Namun sayangnya, kesadaran masyarakat Indonesia untuk menggunakan bioetanol memang belum tinggi. Hal tersebut disebabkan harga petrolium beberapa waktu yang lalu masih sangat murah. Namun, seiring dengan meningkatnya harga BBM yang selama ini menjadi bahan bakar utama, tentu akan memberikan ruang lebih besar bagi bioetanol untuk menjadi bahan bakar pengganti. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Henry Ford, sebuah perusahaan produsen mobil berkelas internasional, yang memandang bahwa bioetanol merupakan salah satu bahan bakar masa depan. Salah satu keunggulan menggunakan bioetanol sebagai bahan bakar yaitu ramah lingkungan. Selain itu, bioetanol juga menjadi sumber bahan bakar terbarukan, tidak seperti bahan bakar fosil. Apalagi didukung dengan proses pembuatan bioetanol yang relatif sederhana, tentu semakin memperbesar peluang sumber energi alternatif ini menjadi bahan bakar utama. Tak hanya itu, kesadaran masyarakat akan dampak negatif penggunaan BBM juga menjadi salah satu faktor yang membuat bioetanol semakin populer.
Bioetanol sebagai bahan bakar ramah lingkungan
Sekilas Tentang Etanol?
Etanol atau lebih akrab dikenal dengan sebutan alkohol, pada dasarnya telah dibuat oleh manusia semenjak ribuan tahun silam. Namun, masyarakat pada waktu itu tidak sadar bahwa sebenarnya mereka telah memproduksi etanol atau alkohol dalam makan atau minuman yang mereka buat melalui proses fermentasi dengan pemberian ragi. Hal itu terjadi lantaran tujuan utamanya adalah pembuatan makanan atau minuman. Cara pembuatan etanol pada waktu itu memang sangat sederhanan, hanya dengan memberikan ragi pada bahan makanan. Misalnya, buah anggur difermentasi menjadi khomar/arak/minuman keras lain, gandum difermentasi menjadi bir, beras difermentasi menjadi sake, dan ketan hitam difermentasi menjadi tape ketan. Di Amerika, Jepang, atau negara-negara Eropa, pembuatan etanol biasanya dalam bentuk minuman keras, seperti bir, sake, vodka, dan lain-lain.Pada perkembangan selanjutnya, pembuatan etanol saat ini tidak hanya bersumber dari bahan makanan, tetapi juga berasal dari bagian-bagian tanaman yang lain. Teknik pembuatan yang sederhana, dan bahan baku yang relatif murah, menjadikan etanol berpotensi sebagai bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin besar. Semenjak awal abad ke 21, penggunaan etanol sebagai bahan dasar kendaraan sudah mencapai lebih dari 2/3 produksi kendaraan dunia. Hingga saat ini, pemakaian etanol di Brazil sudah mencapai angka 40-45%. Di Amerika Serikat, penjualan etanol mencapai 1,2% dari seluruh pasaran bensin. Khusus untuk Indonesia, penggunaan etanol sebagai bahan bakar kendaraan bisa untuk mengatasi krisis bahan bakar. Selain itu, juga mampu untuk mendongkrak peningkatan tenaga kerja.