EKOLOGI JAMUR KUPING

Ekologi Jamur Kuping - Dalam melaksanakan kegiatan agribisnis budidaya jamur kuping, pengetahuan atau informasi detil tentang jamur kuping itu sendiri harus dikuasai oleh pelaku agribisnis atau pembudidaya. Tanpa mengetahui karakteristik petumbuhan dan syarat-syarat tumbuh yang ideal, mustahil seorang pembudidaya akan berhasil dalam melaksanakan kegiatan agribisnis tersebut. Pada pokok bahasan kali ini, kami akan mengulas detil tentang ekologi jamur kuping, sehingga melalui artikel pendek ini kami berharap dapat memberikan sumbangsih dalam pencapaian keberhasilan pada kegiatan usaha budidaya jamur kuping.

Biologi dan Siklus Hidup Jamur Kuping

Jamur kuping merupakan sebutan yang ditujukan terhadap jenis jamur yang memiliki tubuh buah atau basidiocarp mirip dengan daun telinga atau kuping manusia. Memang, secara fisik bentuk tubuh buah jamur ini menyerupai kuping manusia sehingga bisa dipahami jika masyarakat untuk memudahkan penyebutannya kemudian memberikan nama jamur kuping. Di Indonesia kurang lebih terdapat 65 spesies jamur kuping. Dari sekian banyak spesies tersebut, ada tiga jenis jamur kuping yang bisa dikonsumsi oleh manusia dan bahkan menjadi salah satu bahan makanan favorit dan memiliki cita rasa lezat. Ketiga jenis jamur kuping tersebut adalah
  • Jamur kuping putih atau jamur kuping agar (Tremella fuciformis), yaitu jenis jamur kuping yang berukuran kecil dan berwarna putih.
  • Jamur kuping hitam (Auricularia polytricha), yaitu jenis jamur kuping dengan ukuran diameter kurang lebih 6-10 cm yang memiliki warna tubuh buah keunguan atau kehitaman.
  • Jamur kuping merah (Auricularia auricula Judae), yaitu jenis jamur kuping dengan ukuran besar atau lebar yang memiliki warna tubuh buah kemerah-merahan.

Dalam ilmu biologi, jamur dikategorikan ke dalam jenis tanaman yang tidak memiliki khlorofil namun memiliki intisel, spora, dan merupakan sel-sel lepas atau bersambungan yang membentuk benang bersekat atau tidak bersekat yang disebut hifa atau sehelai benang atau miselium yang merupakan kumpulan hifa.

Miselium jamur tersebut tumbuh bercabang-cabang yang pada tempat tertentu akan bertemu antara satu cabang dengan cabang lain yang kemudian akan membentuk titik pertemuan dari percabangan miselium tersebut. Pada titik pertemuan tersebut, miselium jamur membentuk satu bintik kecil yang disebut dengan sporangium yang kemudian disebut dengan pin head. Sporangium ini akan tumbuh menjadi tunas dan kemudian berkembang menjadi tubuh buah jamur sempurna.

Klasifikasi Jamur Kuping




Dalam ilmu botani, jamur kuping digolongkan dalam super Kingdom: Eukaryota, kingdom: Myceteae (Fungi), divisio: Amastigomycota, Sub Divisio: Basidiomycotae, Kelas: Basidiomycetes, Ordo: Auriculariales, Familia: Auriculariae, Genus: Auricularia, Species : Auricularia sp. Klasifikasi tersebut didasarkan pada teori yang diajukan oleh Alexopolous dan Mins pada tahun 1979.

Jamur kuping memiliki tubuh buah yang bertangkai pendek dan tumbuh pada substrat dengan membuat lubang pada permukaannya. Pada musim hujan, kulit pada tubuh buah jamur kuping ini tampak berlendir, akan tetapi kulit tersebut akan mengerut pada saat musim kemarau. Bagian bawah tubuh buah ini licin dan mengkilap sedangkan pada permukaan atasnya seperti kain beludru. Tubuh buah jamur kuping terbentuk dengan struktur yang agak rumit dan berupa lembaran bergelombang tidak beraturan. Dalam keadaan basah, tubuh buahnya licin, lentur, dan kenyal (galatinous) tetapi akan berubah menjadi kaku dengan bentuk melengkung saat tubuh buah tersebut berada dalam keadaan kering. Dalam kegiatan budiday jamur kuping, tubuh buah atau basidiocarp yang dinyatakan dewasa adalah jika basidiokarp tersebut telah mencapai ukuran kurang lebih 10 cm. Jamur kuping memiliki lebar tubuh buah yang berkisar antara 3 cm - 8 cm dengan ketebalan berkisar antara 0,1 cm - 0,2 cm.

Seperti keluarga Aucularia, jamur kuping juga memiliki basidium yang berbentuk hypobasidium atau epibasidium. Baik hypobasidium maupun epibasidium, masing-masing memiliki empat sel. Pada tahap awal, inti diploid dari calon basidium membelah menjadi dua bagian secara miosis. Setiap pembelahan inti diploid tersebut selalu diikuti dengan penyekatan basidium menjadi dua sel. Pada tahap selanjutnya, inti setiap sel diploid yang telah membelah tersebut, akan membelah kembali yang tetap diikuti dengan penyekatan masing-masing basidium sehingga membentuk hypobasidium bersel empat.

Dari setiap hypobasidium bersel empat tersebut kemudian tumbuh epibasidium yang panjang dan muncul di atas permukaan lapisan salai, dengan arah pertumbuhan sesuai dengan arah pertumbuhan hipobasidium. Pada setiap ujung epibasidium akan tumbuh penghasil basidiospora yang disebut dengan sterigmata. Pada tahap berikutnya, setelah terbentuk basidiospora, maka basidiospora tersebut tumbuh menjadi miselium jamur. Miselium jamur ini akan memenuhi seluruh permukaan media, kemudian berkembang menjadi dewasa dan dilengkapi dengan basidiokarp.

Lingkungan Hidup Jamur Kuping

Keistimewaan jamur kuping adalah dapat tumbuh di daerah yang bersuhu dingin hingga bersuhu panas. Pada daerah tersebut, jamur kuping dapat ditemukan sepanjang tahun. Jamur kuping dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran suhu antara 12°C hingga 36° C. Namun, suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangannya adalah 26°C-28°C. Di Indonesia, Philipina, dan Malaysia, banyak ditemukan jamur kuping hitam. Sementara itu, di daerah Indocina dan Thailand banyak ditemukan jenis jamur kuping merah.

Kelembaban udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium sekitar 60%-75%. Tetapi kelembaban udara yang lebih tinggi dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan dan pembentukan sel tubuh buah, yaitu sekitar 80%-90%. Kadar air pada media yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium jamur kuping antara 60-62%. Jika kadar air pada media berada di atas 65% atau di bawah 50%, maka pertumbuhan miselium akan mengalami hambatan. Oleh karena itu, pada budidaya jamur kuping harus dijaga agar kelembaban media tetap dalam kondisi optimal untuk pertumbuhannya.

Miselium jamur kuping akan tumbuh optimal jika berada dalam keadaan gelap dengan kisaran pH media antara 3-7. Namun, miselium tersebut akan tumbuh optimal pada media yang memiliki tingkat keasaman antara 4,5-5,5. Berbeda dengan miselium, tubuh buah jamur kuping akan tumbuh didaerah bercahaya dan membutuhkan cahaya matahari yang digunakan untuk menopang pertumbuhannya. Tetapi penyinaran sinar matahari langsung yang menembus permukaan tubuh buah tersebut justru akan mengakibatkan kerusakan dan kelayuan. Penyinaran yang dibutuhkan sehingga pertumbuhan tubuh buahnya akan terbentuk dengan normal adalah di bawah 50 lux dengan sifat penyinaran yang menyebar atau diffuse light.

Pada habitat alaminya, jamur kuping biasa ditemukan pada berbagai macam jenis kayu. Namun, petumbuhan tersebut akan lebih optimal jika berada pada kayu yang telah lapung di daerah yang berketinggian antara 600-800 mdpl terutama pada suhu 20°C-30°C dengan kelembaban udara 80-90%. Jamur kuping biasa ditemukan pada tempat-tempat yang teduh atau tempat yang tidak terkena pancaran sinar matahari langsung, dengan sirkulasi udara yang lancar dan hembusan angin sepoi-sepoi basah, serta tempat yang memiliki kandungan oksigen cukup tinggi. Jamur kuping merupakan jenis tanaman saprofit yang bersifat aerob, yaitu membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Daerah yang memiliki sirkulasi udara lancar biasanya banyak ditemukan jamur kuping, karena kebutuhan oksigen pada daerah tersebut dapat tercukupi. Jika pasokan oksigen terbatas atau terhambat, maka pembentukan dan pertumbuhan tubuh buahnya akan mengalami hambatan. Selain oksigen, untuk menopang pertumbuhan miselium dan tubuh buahnya, maka dibutuhkan nutrisi yang terkandung pada media tumbuhnya.

ARTIKEL POPULER