Penetasan Telur Ikan Gurami Di Kolam Pemijahan
Dengan cara ini, penetasan telur dilakukan tanpa memindah induk ikan gurami dari dalam kolam pemijahan. Keberadaan induk sangat diperlukan untuk menjaga sarang dan larva setelah menetas. Di sekitar sarang diberi potongan-potongan ranting sebagai pelindung dari hujan dan sinar matahari, serta tempat menempelnya larva setelah menetap. Potongan ranting dipasang sedemikian rupa, terutama pada bagian atas sarang.Setelah menetas, larva dipelihara selama satu bulan di kolam tersebut. Selama masa pemeliharaan, larva riberi pakan berupa rayap, tepung bungkil kacang tanah, dan tepung konsentrat. Kerugian cara penetasan ini, kolam pemijahan tidak bisa segera dilakukan untuk melakukan kegiatan selanjutnya. Hal ini tentu akan menghambat proses produksi.
Penetasan Telur Ikan Gurami Di Kolam Penetasan Khusus
Kolam penetasan dibuat tidak terlalu lebar, karena hanya digunakan untuk memelihara larva hingga ukuran tertentu. Untuk empat buah sarang, dibutuhkan kolam dengan ukuran kurang lebih 3 x 5 m. Persiapan kolam sama seperti persiapan pada kolam pemijahan. Berikut ini langkah-langkah penetasan telur:- Dasar kolam dilapisi kerikil pengikat lumpur, sehingga selama proses penetasan dan pemeliharaan, telur maupun larva tidak terbungkus oleh lumpur.
- Kolam ditebari dengan pupuk kandan sebanyak 3 kg/m² kurang lebih dua minggu sebelum digunakan.
- Pengisian air sedalam 30 cm, serta debit air cukup 1 liter/menit.
- Sarang ditempatkan di dasar kolam, biasanya telur akan menetas setelah tiga hari.
- Benih diberi pakan berupa tepung, bisa dari tepung bungkil kacang, tepung konsentrat, atau bisa juga dedak. Selain itu, pemberian pupuk kandang juga akan menumbuhkan pakan alami berupa plankton.
- Pemeliharaan benih ikan gurami dilakukan selama satu bulan setelah menetas.
Penetasan Telur Ikan Gurami Di Dalam Baskom
Setelah baskom diisi air hingga ketinggian 15 cm dari dasar baskom, kemudian angkat sarang yang telah ditutup oleh induk gurami jantan dengan hati-hati, agar telur tidak bertaburan keluar dari dalam sarang. Masukkan sarang ke dalam baskom dengan cara ditebar merata. Untuk setiap liter air, dapat menampung kurang lebih 1.000 butir telur.
Penggantian air dalam baskom dialkukan setiap hari, dengan teknik sifon untuk membuang airnya. Selang yang digunakan untuk menyifon diberi penyaring dari kain halus, agar letur tidak ikut terangkat. Penyifonan dilakukan hingga air dalam baskom tersisa 60 persen, kemudian diisi kembali dengan air bersih.
Pemasangan instalasi aerator pada setiap baskom penetasan untuk memberikan suplai oksigen dalam air. Tekanan aerator dibuat tidak terlalu tinggi, sehingga massa air hanya terlihat bergerak pelan.
Setelah tiga hari, telur akan menetas, dan larva akan menempel pada ijuk. Kuning telur sebagai cadangan makanan larva akan habis dalam waktu kurang lebih satu minggu. Setelah kuning telur habis, larva diberi pakan berupa Moina secukupnya, kurang lebih 200-300 persen dari berat total. Pemeliharaan larva dilakukan hingga bermur 12 hari. Setelah berumur 12 hari, larva memiliki berat 10 mg per ekor. Survival rate pada tahap ini mencapai 90%
Perawatan selanjutnya dilakukan dalam wadah lebih besar. Kepadatan benih kurang lebih 10 ekor/liter air. Pemeliharaan benih ini dilakukan selama satu bulan, sehingga benih sudah memiliki berat 100 mg per ekor. Selama dalam pemeliharaan, benih diberi pakan Moina atau Branchionus. Survival rate pada tahap pemeliharaan ini mencapai 60%.
Setelah mencapai bobot 100 gram, benih dipindahkan pada wadah lebih besar lagi dengan kepadatan 6 ekor per liter air. Pakan yang diberikan berupa Moina dan pakan buatan pabrik dalam bentuk tepung. Pemberian pakan sebanyak 10% dari total bobot ikan. Pemeliharaan dilakukan selama dua bulan, sehingga mencapai bobot 500 mg per ekor.