Home
/
OPT
/
PENYAKIT BUSUK PHYTOPHTHORA
Penyakit Busuk Phytophthora merupakan salah satu penyakit yang sangat merugikan kegiatan agribisnis, terutama subsektor hortikultura. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cendawan
Phytophthora spp. yang memiliki banyak tanaman inang. Serangan berat terjada pada saat kelembaban tinggi serta suhu udara rendah. Beberapa jenis tanaman yang rentan terhadap serangan cendawan
Phytophthora spp. diantaranya adalah cabai, tomat, tembakau, kentang, anggrek, durian, agave, azela, alpukat, jeruk, kapas, kelengkeng, bawang merah, melon, bahkan tanaman kelapa pun bisa terinfeksi oleh cendawan ini.
Klasifikasi Cendawan Phytophthora spp.
Cendawan
Phytophthora spp. digolongkan dalam ordo Peronosporales dan famili Pythiaceae. Berikut ini klasifikasi lengkap
Phytophthora spp.:
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Chromalveolata
Filum: Heterokontophyta
Kelas: Oomycetes
Ordo: Peronosporales
Famili: Pythiaceae
Genus: Phytophthora
Gejala Serangan Phytophthora spp.
Adanya bercak atau busuk basah berwarna coklat kehitaman. Semua bagian tanaman bisa terinfeksi oleh cendawan ini, mulai dari akar, umbi, batang, daun, tunas, hingga buah. Serangan pada batang bisa menyebabkan tanaman membusuk kemudian layu. Serangan pada umbi menimbulkan bercak berwarna coklat karena jaringan umbi mati. Sementara serangan pada daun, bunga, dan buah dapat mengakibatkan kerontokan. Pada musim hujan, spora cendawan berkembang sangat cepat.
Upaya Pengendalian
Pengendalian Teknis
Pengendalian secara teknis menitikberatkan pada teknis atau cara budidaya, meliputi pola budidaya, pengolahan lahan, pemupukan, pengaturan kelembaban, serta menjaga kebersihan lingkungan pertanaman. Pola budidaya dilakukan dengan penggiliran tanaman, misalnya menanam tanaman tahan terhadap serangan cendawan
Phytophthora spp. Pengolahan lahan dengan penyangkulan atau pembajakan agar tanah terkena sinar matahari dapat mengurangi spora cendawan di dalam tanah. Pemupukan berimbang agar tanaman lebih kokoh, tidak terlalu banyak nitrogen, sehingga lebih tahan terhadap serangan cendawan. Pengaturan kelembaban dan menjaga kebersihan areal pertanaman untuk mengurangi perkembangan spora. Hindari adanya genangan air di sekitar tempat budidaya, agar tidak memicu perkembangan spora cendawan.
Pengendalian Mekanis
Pengendalian mekanis merupakan upaya mengendalikan penyakit phytophthora secara fisik. Cara pengendalian ini menitikberatkan pada kegiatan sanitasi kebun. Kegiatan ini meliputi pengendalian gulma atau tanaman pengganggu untuk menjaga kelembaban. Selain itu, gulma juga bisa menjadi tanaman inang cendawan
Phytophthora spp. Tanaman terserang juga harus dibersihkan dan dimusnahkan dari areal pertanaman. Bagian tanaman terserang segera dipotong, bekas potongan diolesi dengan fungisida. Pada saat melakukan pembersihan tanaman terserang, tenaga kerja sebaiknya tidak melakukan kegiatan lain, karena bisa jadi spora cendawan menempel di tangan, peralatan, bahkan pakaian.
Pengendalian Organik
Pengendalian secara organik dilakukan dengan memanfaatkan agensia hayati maupun pestisida organik. Agensia hayati yang cukup efektif menekan pertumbuhan spora cendawan adalah
Thrichoderma sp. dan
Gliocladium sp. Aplikasi bisa dilakukan dengan pengocoran di lubang tanam atau melalui penyemprotan. Sedangkan pestisida organik bisa memanfaatkan serai, bawang putih, kunyit, serta minyak cengkeh. Rebus semua bahan tersebut, kemudian air rebusan bisa dicampurkan untuk penyemprotan. Jumlah bahan dan konsentrasi larutan bisa melakukan uji coba sendiri. Berdasarkan pengalaman penulis, 2 kg bawang putih, 2 kg bawang merah, 2 kg kunyit, dan 2 genggam serai, direbus dalam 15 liter air. Gunakan air rebusan tersebut dengan konsentrasi 1 liter per tangki. Lakukan penyemprotan dengan interval tiga hari sekali. Upaya tersebut mampu mengendalikan penyakit phytophthora pada tanaman tomat.
Pengendalian Kimiawi
Jika serangan sudah parah, atau melampaui ambang ekonomis, lakukan penyemprotan menggunakan fungisida kimia. Namun perlu diingat, aplikasi pestisida kimia harus memperhatikan prinsip 4 tepat, yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat sasaran, dan tepat cara. Disamping itu, berhubung cendawan ini mudah beradaptasi dengan bahan aktif pestisida, maka harus dilakukan penggiliran atau penggantian bahan aktif setiap kali melakukan penyemprotan, sehingga tidak menimbulkan resistensi atau kekebalan. Untuk melakukan pengendalian
Phytophthora spp. secara kimiawi bisa menggunakan fungisida sistemik dan kontak yang diaplikasikan secara berseling. Contoh bahan aktif fungisida sistemik yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf. Sedangkan bahan aktif fungisida kontak yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis atau konsentrasi larutan sesuai petunjuk pada kemasan.