Kegiatan pembiakan bibit jamur kuping pada tahap pertama ini merupakan pembiakan spora (basidiospora) yang dihasilkan oleh basidium dan dilakukan dengan cara kultu jaringan. Produk yang dihasilkan pada pembiakan spora adalah miselium jamur yang berupa benang-benang halus. Miselium jamur kuping ini kemudian disebut sebagai turunan pertama (F1).
Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Pertama
Langkah awal yang harus dilakukan sebelum kegiatan proses pembiakan spora dikerjakan adalah mempersiapkan bahan atau media tumbuh dan peralatan. Beberapa peralatan yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan ini meliputi tabung reaksi, kertas loyang atau kantong plastik, kapas, rak penyimpanan, tali karet, meja pembiakan, autoclave (alat sterilisasi otomatis, dan perlengkapan lain. Peralatan tersebut harus diadakan terlebih dahulu agar kegiatan pembiakan tidak mengalami hambatan.Pada saat yang sama, penyiapan media tumbuh juga harus dilakukan karena rangkaian kegiatan ini sebaiknya tidak terputus yang disebabkan tidak siapnya salah satu material. Dalam kegiatan pembiakan bibit jamur kuping tahap pertama ini media tumbuh yang biasa digunakan dikategorikan dalam dua kelompok utama, yaitu kelompok yang berasal dari bahan-bahan alami dan kelompok yang berasal dari bahan-bahan semi sintesis. Bahan-bahan alami yang dapat digunakan sebagai media pembiakan adalah bawang, tepung jagung, tepung kentang, atau bahan-bahan organik lain. Bahan-bahan alami ini digunakan dalam bentuk ekstrak atau cariran jernih maupun decoction atau rebusan.
Sementara itu , bahan-bahan semi sintetis yang dapat digunakan sebagai media tumbuh dalam kegiatan pembiakan jamur kuping adalah campuran agar, glukose, ekstrak ragi, atau campuran kentang-glukose-agar, atau campuran agar dan pepton-glukose.
Diantara bahan-bahan tersebut di atas, bahan semi sintetis berupa campuran agar, glukose, dan kentang (tepung kentang) merupakan bahan yang paling efektif untuk digunakan sebagai media pembiakan jamur kuping. Tepung agar digunakan sebanyak 1,5% — 2%. Sementara itu, komposisi baha-bahan lain ditentukan berdasarkan proses uji coba karena memang tidak ada ketentuan secara khusus mengenai komposisi tersebut.
Berbagai alternatif komposisi yang dapat dijadikan sebagai referensi untuk membuat media tumbuh pembiakan jamur kuping tahap pertama ini adalah:
- Potato Dextrose Yeast Extract Agar (PDY): Komposisi media tumbuh jamur kuping ini telah berhasil digunakan dalam pembiakan miselium F1 di Balai Benih Induk Ngipiksari, Yogyakarta. Komposisi media ini terdiri atas kentang, dextrose (glukose), dan tepung agar.
- Buat campuran bahan alami berupa parutan ubi kentang, bawang bombai dan tepung aren atau enau. Campuran bahan-bahan tersebut dimasukkan dalam larutan agar. Komposisi ideal untuk campuran media ini adalah 100 gram ubi kentang, 50 gram bawang bombai, 150 gram tepung aren, dan 150 gram agar.
- Buat campuran antara media agar, sari buncis, dan touge. Campur hingga rata kemudian direbus selama satu jam. Campuran tersebut bisa digunakan sebagai media untuk biakan murni atau kultur jarinan setelah ditanaman atau diolesi dengan sayatan bagaian tubuh buah jamur kuping dewasa.
Pembuatan media tumbuh PDY dimulai dengan mempersiapkan kentang segar sebanyak 200 gam. Cuci hingga bersih kentang tersebut dengan tidak mengupas kulitnya. Setelah itu, kentang diiris-iris atau dicacah kemudian dicuci hingga bersih. Proses pencucian kentang ini dilakukan dengan cara mencuci berulang-ulang irisan kentang hingga air bekas cuciannya tampak jernih. Langkah selanjutnya adalah membilas irisan kentang menggunakan air suling atau aquadest. Kemudian irisan kentang tersebut direndam menggunakan panci dalam 700-1000 ml air aquadest selama 10 menit. Rendaman irisan kentang kemudian direbus dengan menyertakan irisan kentang tersebut hingga volume airnya menyusut tinggal 500-600 ml. Lama proses perebusan kurang lebih 1 jam. Setelah agak dingin, air rebusan ini, sudah bisa dikatakan sebagai ekstrak kentang, disaring menggunakan kain yang halus atau kain yang biasa digunakan untuk menyaring ekstrak ini adalah kain flanel. Air saringan ditampung dalam botol.
Pada ekstrak kentang yang sudah ditampung dalam botol tersebut ditambah dengan air bersih hingga volumenya mencapai 1000 ml. Langkah selanjutnya adalah menambahkan 10-20 gram glukose (dextrose) dan 9-15 gram tepung agar ke dalam ektrak kentang lalu diaduk hingga rata. Rebus campuran tersebut menggunakan autoclave pada tekanan 15 lbs selama limabelas menit.
Setelah perebusan selesai, campuran tersebut siap digunakan sebagai media tumbuh biakan bibit jamur. Media tumbuh kemudian didinginkan dan dimasukkan dalam tabung reaksi pembiakan dan bisa digunakan sebagai media tumbuh biakan murni (kultur jaringan) sebanyak 150-200 buah tabung biakan. Media tumbuh tersebut harus segera digunakan agar tidak tekontaminasi oleh mikroorganisme baik bakteri maupun fungi yang dapat mencemari dan berseifat merusak media. Jika media tumbuh yang sudah dibuat melebihi kapasitas tabung reaksi, sebaiknya disimpan dalam ruangan bersuhu dingin dan steril. Sisa media tumbuh ini dapat digunakan untuk proses pembiakan bibit jamur kuping pada periode berikutnya.
Setiap satu buah tabung reaksi pembiakan diisi kurang lebih satu sendok makan media tumbuh, kemudian tabung reaksi terebut ditutup atau disumbat menggunakan kapas. Bagian luar sumbatan kapas tersebut dibalut menggunakan kertas loyang yang sudah dipersiapkan kemudian diikat menggunakan tali karet. Lakukan pekerjaan serupa terhadap semua tabung reaksi pembiakan.
Setelah semua proses pengisian tabung reaksi pembiakan selesai, lalu melakukan proses sterisilasi pada tabung-tabung reaksi tersebut. Proses sterilisasi dilakukan dengan cara merebus tabung reaksi pembiakan menggunakan alat steril otomatis atau autoclave dalam suhu 125°C selama 1 jam. Untuk melakukan penghematan atau efisiensi baik waktu maupun biaya perebusan saat melakukan sterilisasi, maka tabung reaksi pembiakan ditata sedemikian rupa dalam autoclave sehingga semua ruangnya dapat dimanfaatkan dengan baik.
Setelah proses sterilisasi selesai, tabung reaksi disimpan dalam ruangan yang steril. Kertas loyang penutup kapas pada bagian luar tabung reaksi dilepas dan tabung disimpan dalam rak penyimpanan dengan posisi miring. Penyimpanan dengan posisi miring ini bertujuan untuk menyebarkan media tumbuh pada dinding tabung reaksi pembiakan bagian dalam sehingga penyebaran miselium yang diinokulasi bisa merata pada dinding tabung. Dengan demikian, proses pengambilan miselium untuk dikembangkan pada tahap pembiakan berikutnya lebih mudah. Biarkan media tumbuh steril ini menjadi dingin dalam suhu kamar kurang lebih selama 24 jam.
Media yang telah didinginkan siap untuk dilakukan inolulasi atau penanaman. Siapkan tubuh jamur kuping yang telah dewasa yaitu berumur 3-4 minggu semenjak pembentukan calon tubuh jamur atau pin head. Inokulasi atau penanaman bibit jamur diambilkan dari tubuh buah jamur kuping tersebut.
Tubuh buah jamur yang sudah dipilih untuk diambiil jaringannya dibersihkan dan dicuci hingga bersih lalu dicelupkan dalam alkohol 70% selama 5 menit untuk memastikan bahwa tubuh buah jamur tersebut telah steril. Selain menggunakan alkohol dapat juga menggunakan bahan kimia lain seperti formalin 5%, sodium hipochloride atau calcium hipochloride 0,35%, silver nitrate 0,1%, mercuric cyanide 0,1%, carbonic acid 1%, potasium permanganat 2%, mercurochloride 0,001%, dan hydrogen peroxida 3%.
Siapkan wadah untuk meletakkan sayatan tubuh buah jamur steril tersebut. Wadah tersebut juga harus disterilisasi dengan cara dicuci menggunakan alkohol 70%. Letakkan tubuh buah jamur di atas wadah lalu wadah bersama tubuh buah jamur terebut diletakkan dalam meja pembiakan. Meja pembiakan segera diaktifkan dengan menekan tombol pengontak, sehingga lampu meja pembiakan nyala dan mesin penghisap udara (filter) bekerja.
Tunggu hingga tigapuluh menit untuk memastikan seluruh udara yang terkontaminasi di sekitar meja pembiakan terhisap. Ambil semua tabung pembiakan beserta rak penyimpannya dan diletakkan di atas meja pembiakan kemudian kapas penyumbatnya dibuka.
Lakukan penyayatan tubuh buah jamur kuping pada bagian yang paling tebal, yaitu bagian yang terletak pada ketiak jamur. Pada bagian ini terdapat sumber-sumber percabangan hifa atau miselium atau kantong basidiospora. Sayat bagian tersebut dengan lebar 0,1 cm, tebal 0,1 cm, dan panjang 1 cm. Untuk memudahkan penyayatan, maka gunakan pisau sayat lancip bertangkai yang biasa disebut spatula, atau bisa juga menggunakan pisau bedah. Pastikan pisau tersebut tajam dan steril. Masukkan sayatan tubuh buah jamur tersebut ke dalam tabung reaksi pembiakan, kemudian tutup kembali tabung reaksi yang telah diisi dengan sayatan tubuh buah jamur menggunakan kapas seperti semula. Tabung reaksi yang telah terisi kembali diletakkan pada rak penyimpanan. Lakukan pekerjaan serupa pada tabung reaksi lain. Satu buah tubuh buah jamur kuping dapat disayat sebanyak 10-15 kali.
Setelah proses inokulasi selesai, kemudian spora jamur kuping dalam tabung reaksi pembiakan disimpan dalam ruangan steril selama 20 hari. Penyimpanan spora tersebut harus dilakukan dalam ruangan yang agak gelam untuk mempercepat pembiakan spora menjadi miselium. Setelah 20 hari akan muncul benang-benang putih yang memenuhi media tumbuh. Benang-benang putih inilah yang dinamakan miselium jamur. Miselium jamur kuping ini selanjutnya digunakan sebagai bibit dalam pembiakan jamur kuping tahap kedua. Tabung reaksi yang gagal membentuk miselium segera disingkirkan dari ruangan agar tidak mencemari tabung-tabung lain. Tabung yang gagal dapat diidentifikasi dengan munculnya bau busuk dan berwarna cokela kehitaman. Tabung tersebut bisa dibersihkan dan disteril kembali untuk digunakan pada kegiatan pembiakan bibit jamur kuping lain waktu.