanaman yang terserang hama dan penyakit akar.
Pengairan Lahan. Meskipun selama proses budidaya tanaman tomat sangat membutuhkan air, namun pengairan harus diberikan secara terukur agar kelembaban tanah masih tetap terjaga. Pengairan dapat dilakukan melalui penggenangan lahan atau pengeleban setiap satu minggu sekali jika hujan tak kunjung turun. Saat melakukan penggenangan, yang perlu diperhatikan pada budidaya tanaman tomat adalah tinggi genangan jangan melebihi 1/3 dari tinggi bedengan agar pernapasan akar tanaman tidak terganggu. Demikian juga sebaliknya saat musim hujan, kelebihan air harus segera dibuang (caranya mengatur drainase secara benar). Pengaturan drainase yang baik dan benar dilakukan saat pembuatan bedengan pada persiapan lahan. Hindari genangan air agar akar tanaman tetap dapat bernapas dengan baik.

Pemupukan Susulan

Selama berlangsungnya budidaya tomat, pupuk susulan masih tetap diberikan untuk memacu pertumbuhan tanaman terutama saat memasuki fase generatif karena kebutuhan makanan di fase ini sangat tinggi. Pemberian pupuk susulan dapat diberikan melalui akar maupun daun tanaman. Namun secara prinsip, pemberian pupuk susulan dalam bentuk tersedia bertujuan agar pemberian unsur hara dapat langsung diserap oleh tanaman untuk meningkatkan pertumbuhannya baik melalui akar maupun daun tomat. Pemberian pupuk akar sebaiknya dalam bentuk cair atau sudah dilarutkan terlebih dahulu ke dalam air. Pada kondisi ini, pupuk terlarut berada dalam kondisi tersedia bagi tanaman sehingga tanaman dapat langsung menyerapnya melalui akar. Pemupukan cara ini lebih dikenal petani holtikultura dengan istilah pengocoran. Pengocoran diberikan saat tomat berumur 15hst,25hst serta 35hst. Dosisnya 3 kg pupuk NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, larutan ini untuk 1000 tanaman, tiap tanaman diberikan masing-masing sebanyak 200 ml larutan.
Selain pemupukan lewat akar, pemberian pupuk susulan lewat daun tomat justru memiliki nilai lebih. Daun tomat langsung menerima makanan yang disemprotkan lewat daun, sehingga daun tomat akan segera melakukan proses fotosintesis di siang harinya oleh bantuan sinar matahari. Adanya kelebihan ini, tanaman secara signifikan menunjukkan pertumbuhan lebih cepat. Namun penggunaan pupuk daun memerlukan biaya lebih banyak, sehingga tetap diimbangi melalui pengocoran. Pemupukan lewat daun bernitrogen tinggi dapat disemprotkan ketika tanaman berumur 7 dan 24 hst, sedangkan phospat, kalium dan mikro tinggi ketika berumur 20, 30, dan 45 hst. Dosis/konsentrasi penyemprotan sesuai petunjuk di kemasan.

CARA MENGENDALIKAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TOMAT

Pengendalian hama dan penyakit tomat menjadi faktor utama kunci keberhasilan budidaya tanaman tomat disamping harga jual. Untuk itu diperlukan keseriusan maupun pengamatan rutin di lapangan agar dapat menekan laju perkembangbiakan. Terdeteksinya hama penyakit tomat lebih dini, diharapkan hama maupun penyakit tersebut dapat segera dianalisa untuk segera dilakukan penanganan paling tepat, sehingga serangan hama penyakit tomat menjadi terkendali.

CARA PENGENDALIAN HAMA TANAMAN TOMAT

Hama pengganggu selama proses budidaya tomat meliputi hama ulat tanah, ulat grayak, ulat buah, kutu daun, kutu kebul, lalat buah maupun hama nematoda. Berikut ini deskripsi singkat disertai cara pengendalian hama tomat :

Ulat Tanah

Hama ulat tanah yang menyerang tanaman tomat adalah Agrotis ipsilon. Serangannya terjadi di malam hari, sedangkan saat siang hari ulat akan bersembunyi di dalam tanah atau terkadang di balik mulsa plastik. Ulat tanah Agrotis ipsilon seringkali menyerang bagian batang tomat muda dengan memotongnya hingga terputus, sehingga ulat jenis ini juga disebut-sebut sebagai ulat pemotong. Cara pengendalian hama ulat tanah pada budidaya tanaman tomat adalah mengaplikasikan karbofuran (insektisida) sebanyak 1 gram untuk setiap tanaman.

Ulat Grayak

Hama ulat tentara (grayak) yang menyerang tanaman tomat berasal dari spesies Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang daun tomat bersama-sama secara berkelompok dalam jumlah sangat banyak, serangannya dilakukan juga di malam hari. Selain memakan bagian daun, Spodoptera juga memakan buah tomat. Daun tomat terserang berupa bercak-bercak putih berlubang, sedangkan buah tomat terserang ditandai adanya lubang tidak beraturan di setiap permukaan buah tomat. Pengendalian ulat grayak secara kimiawi pada saat budidaya tanaman tomat menggunakan insektisida berbahan aktif metomil, sipermetrin, profenofos, deltametrin, klorpirifos, kartophidroklorida, atau dimehipo. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Ulat Buah

Hama ulat buah yang menyerang tanaman tomat adalah spesies Heliotis armigera. Bagian tubuh hama ini diselimuti kutil. Ulat menyerang tanaman dengan cara mengebor buah tomat sambil memakannya sehingga buah tomat terserang terlihat berlubang. Pengendalian hama ulat buah secara kimiawi saat budidaya tanaman tomat menggunakan insektisida berbahan aktif metomil, sipermetrin, profenofos, deltametrin, klorpirifos, kartophidroklorida, atau dimehipo. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Kutu Daun

Hama kutu daun yang menyerang tanaman tomat adalah jenis Myzus persiceae. Kutu mengisap cairan tanaman terutama bagian daun tomat muda, kotorannya berasa manis sehingga mengundang semut. Serangan Myzus persiceae parah menyebabkan daun tomat menguning (klorosis), menggulung serta mengeriting, akhirnya tanaman kerdil. Pengendalian hama kutu Myzus secara kimiawi pada budidaya tanaman tomat adalah menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, tiametoksam, asetamiprid, sipermetrin, klorfenapir, atau lamdasihalotrin. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Kutu Kebul

Hama kutu kebul yang menyerang tanaman tomat adalah spesies Bemisia tabaci. Hama terlihat berwarna putih, memilikia sayap serta bagian tubuh berselimut lilin. Serangan Bemisia tabaci mengakibatkan kerusakan pada sel-sel atau jaringan daun tomat karena cairannya terhisap habis oleh hama. Pengendalian kutu bemisia pada budidaya tomat secara kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, tiametoksam, asetamiprid, sipermetrin, klorfenapir, atau lamdasihalotrin. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Lalat Buah

Hama lalat buah yang menyerang tanaman tomat adalah spesies Dacus dorsalis. Dacus dorsalis betina dewasa menyuntikkan telur-telurnya ke dalam buah tomat, kemudian telur menetas berubah menjadi larva, larva-larva inilah yang menyebabkan buah tomat menjadi busuk karena bagian dalam buahnnya habis dimakan larva lalat (belatung). Pengendalian Dacus dorsalis pada budidaya tanaman tomat salah satunya dengan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif metomil, sipermetrin, profenofos, deltametrin, klorpirifos, kartophidroklorida, atau dimehipo. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan. Atau dapat juga menggunakan perangkap sexpheromone. Caranya : masukkan metil eugenol ke dalam botol aqua yang telah diikat dengan ajir atau bambu secara horisontal. Jika susah menemukan metil eugenol, dapat memanfaatkan aroma buah-buahan yang disukai lalat, caranya : campur buah nangka atau timun dengan insektisida berbahan aktif metomil, lalu sama juga dimasukkan ke dalam botol aqua seperti cara di atas.

Nematoda

Hama nematoda yang menyerang selama budidaya tanaman tomat adalah spesies Meloidogyne incognita. Munculnya bintil-bintil di akar tanaman merupakan ciri-ciri terserang hama ini. Hama nematoda merupakan cacing tanah berukuran sangat kecil, nematoda merupakan cacing parasit penyerang bagian akar tomat. Bekas gigitan cacing akhirnya menyebabkan serangan sekunder, seperti penyakit layu bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar. Pengendalian hama nematoda pada budidaya tomat secara kimiawi dengan mengaplikasikan karbofuran (insektisida) sebanyak 1 gram untuk setiap tanaman.

CARA PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN TOMAT

Penyakit pengganggu selama proses budidaya tanaman tomat meliputi penyakit rebah semai, layu fusarium, layu bakteri, busuk phytopthora, bercak bakteri, bercak daun septoria, penyakit lunak bakteri, serta penyakit virus. Berikut ini deskripsi singkat disertai cara pengendalian penyakit pada budidaya tanaman tomat :

Penyakit Rebah Semai

Penyakit rebah semai yang menyerang tanaman tomat adalah cendawan Pythium debarianum. Rebah semai biasa menyerang tanaman mulai fase pembibitan sampai tanaman muda setelah pindah tanam. Pengendalian penyakit rebah semai secara kimiawi pada budidaya tanaman tomat adalah menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif simoksanil, kasugamisin, propamokarb hidroklorida, asam fosfit, atau dimetomorf. Dosis ½ dosis terendah di kemasan.

Penyakit Layu Bakteri

Bakteri penyebab layu tanaman tomat adalah bakteri Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, tanaman terserang mengalami kelayuan daun, diawali dari daun-daun tomat muda. Upaya pengendalian layu bakteri pada budidaya tanaman ini diantaranya menaikkan nilai pH tanah, mencabut tanaman terserang, selalu melakukan penggiliran tanaman untuk memutus siklus hidup patogen dalam tanah, serta secara kimiawi dilakukan penyemprotan bakterisida golongan antibiotik berbahan aktif streptomisin sulfat, kasugamisin, validamisin, asam oksolinik, atau oksitetrasiklin. Dosisnya lihat pada kemasan masing-masing. Upaya pencegahannya, saat persiapan lahan berikan trichoderma ke dalam tanah, dan kocor tanah menggunakan pestisida organik ketika tanaman memasuki umur 20 dan 35 hst. Pestisida organiknya seperti super glio, wonderfat, atau lainnya dengan pemakaian sesuai aturan di kemasan.

Penyakit Layu Fusarium

Cendawan penyebab layu tanaman tomat adalah Fusarium oxysporum. Tanaman terserang mengalami kelayuan dimulai dari daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun muda, lama-kelamaan daun tomat menguning. Upaya pengendalian penyakit layu fusarium pada budidaya tanaman tomat diantaranya menaikkan nilai pH tanah, mencabut tanaman terserang, selalu melakukan penggiliran tanaman untuk memutus siklus hidup patogen dalam tanah, serta secara kimiawi dilakukan penyemprotan fungisida berbahan aktif metalaksil, benomil, atau propamokarb hidroklorida. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan. Upaya pencegahannya, saat persiapan lahan berikan trichoderma ke dalam tanah, dan kocor tanah menggunakan pestisida organik ketika tanaman memasuki umur 20 dan 35 hst. Pestisida organiknya seperti super glio, wonderfat, atau lainnya dengan pemakaian sesuai aturan di kemasan.

Busuk Phytopthora

Penyakit busuk yang menyerang tanaman tomat adalah cendawan Phytopthora infestans. Penyakit ini dapat menggagalkan budidaya tanaman tomat, karena Phytopthora infestans menyerang di semua bagian tanaman, baik akar, daun, batang maupun buah tomat. Jika terserang penyakit ini, batang tanaman terdapat bercak basah berwarna coklat kehitaman. Serangan pada daun tomat tampak seperti tersiram air panas. Sedangkan serangan buahnya ditandai adanya bercak kebasah-basahan yang kemudian berubah menjadi coklat kehitaman. Pengendalian penyakit busuk phytopthora secara kimiawi pada budidaya tomat ini adalah menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif metalaksil, simoksanil, dimetomorf atau propamokarb hidrokloroda, dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga, propineb, tiram, ziram, atau mankozeb. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Bercak Bakteri

Penyakit Bercak bakteri yang menyerang tanaman tomat adalah bakteri Xanthomonas vesicatoria, ketika musim hujan baktei akan berkembang sangat pesat. Serangan bercak Xanthomonas vesicatoria ditandai munculnya bercak berwarna gelap mengkilap. Pengendalian bercak bakteri secara kimiawi pada budidaya tanaman tomat menggunakan bakterisida golongan antibiotik berbahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, validamisin, atau golongan anorganik seperti tembaga. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Bercak Daun Septoria

Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Septoria lycopersici. Cendawan menyerang semua fase pertumbuhan tanaman. Gejala serangan berupa bercak-bercak berwarna coklat, akhirnya berubah keabu-abuan terutama permukaan daun tomat bagian bawah, sedangkan tepi daun berwarna hitam. Pengendalian penyakit bercak daun septoria secara kimiawi pada budidaya tanaman tomat menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif metil tiofanat, difenokonazol, benomil, karbendazim, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif mankozeb, klorotalonil, atau azoksistrobin. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Penyakit Lunak Bakteri

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora. Serangan bagian daun tomat ditandai adanya bercak berair disertai perubahan warna daun menjadi kecoklatan, terutama daun tomat segar, serangan bagian batang tomat menyebabkan tanaman roboh. Pengendalian penyakit lunak bakteri secara kimiawi saat budidaya tanaman ini adalah menggunakan bakterisida golongan antibiotik berbahan kasugamisin, streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, validamisin, atau golongan anorganik seperti tembaga. Untuk konsentrasinya lihat dosisnya di kemasan.

Penyakit Virus

Penyakit virus menjadi penyakit momok bagi petani tomat karena mampu menggagalkan budidaya tanaman tomat, ditambah lagi penyakit ini belum ditemukan penangkalnya. Ada banyak jenis virus yang menyerang tanaman, diantaranya ToMV, PVX, TMV maupun CMV. Penyakit virus banyak dijumpai ketika kemarau panjang, bahkan seringkali menimbulkan kegagalan budidaya. Gejala serangan ditandai adanya tanaman yang semula tumbuh subur berubah menjadi kerdil, pada daun tomat muncul bercak kuning kebasah-basahan. Penularan virus dari satu tanaman ke tanaman lain terjadi melalui perantara (vektor), baik manusia maupun hama vektor. Beberapa hama berikut sangat berpotensi menjadi penular virus, diantaranya hama tungau, kutu daun, kutu kebul, maupun hama thrips. Penularan virus oleh manusia biasanya terjadi saat melakukan perempelan dan perawatan rutin, terutama jika terjadi luka pada bagian tanaman.
Upaya penanganan virus tanaman antara lain : Menjaga sanitasi lahan, terutama pertumbuhan gulma karena menjadi inang virus, memusnahkan tanaman terserang virus seawal mungkin, menekan serangga vektor, sterilisasi alat pertanian, serta tidak ceroboh saat melakukan pemeliharaan tanaman. Ketika tangan kita terkena getah atau melukai tanaman terinfeksi virus, sebaiknya dilakukan sterilisasi terlebih dahulu atau cuci tangan hingga bersih. Pencabutan tanaman terserang sebaiknya dilakukan setiap pagi hari sebelum melakukan kegiatan apapun, setelah itu sterilisasi tangan atau cuci tangan (utamakan air mengalir) agar ketika melanjutkan pekerjaaan tidak beresiko menularkan penyakit virus pada tanaman sehat.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tomat

Ada strategi untuk penanganan hama dan penyakit saat budidaya tanaman tomat, yaitu ketika melakukan pengendalian hama ulat tanah maupun nematoda, pemberian insektisida sebanyak 1 gram per lubang tanam dilakukan secara bersamaan cukup satu kali pemberian. Pemberian insektisida ini diberikan sebelum melakukan penanaman tomat, setelah melakukan penugalan masukan insektisida ke dalam lubang tanam lalu tutup lagi menggunakan tanah secara tipis-tipis. Lakukan tiga hari sebelum penanaman tomat dimulai.

Sedangkan pengendalian hama ulat grayak, ulat buah, kutu daun, kutu kebul, lalat buah maupun penyakit saat budidaya tanaman tomat menggunakan pestisida, harus dilakukan secara berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan (jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut). Penyemprotan menggunakan bahan aktif sama secara berturut-turut dapat menjadikan hama dan penyakit tomat justru lebih kebal terhadap bahan aktif yang diberikan. Penyelingan dimaksudkan untuk mengurangi resistensi atau tingkat kekebalan hama penyakit tomat terhadap bahan aktif tertentu. Sebagai gambaran, jika kita mengendalikan penyakit atau hama menggunakan bahan aktif A, efek kematiannya baru 50%, diharapkan penggantian bahan aktif B dapat membunuh sisanya 50%nya lagi sehingga aplikasi pestisida menjadi efektif mengendalikan serangan.

PANEN TOMAT

Berbeda dengan cara panen untuk tanaman hortikultura lainnya, pada budidaya tomat, pemanenan buah tomat dilakukan secara bertahap setiap 2-3 hari sekali tergantung permintaan pasar maupun kecenderungan harga jual tomat. Maksudnya, jika harga cenderung naik maka pemanenan tomat dapat dilakukan setiap tiga hari sekali karena selisih satu hari saat kecenderungan harga naik dapat memberikan selisih keuntungan secara signifikan. Demikian pula sebaliknya, jika trend harga turun, pemanenan tomat dapat dilakukan setiap dua hari sekali, karena selisih satu hari saja terkadang terjadi penurunan signifikan terhadap harga jual tomat. Tomat tipe determinite dapat dipanen ketika tanaman berumur 65 hst, sedangkan tipe indeterminate umur 75 hst. Buah tomat dipanen adalah buah tomat dengan tingkat kemasakan 15% sampai 25%.

ARTIKEL POPULER